5. Cinema

7.8K 485 39
                                    

Winwin memijat kepalanya mendengar pengakuan dari sang anak dan seorang lelaki yang tak ia kenali yang kini duduk dihadapannya.

"Jisung, kau sudah bertunangan dengan Jeno bagaimana bisa--"

"Aku tau ma, tapi aku bertunangan dengan Jeno karena perjodohan. Aku tidak mencintai Jeno, aku selama ini sudah berusaha untuk menerimanya namun tidak bisa."

Winwin menghela nafas pelan, ia menatap sang suami yang duduk disebelahnya dan sedari tadi hanya diam.

"Pa, sekarang bagaimana?"

Yuta mengedikkan bahunya acuh, "Mau bagaimana lagi, Jisung sudah bunting, tidak mungkin kan aku menyuruhnya untuk mengugurkan kandungannya."

"Lalu bagaimana dengan perjodohannya? Aku tidak enak dengan orang tua Jeno."

"Sudah dari awal aku tidak suka perjodohan seperti itu. Mama yang memaksa karena katanya ingin mempererat pertemanan mama." Yuta menghela nafas pelan. "Masalah mereka biar papa yang urus, nanti papa yang akan bilang pada mereka. Mama urus saja dua anak ini." Lanjutnya.

"Maafkan saya om, tante, karena telah membuat Jisung hamil diluar nikah."

"Mau bagaimana lagi? Jisung tidak mungkin hamil jika tidak sama sama ingin. Aku tahu ini bukan kesalahan mu sepenuhnya, pasti anak nakal ku ini yang memulai duluan." Winwin menatap tajam Jisung yang tengah menunduk sembari memainkan jari jarinya gugup.

"Jadi, sekarang apa yang akan kalian lakukan?" Tanya Winwin.

Jaemin menatap Jisung sejenak, ia kemudian menggenggam tangan lelaki manis itu erat.

"Kami berniat menikah."

Jisung yang sedari tadi menunduk seketika mendongak. Menatap terkejut Jaemin.

"Ja--"

"Kapan?"

Belum sempat Jisung melontarkan protes Yuta sudah lebih dulu bertanya.

"Secepatnya setelah kalian memberi restu."

"Kenapa kau tiba tiba mengatakan itu?!" Jisung langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Jaemin. Mereka kini tengah berada dikamar Jisung, bicara empat mata.

"Kau tengah mengandung Jisung, jika tidak menikah lalu mau apa lagi? Kau ingin perut mu terus membesar dengan status lajang?"

"Tapi, itu terlalu tiba tiba."

"Kenapa? Kau tidak mau?"

Jisung menggeleng pelan, "Bukan tidak mau. Aku... Masih takut untuk jujur kepada Jeno..."

Jaemin menghela nafas pelan, ia memegang bahu Jisung. Menatap dalam netra Jisung.

"Jika kau takut, maka biarkan Jeno tahu dari orang tuanya."

"Tapi itu terdengar jahat..."

"Lalu mau bagaimana? Kau takut untuk jujur namun tidak mau Jeno dengar dari orang lain."

Jisung menunduk, "Aku bingung..." Ucapnya lirih.

Jaemin langsung membawa Jisung ke pelukannya. Mengusap punggung lelaki manis itu untuk menenangkan.

"Tidak usah pulang ke apartemen Jeno untuk hari ini. Persiapkan dirimu agar bisa jujur besok. Menginaplah disini atau kau mau menginap di apartemen ku?"

Baby🔞|JaemsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang