10

5K 431 15
                                    

"Bangun pagi ku telus mandi, aseeek!! ndak lupa gosok gigi~bial Leo tambah ganteng–"

–Ekhm!

Leo merengut kesal pada Parto ketika acara goyang cantiknya diganggu dengan gaya. Di sana, di ambang pintu, Parto nampak bersandar sambil melipat tangan di depan dada, menatap Leo dengan tatapan sinis bercampur pasrah.

"Goyang aja terusss! Gak usah mandi kalau perlu." Ujar Parto menyindir si bocah yang sejak bangun tadi sudah goyang melenggak lenggokkan bokong bahenolnya di depan cermin.

"Ili?! Bilang om!!" Judes Leo lalu merotasikan bola matanya. Aduh, Parto sampai melongo di tempat karena ulahnya. Pagi-pagi bocah itu sudah bernyanyi lagu edukasi anak, salah lirik pula, tapi hebohnya na'uzubillah. Parto hanya harus banyak banyak bersabar.

"Dah! Sana mandi lu! Asem itu badan." Titah Parto yang dibalas delikan dari Leo.

"Leo masih wangi! Badan bau kastuli  juga om bilang bau! Gak like adek om!" Nah kan. Semakin kesana makin kesini jadinya. Untuk kesehatan mentalnya, akhirnya Parto memilih meninggalkan kamar tersebut.

"Ganggu aja om mah, padahal kan lagi asik juga." Sungut bocah itu sambil berjalan masuk ke kamar mandi, bersiap untuk berenang bersama dengan boneka jangkrik kesayangannya.

Setelah selesai dengan rutinitas paginya, kini Leo sudah berada di jalanan yang sudah dia patenkan sebagai daerah kekuasaan. Ngomong ngomong, untuk sampai di daerah itu, Leo membutuhkan perjuangan panjang. Mulai dari menangis kencang agar diizinkan keluar, sampai dengan harus mendorong motor butut Farhan yang ngambek karena bensin habis.

Saat ini, bocah sembilan tahun itu celingukan kesana kemari untuk mencari target yang pas untuk di copet. Oke, sebelumnya untuk yang penasaran bagaimana cara seorang Leo mencopet, mari mendekat.

Sebenarnya Leo itu pencopet tapi tidak mencopet. Cara kerjanya adalah, hentikan orang yang sesuai dengan kriteria untuk di copet, lalu pasang wajah imut. Maka orang-orang itu akan memberikan uang secara sukarela kepada bocah tengil itu. Jadi bagaimana? Mengerti kan?

Perhatian Leo tertuju pada beberapa pria yang terlihat berbincang-bincang dan menghentikan jalan orang yang kebetulan lewat di depan mereka, dan alangkah terkejutnya bocah itu saat tau bahwa para pria itu adalah pemalak.

Dengan wajah garang, Leo berjalan mendekat pada mereka.

"Woi!! Lu pada ngapain di daelah gua?! Mau cali hidup?! Eh, salah, cali mati?!" Suara cempreng Leo terdengar dan membuat para pria itu berhenti dari kegiatannya. Saat melihat Leo, mata mereka membelalak dengan binar mata yang terang benderang. Leo bahkan bergidik saking ngerinya ekspresi itu.

"BOS!!!"

Leo memegang dadanya berjaga-jaga siapa tau jantungnya akan melompat. Teriakan menggema itu membuatnya terkejut oke. Belum lagi saat tiba-tiba para pria itu berlari menghampirinya yang asik merasakan dengan detak jantungnya yang dag dig dug ser!! Berasa senam jantung Leo tuh, pagi pagi.

"Bos kemana aja baru keliatan?"

"Bos makin gembul aja."

"Akhirnya bos, kita ketemu lagi!!"

Leo merotasikan bola matanya. Kesal di tuh!!

