What If | 1 | Ramadhan Pertama.

1.5K 168 30
                                    

Selamat membaca. Anw, long time no see u in this book:)
Ingettt, What If yaaa, bukan real story' lanjutan. Nanti tolong baca sampai bawah ya!
•••

“SAOR ORA SAOR SAK KAREPMU~”
*Sahur enggak sahur terserahmu.

“Seng penteng, aku wes ngugah~”
*Yang penting, aku dah bangunin.

“Astagfirullahaladzim Haikal, yang bener kalo bangunin sahur.” Marvio berkata dengan tangan membenahi sarung, ia berdiri diam melihat kelakuan Haikal yang memegang mikrofon mushola dengan semangat.

Dengan nada tengilnya, Haikal kumandangkan bantuan demi membangunkan warga desa agar segera melaksanakan sahur.

“Bapak-bapak, Ibu-ibu, Adek-adek, Mas-mas, dan Mbak-mbak yang beragama Islam. Sekarang sudah waktunya sahur, jadi tolong segera, SAHURRRRRRRRRR!” member Sorai yang berada diluar menutup telinga mereka, merasa terganggu atas tingkah Haikal.

“Kal, sini deh, lo mau es teh kagak?” Jendral dari jendela memanggil, Haikal pun tanpa berlama-lama segera meninggalkan mikrofon begitu saja, sehingga mikrofon itu berdenging nyaring, “MANA?!”

Dan mau tak mau pun, Marvio maju mematikan mikrofon tersebut.

“Pulang, kuy.” Kaos hitam Haikal di geret paksa oleh Jendral.

“Kok pulang?!”

“Sahur dirumah aja sama gue.”

“Gue ikut!” Nathan beranjak berdiri dari dekat Reynan dan mengikuti langkah Jendral yang pulang bersama Haikal.

“Balik semua lah, masa' nggak sahur bareng Bang Ikal, yang bener aje.” Cendaka pun turut berdiri, disusul dengan Jiko dan Reynan yang menyahuti ucapan Cenda, “Rugi dong!”

Keenamnya benar-benar berjalan pulang, meninggalkan Marvio yang masih ada di dalam, melaksanakan dua rakaat shalat malam.

“Astagfirullahaladzim, punya temen kayak demet kabeh.” gumam Marvio saat mencari teman-temannya sudah tak ada di sana.

•••

“Mana esnya, Jen?” Haikal mengekori Jendral yang sedari tadi belum juga usai membawa beberapa olahan masakan Nathan.

“Bentar Kal, makan dulu lah. Esnya nanti,” ucapan Jendral terpotong, “Kapan?” tanyanya dengan nada hendak merajuk.

“Pas buka.” sahur Nathan dari belakang mereka

“LAH, KOK GITU?!” tanya Haikal tak terima.

“Ya gitulah.” sahut Nathan acuh.

“ASSALAMUALAIKUM.” suara Marvio mengucap salam terdengar nyaring, bersama dengan pintu yang di ketuk keras darisana.

“BANG, SETAN BANG!” Jiko berteriak dari belakang Reynan, tubuh tingginya berusaha bersembunyi dibelakang tubuh si kecil.

“Setan matamu!” Reynan memberikan geplakan sayang pada Jiko yang ada dibelakang tubuhnya.

“Loh, kok Bang Marv diluar?” gumam Haikal bingung.

“Ketinggalan itu, Bang.” sahut Cendaka dari sofa.

“ASSALAMUALAIKUM, WOE, BUKA PINTUNYAA!” Marvio masih mengendor pintu yang ternyata terkunci.

“Loh, kekunci?” gumam Haikal, lagi.

“Perasaan enggak, deh.” sahut Nathan.

Haikal dan Nathan pun mendekat kearah pintu, mereka membuka pintu dan tada, bisa.

“Ngapain sih, bang?” tanya Nathan sedikit kesal.

“Lo yang ngapain ngunci pintu, coba?!” Marvio hendak menerobos masuk.

“Lo yang bukanya tadi kayak gimana?” tanya Nathan.

“Kalau lo lupa, pintunya di geser, oke. Di geser!” lanjut Nathan, menuai kekehan kecil dari Marvio, “Lupa.” jawabnya sembari memasuki rumah Haikal, jangan lupakan sembari membawa Haikal, menyeret tangan pemuda yang sedang tertawa itu.

“Lah, kok ngelunjak tu orang tua.” geram Nathan sembari menutup pintu yang baru mereka pasang di sebelah rumah Sorai, pintu geser yang sudah memakan banyak korban.

“Kal, suapin gue dong.” Jendral duduk disamping kanan Haikal, sembari menyodorkan piring yang sudah berisi nasi dengan lauk ayam goreng sambal tomat.

“Males, esnya aja belum ada!” jawab Haikal tanpa menoleh pada Jendral.

“Es apa?” Marvio bertanya dari samping kiri Haikal, tangannya menyodorkan suapan makanan untuk Haikal.

“Teh! Tapi dia mah bohong Bang, esnya aja nggak ada!” jawab Haikal sembari menerima suapan.

“Bukan bohong, tapi nanti, lagian pagi-pagi ngasih lo es, bisa mati gue sama Nana, Kal.” bisik Jendral.

“Ih, bodo amat, siapa suruh tadi bilang mau ngasih.”

“Nanti deh, ngabuburit gue traktir, jadi makanan apapun yang lo mau.” bisiknya lagi.

“Bener, nggak?!” tuding Haikal sembari mendekatkan wajahnya pada Jendral yang mengangguk cepat.

“Ouukeeyy, awas kalo bohong!” Haikal berucap sembari menyahut piring Jendral.

Jendral tersenyum lebar dan membenarkan posisi duduknya, “A'!” ia membuka mulut, dan Haikal siap menyuapi dirinya, dengan Haikal yang tetap menerima suapan dari Marvio.

“Mereka bertiga, benar-benar ya.” Jiko yang melongo sedari tadi menutup mulut, memilih memakan makanan dihadapannya.

Wong kok unik.” kata Cendaka.

“Kalau udah jangan lupa ya, niat~” peringat Reynan pada mereka semua.

“Ay ay capt!” sahut mereka serempak.


To be continued
.
.
.

Guys, beberapa chapter kayaknya sementara akan Ella tarik, silahkan dibaca sampai nanti malam ya.
.

ADA YANG SIAP PELUK SORAI, NGGAK? TERNYATA SUDAH OPEN PO LHO! INFO SELANJUTNYA DI NEXT CHAPTER AJA YA!
.

Cukup, atau mau bonchap lagi, nih? Komen yang banyak, sayang!

18 Maret 2024.

SoraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang