4

7.5K 585 5
                                    

Happy reading guys!!







.

.

.

"Set dah, cil! Jadi lu di kasih sepuluh juta sama ntu orang?!" Tanya parto ngegas setelah mendengar cerita Leo dari awal sampai akhir. Anak itu mengangguk ringan sembari memeluk gepokan uang pemberian Kalan.

"Kaya bener dah. Tapi bagus juga, lain kali lu porotin dia cil. Bilang kasih duit banyak banyak biar elu bisa jajan apa aja. Asal jangan berlebihan." Sahut Farhan sambil mengelus rambut lembut bocah kesayangannya itu. Leo mengangguk saja sebagai jawaban, tapi dalam hati dia berharap untuk tidak bertemu dengan Kalan lagi, karena menurutnya pemuda itu sangat menyebalkan.

"Om Palto~Leo lapel..." Kata Leo menatap Parto dengan puppy eyes nya. Mendapat serangan keimutan itu, Parto mendengus malas.

"Giliran ada maunya aja imutnya minta ampun. Coba kalau gak ada, beuh... Rasanya pen tak tampol itu muka." Gerutu Parto yang di balas tawa oleh Leo dan yang lain.

"Jadi om, Leo dapat lanking belapa?" Tanya Leo mengenai nilainya di sekolah. Mendengar itu, Khairul langsung memeluk gemas si bocah membuat Doni dan Farhan mendelik kesal. 'Cari kesempatan nih kutu kampret.' Batin Farhan dan Doni.

"Leo dapat ranking satu lagi dong. Gimana keren gak?"

"Leo kan emang kelen. Om khailul balu tau ya? Ish ish ish... Tak betul, tak betul, tak betul. Dengel ya om, Leo itu selain kelen juga ganteng." Ucap bocah itu dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi. Dia tak tau kalau orang-orang dewasa di sekitarnya tengah menahan tawa mereka. Bisa bahaya kalau kelepasan tertawa. Si bocah bisa pundung mendadak dan mereka akan kelimpungan nanti.

"Narsis bener lu. Masih kecil juga." Ujar Parto tak habis pikir sambil memaruh sepiring nasi goreng di depan Leo. Tanpa menjawab Parto, Leo langsung menyantap makanan itu hingga tandas. Dia memang benar-benar lapar sejak tadi. Acara makan itu berakhir dengan segelas susu coklat sebagai penutupnya.

"Uhh... Kenyang. Om Palto masakannya emang paling mantul." Ucap si bocah sembari mengelus perutnya yang sedikit buncit karena kenyang.

"Yeuh... Nih anak mujinya pinter bener. Bilang aja kalau mau di buatin itu tiap hari." Kata Parto yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah Leo.

"Hehehe, om tau aja deh. Kan makin sayang jadinya." Sahut Leo menyengir lebar.

"Jadi duitnya mau di simpan sama siapa cil?" Tanya Farhan sambil menepuk-nepuk punggung Leo yang berada di pangkuannya. Anak itu tampak menguap beberapa kali tanda mengantuk.

"Di simpan kayak biasa aja." Sahut Leo sebelu akhirnya dengkuran halus terdengar darinya.

"Yeuh... Tidur bocilnya." Kata Farhan sembari memberi uang yang di pegang Leo kepada Parto untuk di simpan.

"Sana bawa masuk gih." Titah Parto yang diangguki semangat oleh Farhan. Kapan lagi coba bisa masuk ke rumah cabamer?

Tanpa menunggu lama, Farhan langsung membawa Leo yang berada di gendongannya untuk masuk kedalam rumah Parto. Percaya atau tidak di setiap rumah warga komplek Mascopet, Leo punya kamar tersendiri yang dibangun khusus untuknya. Jadi dia bisa tidur di mana saja, mengingat si bocah yang sering keluyuran tiap malam hanya untuk menangkap jangkrik.

Entah mau dia apakan para jangkrik tak berdosa itu. Yang pasti Leo sangat suka mengoleksi mereka dan baru akan di lepas jika sudah tak bernyawa.

Farhan hanya bisa tertawa miris mengingat hoby Leo yang di luar nurul itu.





.

.

.

Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, terlihat seorang pemuda yang tengah berdiri di belakang pembatas balkon kamarnya. Semilir angin menyapu lembut poninya yang sedikit berantakan. Menyesap segelas teh ditangannya, bibir tipis itu menciptakan senyum tanpa ia sadari.

"Bocah nakal." Bisiknya lalu terkekeh pelan. Ya, pemuda itu adalah Kalan. Setelah mengantar bocah yang membuat perasaannya tenang itu, Kalan langsung pulang ke rumah dengan wajah berseri. Bahkan dia membuat keluarganya yang berkumpul di ruang tamu saat itu shock berat melihat ekspresinya.

Kalan juga tidak mengerti. Saat dia benar-benar tak ingin menunjukkan ekspresi apapun, efek bertemu bocah bernama Leo membuat wajahnya yang biasa kaku tanpa ekspresi itu mendadak tak bisa berhenti tersenyum. Mati matian dia menahan senyumnya tadi saat bertemu dengan keluarganya.

Masih segar di ingatannya bagaimana bocah itu merengek, lalu mendumel padanya dan jangan lupa ketika anak itu menggerutu dengan pipi chubby nya yang twing twing seakan akan tumpah itu.

"Huh... Leo ya."

Dia tak mengerti perasaannya ketika anak itu menyebutnya dengan panggilan 'abang'. Rasanya benar-benar hangat. Dan Kalan sangat suka rasa itu.

"Manis banget dia." Ucap Kalan sambil tersenyum tipis. Mood nya sangat bagus sejak bertemu dengan bocah itu. Dia bahkan sudah tak pernah berbicara ketus dengan nada datar kepada keluarganya. Walaupun ucapannya masih terbilang dingin, namun melihat kalau dia sudah mau diajak mengobrol oleh keluarganya benar-benar kemajuan pesat.

"Kangen sama dia." Bisiknya pelan.

Akhir akhir ini Kalan sering sekali lewat di tempat pertemuannya dengan Leo, bahkan tak jarang dia mendatangi komplek tempat terakhir kali dia mengantar bocah itu, tapi tak ada satupun yang mengenal bocah itu. Orang-orang di sana bersikap tidak ramah padanya. Mereka berlaku seakan-akan menyembunyikan Leo dan tak mengizinkan dirinya untuk sekedar masuk ke dalam komplek.

"Kalan."

Pemuda itu menoleh ke arah pintu, disana terlihat seorang wanita paruh baya yang terlihat masih begitu anggun walau keriput sudah terlihat jelas di wajah ayunya. Wanita itu berdiri di ambang pintu dan menatap lembut netra Kalan yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa mukanya kusut begitu hm?" Tangannya sambil berjalan mendekat ke arah Kalan. Pemuda itu hanya menggeleng lalu memeluknya. Dia menumpukan dagunya di bahu wanita itu.

"Ma... Kalan kangen dia." Ucapnya lirih. Wanita itu diam dan hanya mengelus rambut putranya.

"Tenang aja sayang. Pasti nanti ketemu juga kok. Kalau takdir udah ngasih pertemuan di awal, yakin aja kedepannya bakal ketemu lagi." Jelasnya menghibur sang putra yang terlihat sedih itu.

"Tapi ma, gimana kalau gak ketemu lagi? Kalan benar-benar kangen sama Leo." Sanggahnya dengan nada sendu.

"Hei, yakin aja ok? Mama yakin kamu pasti ketemu dan bisa bawa dia ke rumah. Mama juga pengen ketemu sama anak yang udah buat anak mama ini uring uringan nyariin dia." Sahut sang ibu berniat menggoda.

"Iya, semoga aja ma." Harap Kalan dari hati terdalamnya.
















Ekhem!!!

Aing balik lagi guys😊

Seperti biasa tinggalkan jejak ya 👍

See u

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang