Kau pun Tersenyum

3.4K 407 35
                                    

Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Sorai ke-empat belas
.

Sesuatu yang terjadi pasti telah menjadi rencana Tuhan, entah hal baik ataupun buruk, sejujurnya, manusia hanya mampu menerima.
-

27 Juli

“Udahan Cen nangisnya, mending foto, nih Jendral sama Nana minta” Cendaka dan Haikal kini berada dikamar Haikal, setelah acara maaf-maafan bersama bunda, Joni meminta Cendaka beristirahat dikamar Haikal, sebab Cendaka memang berniat menunggu Abangnya itu pulang dari sekolah.

Saat terbangun, sosok yang ia tunggu justru berada disana, duduk bersimpuh dilantai menghadapnya, memandanginya tidur. Setelah ia terkaget dan memukul pundak Haikal, mereka sama-sama diam, lalu memulai lagi ritual maaf-maafan.

“Gak ah bang, jelek gini muka gue”

“Alah, dek, udah sini pasang gaya”

“Abang ahh, nggakkk mauu”

Puas dengan hasilnya, dan tanpa persetujuan Cendaka, Haikal mengirim foto tersebut pada grub chating mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puas dengan hasilnya, dan tanpa persetujuan Cendaka, Haikal mengirim foto tersebut pada grub chating mereka.

“ABANG HAPUS”

“Ganteng loh ini dek” ucap Haikal tak terlihat bersungguh-sungguh, sebab ia berucap sembari diikuti gelak tawa yang lepas bebas tanpa beban.

“Terserah deh terserahh” Cendaka berkata sembari berpaling memunggungi Haikal, ngambek kisahnya.

“Udah ah, ngambek segala kamu tuh, siap-siap yok jalan ke taman asik nih” Haikal beranjak dan berkata tanpa beban.

“Siap-siap gimana Bang, Lo lupa ini rumah siapa? Mana ada baju gue astagfirullah” Cendaka berucap heran, walau terselip harap senang akan ajakan Haikal untuk jalan-jalan ke taman.

“Ah iya lupa, pake baju Abang tuh di lemari, mandi 5 menit selesai ya, cepetan”

“Gak mandi pun siap”

•••

“BANG BANG ITU ITU,” Cendaka berteriak girang karena taman yang Haikal maksud sekarang sedang dekat dengan acara bazar, pasar malam lebih tepatnya.

“Mau apa? Kali ini Abang yang bayar deh” ucap Haikal.

“Naik itu Bang!” Cendaka menunjuk wahana kora-kora yang mengayun kencang di depan mereka.

Haikal tersenyum tipis dan menatap Cendaka, ingin menolak, tetapi melihat wajah melas Cendaka yang seperti ingin sekali menaiki itu membuat Haikal mengurungkan niat untuk menolak. Sehingga kini keduanya sudah duduk bersiap menikmati wahana yang cukup ekstrem itu.

SoraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang