Sedikit Kata

3.9K 435 9
                                    

Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.
Sorai ke-delapan
.
Cobalah robohkan ego, demi merasakan tentram yang nyata.”
-

Haikal membuka matanya, bersamaan dengan aroma obat menyapa hidungnya kuat.

“Argh,”

“Bang, buka mata pelan-pelan aja” sebuah suara yang tak asing menyapa indra pendengaran Haikal.

“Mau minum?” tanya suara itu lagi, tanpa ragu Haikal mengangguk dan masih mencoba membuka matanya perlahan, sebab cahaya lampu membuat ia merasa pusing.

“Ternyata kamu Ji” kata pertama Haikal suarakan dengan serak pada sang adik yang sedari tadi menjaganya.

“Iya Bang, ini Jiko, ganteng kan?” guraunya sukses membuat Haikal tertawa.

“Minum dulu Bang, serek gitu ih suara lo” ujar Jiko sembari memberikan segelas air putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Minum dulu Bang, serek gitu ih suara lo” ujar Jiko sembari memberikan segelas air putih.

“Makasih Ji, ngomong-ngomong nih, kok aku bisa disini?”

“Jiko ga tau pastinya Bang, tapi tadi Cenda sama Bang Rey yang bawa Bang Ikal kesini, Jiko kesini ga sengaja sama Bang Marv soalnya mau liat bunda” jelas Jiko yang di angguki oleh Haikal.

“Terus kata Tante Rara aku kenapa? Ga papa kan?”

“Abang tipes, makanya jangan maksain diri Bang, gue sama yang lain khawatir”

“Hehe, maaf Ji. Lagian tipes doang, aku kira sekarat kaya di tv-tv, misalnya kanker kek ...”

Plak

Tamparan lumayan kencang mendarat di bibir Haikal, “Anjing Bang omongan lo”

“Astagfirullah Jikoo, istighfarrr ga? Anak kecil ga boleh ngomong kasar!”

“Lagian Bang Ikal omongannya ngelantur!” kesal Jiko sembari mengucap istighfar.

“Hehe, ya udah maaf, kan becanda atuuhh Adekkk Jikoo” Jiko memutar bola mata nya malas, namun bibirnya menahan senyuman.

“Terus, Cendaka, Reynan, sama Bang Marv kemana?” tanya Haikal.

“Pulang, Bang Reynan gak jadi nginep rumah Abang, tapi ntar kesini kayaknya, kalo Bang Marv sama Cendaka gue kurang tau, ntar katanya ngabarin di grup” jawab Jiko.

Hening setelahnya merasuki mereka berdua, sebab memang Jiko terlihat memikirkan sesuatu, dan Haikal masih merasakan lemas pada tubuhnya.

“Tapi Bang ...” kepala Haikal yang memandang jendela luar, kini menoleh kearah Jiko yang mendatap dirinya dalam.

“Gue, gue gak suka liat lo dan yang lain sakit. Jiko juga gak suka denger Abang ngomong kayak tadi. Bang Ikal sama yang lain udah buat Jiko betah di dunia, jadi kalian harus tanggung jawab buat selalu disini ...”

SoraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang