Chapter 15 - Informasi yang lainnya.

262 29 6
                                    

Dari part ini, POV Rena dijadikan satu sebagai Runa. Untuk memudahkan dalam segi kepenulisan dialog...

Brian sangat menyukai matcha. Baginya, matcha adalah satu hal yang bisa mengisi energinya setelah seharian beraktivitas. Karena itu hampir setiap hari Brian akan mampir kekafe depan sekolah untuk membeli matcha coffee, hitung-hitung untuk menenangkan pikiran.

Tapi tak seperti biasanya, hari ini Brian belum meminun seteguk pun matcha coffeenya. Gelasnya belum tersentuh, isinya masih utuh. Itu karena fokus pemiliknya teralihkan oleh hal lain.

Disebrang mejanya, ia mendapati seorang gadis tengah memainkan handphone dengan wajah malas. Ada secangkir caramel moccacino dimejanya, yang isinya tak lagi penuh jika diperhatikan lebih lamat.

‘Gue harap lo gak lupa janji lo, Brian. Dengan begitu gue juga gak akan lupa sama janji gue. Bukannya ini kesepakatan yang menguntungkan?’

"Sialan!" Brian menangkupkan tangan pada wajahnya.

Brian merutuki kesialan hidupnya. Terutama saat kesialan itu melibatkan Clara. Siapa sangka gadis lemah itu bisa berubah menjadi sosok licik yang mengerikan.

‘Membuat Deruna jatuh cinta padanya.’

Itu hal tergila yang akan Brian lakukan. Tak pernah terlintas dipikirannya untuk mendekati Deruna. Brian bahkan tak pernah sekalipun melirik gadis itu sebagai lawan jenis.

Baginya, Deruna cuma tunangan sahabatnya. Meski Regal tidak mencintai gadis itu, tetap sebuah kesalahan jika Brian mendekati Deruna. Brian akan terlihat seperti seorang bajingan.

Teman yang berkhianat.

"How fuck is it!" Umpat Brian tanpa sadar.

"How dare you?"

Sebuah suara menyadarkan Brian dari lamunan. Ketika Brian menoleh, tatapan dingin dari gadis disebrang meja menyambut pandangannya.

"Lo punya masalah apa sama gue sampe ngumpat kek gitu?"

Brian baru membuka mulut saat gadis itu berdiri dan berpindah meja. Duduk pada kursi kosong didepan Brian.

"Brian, ya? Temennya Regal?"

"Gue—"

"Lo yang bantu Visha tempo hari buat bawa gue ke-UKS? Kan?"

"Lo tahu?"

Hari itu memang Brian-lah yang membawa Deruna ke-UKS. Suatu kebetulan Brian melewati taman kelas 12 setelah bolos jam pelajaran. Brian yang tadinya hendak menuju lapangan basket, melihat Visha yang tengah menyumpahi Bara sambil menangis. Setelah mendekat, ia dikejutkan dengan kondisi chaos dimana Deruna tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

Brian sudah mengamati Deruna sejak gadis itu mulai berangkat sekolah. Setelah amnesia, gadis itu berubah. Cukup tenang dan terkontrol.

Dari pengamatannya, Deruna hanya bergaul dengan Visha dan menciptakan sekat untuk membatasi orang-orang yang ingin mendekatinya. Dengan cara yang sama, Deruna mampu membuat orang tanpa sadar menjadi segan dan mawas.

Karena itu Brian skeptis apakah bisa membuat Deruna jatuh padanya. Brian bahkan ragu apakah mendekati Deruna akan jadi hal yang mudah.

Tapi seperti mendapat jalan, Deruna mendatanginya. Gadis itu sekarang duduk didepannya, menatapnya lamat, memulai percakapan lebih dulu.

"Visha udah cerita kalau lo yang nolongin gue hari itu."

"Gue cuma kebetulan lewat."

"Tapi itu tetap jadi perbedaan." Runa menyela cepat. "Gue bukan orang gak tahu diri yang gak tahu cara berterimakasih. So, thanks buat hari itu. Kalau lo gak ada, Bara bisa ngelakuin hal yang lebih diluar nalar."

D E R U N A [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang