MTF [18]

804 33 0
                                    


Sudah seminggu lamanya Justina sudah dapat berjalan sengan semestinya. Dan bahkan ia sudah boleh pulang kerumah.

Begitu lika liku yang di lewati Justina dan Moony karena penculikan itu. Nata tak berhasil di temukan.

Bahkan hari ini Justina masuk sekolah seperti biasa. Berita bahwa Justina masuk ke dalan rumah sakit sudah tersebar luas. Entah oleh siapa.

••••

Justina pov.

Aku berada di kantin saat ini bersama yang lainnya. Saat enak enak mengobrol Linara pun datang.

"Hayy" sapa Linara.

Tak ada yang membalas Sapaan gadis itu. Aku pun menatap malas. Lagi dan lagi gadis itu mengganggu ku. Aku menoleh ke arah Moony yang seperti sedang memikirkan sesuatu.

Tak ingin ambil pusing aku pun langsung menyelungsupkan kepala ku di atas meja di atas lipatan tangan ku. Moony yang di sebelahku hanya menoleh sekilas.

Dengan berani tangan ku di bawah meja menggenggam tangan Moony di bawah meja. Hanya aku, moony dan tuhan yang tau.

Aku tersenyum tipis. Dan mengeratkan pegangan tanganku.

Beberapa menit berlalu tangan yang tak ku lepaskan. Dan kurasa Linara sudah pergi akibat bacotan teman temanku yang tak suka dengannya.

Aku pun mendongakkan kepala ku. Benar dugaan ku bahwa Linara sidah tidak ada. Aku menoleh ke arah Moony yang sudah menatap ku.

Mata kami bertemu lalu kembali di putuskan oleh suara bel yang begitu nyaring.

Kami pun berhamburan masuk kedalam kelas masing masing. Tangan ku pun masih menggenggam tangan Moony.

Kulihat teman teman menatap aneh kepada ku. Apa ada yang salah? Sepertinya tidak.

"Yang bucin mah beda" cibir Jinan.

Aku segera melepaskan tautan jemari kita. "Pake gengsi segala.." Lanjut Jinan.

"Belum official yaak??" Panas Siran.

"Biasa kasmaran" Leo ikut ikutan.

"Kocak lo semua" Lea.

Aku pun memutar bola mata malas. Dan berjaln duluan menuju kelas.

"Ngambek tuh!!" Teriak Jinan. Tak ku hiraukan aku pun masih berjalan sampai di depan bangku ku dan segera mendudukinya.

Tak lama yang laimnya datang dan Moony duduk di sebelahku. Aku tak berani menoleh ka arahnya.

Hingga pelajaran fisika pun di mulai. Siran yang beralasan ke toilet lalu cabut, bolos. Sedangkan Jinan yang berpura pura sakit dan bolos di uks.

Aku yang memang menguasai all akademik pun tak ada niatan bolos. Aku tahu betul gadis di sebelahku ini beloon soal fisika.

"Mau aku ajarin?" Tanya ku.

Moony menatap polos ku dan tak lama kemudian mengangguk antusias. Aku tersenyum tipis dan mengajarinya yang sudah di ajarkan guru di depan.

Karena tugas ku selesai. Dan sekrang membantu moony dan mengajari nya.

Dia cepat tanggap tetapi mengajarinya harus serius. Lebih bergantung ke dirimya yang serius. Moony gadis polos itu tampak menggemaskan saat seperti ini.

Aku memandangi wajahnya yang serius menulis itu. Tangan kananku bergerak mengelus puncak kepalanya. Tangan kiri ku menahan wajahku.

Hingga...

"Moony! Justina! Kalian malah pacaran ya?! Keluar dari kelas saya sekarang!! Hormat bendera sampai pelajaran saya selesai"

Moony tertawa pelan. Manisnya gadis ini.. ia tak keberatan katanya aku pun tak keberatan. Aku menggandeng tangannya keluar.

Banyak pasang mata kaget melihat kita bahkan ada yang menatap seperti telah terbiasa.

"Hadehh, nanti mereka malah pacaran di lapangan" sayup sayup guru fisika membicarakan kita. Bahkan suara tawa kelas ku sudah menggema.

••••

Benar, kami melakukan hukuman kami semestinya. Kali pertama aku di hukum selama bersekolah disini. Bahkan ada beberapa siswa kaget melihat ku.

Ya aku terkenal dengan siswa teladan. Dan banyak menoreh prestasi. Bahkan aku mendapatkan rangking.

Aku tersenyum tangan ku bergerak di atas wakah nya untuk melindunginya dari matahari. Aku tersenyum. Bahkan siswa siswi yang melihat tampak heboh dengan kejadiian ini untuk pertama kali.

•••••

Bel istirahat kedua berbunyi. Aku pun segera menarik tangan Moony menuju taman belakang sekolah.

Suasana canggung terjadi aku sangat ingin mengutarakan apa yang ingin ku lakukan tapi rasanya tak bisa.

Mata indah itu menatap ku. Tanpa berkedip. Rasanya hampir gila jika di pamdang terus menerus olehnya.

Desiran desiran aneh mulai menjalar di tubuhku. Pipi ku yang merona namun sebisa mungkin ku tutupkan oleh wajah datar nan tenangku.

"Aku dah kasih tau bunda dan papa di sana, tentang kamu yang masuk rumah sakit. Tapi aku ga cerita soal tembak menembak itu" jelas suara Moony.

Aku menoleh. "Kalau bunda papa tau pasti dia langsung terbang kesini" lanjutku.

Moony membenarkan perkataan ku. "Kalau dah kesini berarti bunda papa ga bakal ke sana lagi, dalan artian aku gabakal nemenin kamu lagi"

"Dann ga mau sampai itu terjadi, semoga bunda papa lama sampai gue siap"

"Siap apa?"

"Secret"

MORE THAN FRIEND (GxG) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang