Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.
Sorai ke-sepuluh.
.
"Apakah banyak kecewa yang kau hadirkan masih belum membuatmu sadar akan kadar kejahatan pada dirimu?"
-
Lima hari telah berlalu dengan cepat, hari-hari dimana mereka berkumpul tanpa ocehan si jahil, Haikal. Sebab anak itu sedang menyiapkan diri menghadapi olimpiade yang mereka yakini akan ditaklukkan dengan mudah oleh Haikal.Reynan dan Nathan sendiri sudah setiap hari mulai dari pagi menunju Sorai, tempat Haikal tidur dan memaksakan diri. Mereka berdua memasak, juga mengomel setiap kali ada kesempatan.
Perihal mengapa harus sekeras itu Haikal belajar, sampai melupakan dapur kesayangannya. Haikal pun sudah pasrah akan kehadiran mereka, ocehan mereka, dan segala hal yang mereka katakan, kini yang Haikal harapkan adalah buah dari penantian akan pertemuan keluarganya.
Ia harus membawa piala dan medali demi menunjukan bahwa ia bisa selama ini, ia tidak mengikuti arus jahat dunia dan berdiri tegak dalam kebenaran bersama teman-teman nya yang rada gila, ya, dia ketua kegilaannya!
Kini, mereka berlima duduk di kursi kelas yang telah kosong, menemani Haikal yang sejam lagi akan melaksanakan lomba. Ya, sembari menunggu Marvio dan Nathan yang membantu mengurusi tugas OSIS.
“Semangat Kal! Makasih lho, berkat lomba lo hari ini, sekolah pulang cepet, hehe” Jendral berbicara, niatnya menyemangati, tapi sepertinya tidak menganggu Haikal dapat membuat seorang Jendral demam.
“Terserah kamu-nya aja deh Jen, aku waras ngalah” Haikal berkata sembari mendramatisir degan gaya sok dewasa.
“Sok amat Lo anjay!” Jendral berkata dengan geplakan Reynan yang mendarat di punggung belakangnya.
“Astagfirullah maksud gue” koreksinya setelah tau penyebab Reynan memukul sayang dirinya.
Yap, mereka memang belajar mengurangi perkataan toxic, kalo kata Jiko, “takut gagal masuk surga gara-gara ngomong kasar Bang”
“Abis olim pulang kemana Bang?” tanya Cendak basa basi.
“Ke Rumah Ayah”
“Rumah lo juga kali Kal” interupsi Jendral.
“Rumah aku kan Sorai sama kalian” balas Haikal membuat Jendral dan yang lain terdiam.
“Ih, sama deh, rumah Jiko juga Bang Haikal kok” ucap Jiko memecah keheningan sesaat tadi.
“Sa ae cil”
“Bang semangat olim-nya, ntar kalo menang Jiko traktir”
“Hah? Haikal doang tuh?” Reynan menyahut seolah agak tidak terima, sedang Haikal menatap Jiko heran.
“Dapet duit darimana? Ya gue tau bunda lo dokter, tapi ini belum akhir bulan, dan lo belum dikasih duit harusnya” tanya Cendaka yang diam-diam disetujui oleh yang lain, bungsu mereka ini tidak mungkin mencuri, mustahil. Tapi, masa kerja sih?
“Hehe, sisa uang jajan Jiko kemaren, beberapa Jiko tanam Cen”
“Hah? Gimana Ji?” Kini Reynan yang bertanya heran.
“Jiko tanem uang Bang” jelas Jiko, lagi.
“Lo? Bisa? Main trading Ji? Beli saham? Atau apaan? Main sendiri apa ikut orang lo? Awas kena tipu lo” Jendral berkata menakuti, tapi Jiko tetap tenang seolah hal tadi bukan masalah.
“Nggak Bang Jen, gue nanem sendiri duitnya dirumah pake pot bunda yang kosong, soalnya tanemannya mati, lumayan banyak sih yang mati, jadi dari pada kosong pot nya”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai
Teen FictionCompleted✓ [Part masih lengkap.] *Jangan lupa komentar dan votenya. Deskripsi : Kisah tujuh pemuda yang saling mencintai dalam lingkup saudara. Melewati banyak hal, hari-hari berat, dan masalah yang menumpuk dengan kebersamaan. Mereka tidak sedarah...