Epilog

4.9K 417 109
                                    

Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Sorai Terakhir
.

“Manusia-manusia yang tak mengerti kata ikhlas dan lepas.”
-


Note : tulisan miring adalah flashback.

Pemakaman Haikal baru saja selesai. Enam dari tujuh yang tersisa kini berkumpul di Sorai. Menikmati sisa-sisa hangat yang Haikal tinggalkan.

Sebenarnya, daripada pemakaman Haikal, tadi lebih tepat di sebut sebagai pemakaman mereka semua. Melihat papa kayu yang sudah menutup, serta nisan yang terbaca dengan Haikal Pangestu bin Pangestu sudah telak menarik jiwa mereka.

Reynan berjalan ke dapur, memegang wajan beserta pisau yang sering ia gunakan bersama Nathan juga Haikal.

Ia mengusap pinggiran wajan yang bersih itu dan mengingat kala Haikal ada disampingnya, sore itu mereka memasak berdua.

“Rey, mau makan apa sayang~” tanya Haikal dengan nada mendayu, membuat Reynan memukul lengan Haikal mengunakan segenggam sayuran yang baru ia ambil dari kulkas.

“Aduh, galak amat sih” Haikal mulai berakting kesakitan, tentu saja berpura-pura, mana ada lelaki merasa sakit hanya karena pukulan mengunakan seikat sayur bayam.

“Hari ini, khusus, aku masakin buat Rey” Haikal mulai memegang wajan dan memulai memasak dengan serius.

Reynan membiarkan Haikal mengambil alih dan ia hanya sesekali membantu, “Dalam rangka apa? Lo gak ada rencanain sesuatu yang aneh kan?”

Haikal terkekeh sebentar dan berbalik, menunjukan jemari kelingking kecilnya pada Reyhan, “Janji, nggak aneh-aneh. Cuma pengen, biar suatu saat Rey ada kenangan istimewa bareng Haikal”

“Sweet banget lo, sini gue peluk”

Reynan kala itu tak berpikir demikian, tak berpikir bahwa masakan dari Haikal beserta moment itu akan ia rindukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reynan kala itu tak berpikir demikian, tak berpikir bahwa masakan dari Haikal beserta moment itu akan ia rindukan.

“Kal, gue bener-bener laper, gue ngerasa gak bisa makan selain dari tangan lo, boleh gak kal? Lo bangun, tolong” rintih Reynan yang kini menangkupkan tangannya di meja.

•••

“Kal, kalo gue tiba-tiba balapan, terus jatoh, gue nyusul lo ga ya?” tanya Jendral pada kekosongan di depan tv.

“Kal, gue mau nge-game, tapi mau nya sama lo” lanjutnya.

“Kal, lo boleh banget panggil gue bangsat, anjing, atau apapun itu, tapi lo balik ya? Gue buat bayangin hari esok, atau sekedar ntar malem aja udah gak bisa lepas dari bayangan tingkah lo” Jendra melanjutkan lagi, namun kini dengan air mata beserta tangan yang memukul dadanya sendiri, berusaha menghilangkan sesak yang mengikat jantungnya.

SoraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang