Chapter 12 - Tentang sebuah Rahasia.

266 30 3
                                    

𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐖𝐚𝐭𝐭𝐩𝐚𝐝'𝐋𝐨𝐯𝐞𝐫𝐬.

📤 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐬𝐚𝐧𝐚.

📤 𝐒𝐞𝐠𝐚𝐥𝐚 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐚𝐬𝐮𝐤𝐚𝐧, 𝐤𝐫𝐢𝐭𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐟𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧𝐤𝐚𝐧.

📤 𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐭𝐞𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐨𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐨𝐣𝐨𝐤 𝐤𝐢𝐫𝐢 𝐛𝐚𝐰𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐲𝐚𝐫 𝐡𝐚𝐧𝐝𝐩𝐡𝐨𝐧𝐞 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐛𝐞𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐚𝐩𝐫𝐞𝐬𝐢𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐨𝐭𝐢𝐯𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬.

Thank's and see you!

CHAPTER 12 ;

- 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐑𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 -

"Satu bulan skors!" Siswi berambut blonde melempar laporan bersampul merah kemeja. "Lo serius?!"

Dia, Zendaya, melirik tepat dibawah jendela, menatap kesal pada cowok yang tengah menutup mata diatas sofa. "Kenapa lo jadi lembek banget sekarang?"

"Zen," Alma yang mengambil duduk disebrang Zendaya menyahut. "Gue yakin Axel punya alesannya sendiri. Biar dia yang ngurus ini."

"Tapi ini kriminalitas! Deruna masuk Rumah Sakit dan kena TBI. Gimana kalau cewek itu lapor polisi?! Mau jadi apa nanti citra Argosatya?!"

"Lo pikir disituasi sekarang apa yang mesti kita perbuat? D.O Bara sama kacung-kacungnya?" Belvan menjawab omongan Zendaya.

"Jangan kasih kesempatan supaya orang lain bisa mikir kalau Dewan siswa manfaatin statusnya buat kasih hukuman seenaknya. Itu fatal, Zen."

Zendaya mendengus kesal. "Emang dasarnya kalian gak berani ngambil resiko!"

Ia berjalan keluar dengan amarah diwajahnya, dan sengaja membanting pintu hingga terdengar gedebum keras.

Belvan hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tahu diantara mereka, emosi Zendaya yang paling sulit terkontrol. Walaupun disisi lain gadis itu mampu memprediksi situasi dengan banyak kemungkinan, tapi Belvan merasa Zendaya cuma membuat penilaian dari satu sudut pandang saja.

"Gue heran kenapa Kak Raditya milih Zendaya sebagai penerusnya. I mean, dia emang memenuhi syarat jadi anggota. Tapi emosinya itu loh." Ujar Alma.

"Gak usah bahas keputusan anggota sebelumnya. Faktanya kita berlima jadi anggota penerus. Artinya mereka percaya sama kita."

Alma tidak menyahut. Benar kata Belvan. Faktanya mereka berlima adalah yang terpilih. Sia-sia kalau menyalahkan keputusan anggota sebelumnya.

"Dan lo, Xel." Belvan melempar gumpalan kertas kearah Axel. "Mau sampai kapan lo pura-pura tidur. Sekedar ngasih tau, kerjaan lo gak bisa kelar sendiri!"

"Mau tidur susah bener!" Timpal Axel tanpa membuka mata. "Gak tahu lo gue begadang semaleman."

"Lo masih ikut balapan?"

"Axel stop balapan? Seriously? Gue kayang kalau tuh anak gak main karena lagi." Celetuk Belvan.

"Orang kek Axel investasinya sama motor, Ma."

D E R U N A [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang