19

2.9K 339 16
                                    

Typo tandai....


"Yeay!! Timezone!!"

Leo memekik girang kala matanya dihadapkan berbagai macam permainan yang menggiurkan itu. Mulutnya menganga dan mata bulatnya yang berbinar lucu, tangan gempalnya juga ia kepalkan di depan dada.

Kalan dan Arka serta empat perintilannya tersenyum gemas  sambil sesekali mengusak gemas surai lembut si bocah.

"Seneng?"

Leo mengangguk antusias pada Viko.

"Leo sering gak, datang ke sini?" Leo menoleh pada Galang yang kini bertanya. Bocah itu menggeleng pelan lalu menunduk dengan wajah sedih. Para ATM berjalannya saling melempar pandang dengan tatapan bingung.

"Kenapa sedih?" Tanya Arka sembari mengelus pelan bahunya. Anak itu mendongak menatap Arka yang menjulang tinggi itu. Dalam hati Leo mencibir pasal tingginya yang hanya setinggi paha Arka.

Ish! Menyebalkan. Dia jadi lupa akan kesedihannya tadi.

"Udah udah. Kita langsung masuk aja yuk!" Ajak Viko yang semangat empat lima. Mengangguk setuju lalu masuk ke dalam Timezone untuk bersenang-senang.

Berbagai macam permainan dan juga berjenis-jenis jajanan sudah di rasakan oleh Leo. Anak itu benar-benar senang hari ini. Bahkan tak terasa hari sudah hampir sore. Leo merengut tak suka ketika Kalan bilang kalau mereka harus segera pulang. Dia kan belum puas!

"Ndak mau..." Rengek Leo dalam gendongan Kalan. Bocah itu berontak minta di turunkan sebab masih ingin bermain di sana.

"Leo, kita harus pulang." Ucap Arka memberi pengertian. Dia juga masih ingin bermain dengan Leo sebenarnya. Tapi mengingat perjanjian dengan Parto yang mengatakan bahwa Leo harus sudah pulang sebelum malam pun membuat mereka mau tak mau harus menyelesaikan ini.

"Ndak mau!"

"Leo, pulang ya. Emang mau nanti di marahin sama om Parto?" Galang mencoba menakut-nakuti si bocah yang ajaibnya langsung membuat Leo diam. Dalam hati mereka merutuk, kenapa tidak dari tadi saja coba? Ayolah, telat sedikit saja mengembalikan Leo, mereka bisa terancam tak akan diizinkan untuk bertemu dengan anak itu.

Parto agak sedikit menyeramkan untuk mereka.

Tanpa menunggu lama lagi, mereka langsung bergegas menuju kediaman Parto.







★★★

"Kakak mau kemana?"

Nisa menoleh saat mendengar suara imut itu menyapa gendang telinganya. Di sana, dia melihat Leo yang hanya memakai handuk sebatas pinggang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Hah... Leo, harus berapa kali sih kakak bilang? Jangan keluyuran cuma pake handuk, nanti masuk angin..." Gemas Nisa sambil mencubit hidup mancung si bocah. Anak itu hanya menyengir dan tertawa tanpa dosa.

"Kayaknya adik kakak lagi seneng banget nih!" Ujar Nisa sambil menuntun Leo masuk kamarnya. Dia mendudukkan bocah itu di pinggir ranjang lalu mencubit gemas pipi penuh lemak itu.

"Heheh~Leo seneng kalena kemalin main sama abang abang!" Dengan semangat Leo menceritakan pengalamannya bermain kemarin. Niatnya ingin bercerita pada Nisa semalam, tapi gadis itu pulang larut dan Leo sudah tidur.

Jadi setelah mandi tadi Leo langsung ke kamar kakaknya untuk bercerita takut Nisa nanti sudah berangkat ke kampusnya.

"Wah!! Baik banget ya, abangnya. Jajanin adek kakak yang perutnya kayak karet ini!" Ledek Nisa lalu menggelitik perut Leo hingga anak itu tertawa terbahak-bahak.

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang