"YUHUUU!!! KELEN ABANG!!! LEBIH CEPAT!!!"
"....."
"WAW!!! EMEJING!!! ARRRGGGHHH, HAHAHAH!!!"
Arka tersenyum tipis di balik helm fullface nya. Dia tidak tau kalau anak yang di jok motor belakangnya sangat excited saat dia bawa naik motor. Anak itu terus berteriak dan tertawa kencang sambil terus memintanya untuk menambah kecepatan, seakan-akan lupa bahwa beberapa saat sebelumnya dia baru saja keluar dari rumah sakit.
"LAJU LAGI ABANG!!!"
Lagi lagi Arka tersenyum mendengar permintaan Leo. Tangan anak itu juga semakin memeluk erat pinggang Arka dan terus berteriak kesenangan.
"Seneng hm?" Tanya Arka basa-basi.
"NDAK DENGEL ABANG!!" teriak Leo kesal.
Arka menghela napas, sebelum akhirnya ikut berteriak.
"LEO SENENG?" Deru mesin motor Arka membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Dalam hati pemuda itu juga bingung, bagaimana bisa anak seumur Leo tidak takut naik motor dengan kecepatan seperti itu.
"SENENG ABANG!! LASANYA KAYAK ILONMEN!!!"
"ABANG JUGA SENENG NDAK?!" Leo balas bertanya.
"Hm.. Seneng banget." Bisik Arka yang tentunya tak mungkin di dengar oleh Leo.
"ISH!! JAWAB ABANG!!" Leo mencibik kesal sebab Arka tak menjawab pertanyaannya.
"IYA LEO!! ABANG JUGA SENENG!!" balas Arka. Lalu keduanya tertawa bersama-sama. Tak peduli dengan pandangan aneh dari para pengguna jalan yang lain, kedua manusia beda usia itu terus berteriak dan tertawa bak orang gila yang baru melihat dunia.
Beberapa saat kemudian, jalan yang mereka lalui semakin menyepi hingga akhirnya motor Arka berhenti tepat di depan pintu masuk sebuah komplek yang tak dikenal oleh Arka.
"Tinggal di komplek ini?" Tanya Arka yang diangguki oleh Leo. Bocah itu turun dibantu Arka sebab dia tak akan bisa turun sendiri dari motor tinggi itu. Arka menatap aneh komplek itu lalu pandangannya juga beralih pada Leo yang juga balas menatapnya.
"Abang antar sampe ke dalam." Ucap Arka mutlak. Leo langsung menggeleng ribut, bisa bahaya kalau orang-orang di dalam melihat orang asing masuk komplek. Abang barunya ini bisa bisa babak belur nanti. Kan Leo tidak tega.
"Ndak usah abang. Leo bisa sendili." Jawabnya. Arka mengagguk saja, lain kali dia pasti bisa masuk ke dalam. Kini pandangannya benar-benar terlalu pada sosok mungil di hadapannya. Itu....
Terlihat sangat menggemaskan.
Ekhem!!
Arka berdehem memecah keheningan diantara mereka. Pemuda itu juga menatap ke arah lain sebab tak sanggup melihat bocah menggemaskan di depannya. Arka memberikan jaket tebalnya pada Leo tadi saat dalam perjalanan, dan lihatlah tubuh yang seakan tenggelam itu sekarang. Huh! Arka tidak pernah merasa gemas hingga ingin menggigit pipi bulat sebelumnya.
"Masuk, disini dingin." Titah Arka yang diangguki oleh Leo. Anak itu sudah merasa lelah dan ingin segera berbaring di kasur tercintanya.
"Jaket abang gimana?"
"Pake aja dulu." Sahut Arka. Bocah itu mengagguk senang. Siapa coba yang tidak terima jaket tebal nan hangat seperti yang dia pakai? Huh, kalau Leo sih terima saja asal gratisan.
"Buat Leo aja boleh?"
Arka mengangguk pelan. Mata berbinar Leo entah mengapa membuat Arka juga ikut senang. Anak itu tiba-tiba saja mengulurkan tangannya ke arah Arka yang dibalas kernyitan bingung oleh pemuda itu.
"Minta duit?"
Leo mendelik kesal kepadanya. Apa apaan itu? Dia pikir Leo sematre itu? Tidak, tidak salah maksudnya, hehehe... Eits, tapi untuk hari ini Leo tidak akan memoroti Arka yang sudah menolongnya tadi. Hitung hitung sebagai ucapan terimakasih. Tapi ingat, untuk hari ini saja, tidak tau besok.
"Leo mau salim abang..." Gemas Leo tuh. Bisa bisanya Arka tak paham. Pemuda itu terkekeh lalu ikut mengulurkan tangannya yang langsung di sambut oleh Leo. Anak itu mencium tangan Arka lalu berlari masuk ke dalam komplek tanpa menghiraukan panggilan Arka yang memintanya untuk tidak lari.
"Hah... Anak nakal." Gumamnya kembali tersenyum. Acara tertegunnya terhenti kala ponselnya berdering keras di sakunya. Pemuda itu menghela napas kesal lalu mengangkat panggilan itu.
"Hm.gua di jalan." Sahutnya singkat, dan tanpa mendengar jawaban dari pihak yang lain dia langsung memutuskan panggilan. Arka naik kembali ke motornya lalu melajukan kuda besinya itu meninggalkan pekarangan komplek. Suasana hatinya benar-benar baik sekarang.
***
Sementara Leo, dia berjalan ke arah warung Parto dengan langkah ceria. Tidak tau bagaimana paniknya warga komplek sekarang sebab dirinya yang tak kunjung kembali padahal hari sudah malam.
Mata bulatnya terpaku pada gerombolan orang-orang yang berada di depan warung Parto. Kaki kecilnya berhenti kala orang-orang yang sangat di kenalnya itu nampak panik, bahkan dia dapat melihat Nisa yang menangis dalam pelukan Parto.
"Kok lame banget ya? Ada apa'an nih?" Batin bocah itu. Perlahan kaki kecilnya mendekati gerombolan orang-orang itu.
"Pelmisi.... Ini ada apa ya?"
Krik krik
Suasana mendadak hening. Bahkan suara jangkrik pun terdengar sangat jelas di telinga. Leo menggaruk pipinya yang tidak gatal sebab merasa canggung di tatap bersamaan oleh para warga itu.
"LEO!!!"
anak itu tersentak kaget mendengar mereka memanggil namanya dengan kompak, seperti paduan suara saja pikir Leo. Namun tak ayal, dia juga menampilkan senyum manisnya dengan tampang tak berdosa sama sekali.
"Hehehe... Leo pulang."
Part nya pendek ya...
Btw, ang balik nih? Ada yang nungguin dede Leo gk?
Hahaha, berjanda....
Pokoknya happy buat kalian semua. Jangan lupa ninggalin jejaknya ya....
See u✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Leo
FanfictionMonggo di baca. Ini first book saya, so monmaap karena masih banyak banget salahnya. Karya murni dari brain mungiel saya, and gk ada plagiat plagiat!!!