"Ngapain di daelah gua?" Tanya Leo berkacak pinggang, wajah imutnya yang dibuat buat sangar malah terlihat semakin menggemaskan. Pipi tumpahnya itu sangat menggoda untuk di sentuh. Tapi para preman itu mana berani, belum sempat di sentuh tangan mereka yang akan patah nanti. Pawang Leo itu mengerikan, dan jumlahnya bejibun.

"Ekhm, kagak ada bos. Cuma lagi maen aja di sini." Sahut mereka. Leo memincingkan mata sambil mengetuk ngetuk dagunya dengan jari telunjuk, layaknya sudah seperti detektif profesional. Jelas jelas Leo melihat mereka malak orang tadi.

"Bohong, gua liat sendili kalian malak olang lewat tadi." Tuding Leo. Para preman itu nampak berkeringat dingin tidak tau harus menjawab apa. Akhirnya dengan berat hati mereka memutuskan untuk menjawab jujur saja.

"Iye bos. Kite malak tadi, nih duitnya buat bos aje. Kite ikhlas." Ujar salah satu dari mereka sambil menyodorkan beberapa lembar uang lima ribuan. Leo nampak berfikir sejenak sampai....

"Udah, itu buat lu aja. Gua lagi baik hali ini." Para preman itu langsung sumringah dengan wajah cerah.

"Makasih bos. Sabilah beli cilok di depan." Dengan senyum sumringah, para preman itu beranjak pergi setelah di perintah oleh si bos cilik untuk pergi dari daerah itu.

Leo kembali pada kegiatan sebelumnya, yaitu untuk mencari target copet dari kalangan berduit. Lama menunggu, tapi tak ada satupun yang memenuhi kriteria. Anak berpipi gembul itu memonyongkan bibirnya, ketika kaki kecilnya sudah lelah berdiri.

Dan lagi, anak itu juga merasa dejavu saat ini. Roman Roman keadaannya sama seperti kejadian saat bertemu dengan pemuda kaya yang telah memberinya banyak uang itu.

"Hah~kok jadi kangen bang Kalan ya? Kan lumayan kalo ketemu, dapat duit banyak." Gumam bocah itu. Saat saat seperti ini, dia jadi merindukan Kalan isi dompet Kalan.

Kaki bocah itu melangkah tanpa dia sadari.

Setelah berjalan tanpa arah, anak itu berhenti dan melihat sekeliling. Dia sampai di sebuah kawasan sepi dengan pohon pohon besar di sekelilingnya.

"Duh, kok bisa di sini? Ini dimana lagi?" Tanyanya entah pada siapa. Tiba-tiba saja, wajah Leo berubah menjadi panik.

"Masa nyasal lagi sih?!" Pekiknya histeris. Oh tidak!! Dia jadi teringat kejadian dimana dia yang tersesat sampai berakhir di rumah sakit.

Bugh

Bugh bugh

Plak

Dugh

Leo berhenti mendumel ketika telinganya menangkap samar samar suara gedebuk, dan membuat anak itu mengernyitkan kening. Dia kembali mencoba menajamkan pendengaran nya dan suara itu masih tetap terdengar.

"Om palto~tolongin Leo... Gimana kalo itu suala olang jahat yang lagi main belantem belantem? Aduh... Leo ndak mau mati muda om, maafin Leo udah nakal sama om..." Panik si bocah kala suara gedebuk gedebuk itu semakin jelas. Ya iya lah, orang kakinya semakin melangkah ke arah suara gedebuk itu berasal.

"Aduh, kok kaki Leo ndak bisa belhenti, ya?" Bingungnya ketika kakinya tidak sinkron dengan pikirannya.

"Kakinya ndak bisa diajak komplomi, sih~" Kesalnya, tapi masih tetap berjalan. Leo itu penasaran oke?

Semakin dekat kakinya melangkah, suara gedebuk itu juga semakin terdengar jelas,

Hingga......

























Maaf, digantung✌



.
.
.
.

Leo balik nih, gesss <^>

.
.
.
.

Typo, tandai.

See u,....

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang