Chapter 14 - Hari Pertama "Lagi"

275 34 1
                                    

Chapter terpanjang, lebih dari 3,7k words, banyak narasi minim dialog.

Happy reading (X﹏X)↷

Vote nya pleaseee 🙏

Dibalik tralis pagar balkon, Rena menatap langit pagi dengan wajah muram. Ia tidak tahu mengapa cuaca belakangan ini tak bersahabat.

Ini sudah pukul setengah tujuh namun secarik sinar mentari belum juga menampakkan diri. Malahan, awan gelap-lah yang menyapa dipagi hari, menutupi hamparan langit Ibu kota dengan leluasa. Itu seperti hujan bisa turun kapan saja.

Rena masuk ke-apartement tanpa lupa menutup pintu balkon rapat-rapat. Berjalan menuju bar dapur, dapat ia lihat Mbok Sulas tengah menyiapkan bekal makanan dengan telaten. Wanita itu begitu fokus hingga tidak menyadari kehadiran Rena.

"Jangan banyak-banyak Mbok. Nanti Mubazir."

Mbok Sulas menoleh, menatap Rena teduh tanpa lupa tersenyum. "Ndak banyak, Non. Cuma nasi, ayam suwir, capcai, tumis kangkung, sama telur dadar."

"Itu udah termasuk banyak."

"Gak papa, atuh. Dulu Non Runa ndak pernah mau bawa bekal. Sekalinya minta malah dikasih ke Den Regal. Gak dimakan sendiri." Tawa jenaka lolos dari wanita itu. "Sekarang Non Runa harus mau. Mbok ndak mau Non Runa jajan aneh-aneh disekolah."

"Non Runa sudah bawa payung? Takut ujug-ujug ujan."

"Udah, Mbok." Jawab Rena singkat.

"Susunya tadi udah diminum?"

"Iya, gak kesisa."

"Obatnya sudah diminum, Non?"

Rena mengangguk.

"Obat buat nanti siang—"

"Mbok," Rena mendengus kecil. "Obat nanti siang udah kumasukin kedalam tas, bakal kuminum tepat waktu. Mbok gak usah khawatir."

Gadis itu berdiri, menyampirkan tas sekolah pada bahunya lalu menerima kotak bekal dari Mbok Sulas yang sudah dibungkus apik dengan paper bag ukuran medium.

Dari sela paperbag, botol minum berwarna biru nampak menyembul samar. Satu lagi bukti jika Mbok Sulas adalah orang teliti yang sangat memperhatikan keperluan anak mendiang majikannya.

Mbok Sulas mengantar Rena sampai depan pintu. Wanita itu tak henti-hentinya mengingatkan Rena untuk menjaga diri dan berhati-hati. Jenis nasehat yang membuat Rena hampir menyemburkan tawa jika tidak mengingat situasi dan kondisi. Maksud Rena, banyak hal berbahaya yang sudah ia lewati dengan nyawa sebagai taruhan. Lucu saja mendengar seseorang menyuruhnya "Menjaga diri".

"Mbok, juga." Kata Rena hiperbola. "Kunci pintunya. Jangan sembarangan nerima tamu atau barang yang gak jelas. Kalau gak darurat, mending gak usah keluar apartemen."

Rena belum tahu motif orang yang mengawasinya semalam. Mulanya, Rena masih denial jika dirinya diawasi. Mungkin itu cuma naluri alaminya yang memang terbiasa bersikap waspada. Tapi tetap saja Rena tidak mau lengah dan memberi celah secara cuma-cuma.

Bagaimanapun, wajar kalau Rena mengambil tindakan pencegahan. Meski unit apartment sudah memiliki security dan sistem keamanan, tidak ada salahnya memperingatkan Mbok Sulas untuk tetap waspada.

Jika tebakan Rena mengenai unsur kesengajaan pada kecelakaan Ranggala Danu benar, maka ini termasuk upaya pembunuhan berencana oleh pihak tertentu. Entah musuh perusahaan, dendam seseorang, atau sanak keluarga yang iri pada keberhasilan Ranggala Danu.

Siapapun itu, melihat fakta Deruna yang masih hidup-atau dibiarkan hidup-Rena merasa rencana pihak lain belum selesai. Rena yakin selamatnya Deruna dari insiden kecelakaan itu bukanlah bentuk belas kasih atau sekedar kebetulan.

D E R U N A [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang