25

2.4K 256 6
                                    

KEMBALI LAGI BERSAMA LEO ALL!!!

ADA YANG NUNGGUIN LEO UP GAK SIH?!

Dahlah, enjoy buat kalian gengs... Jangan lupa senyum pepsodent^–^




Parto dan Nisa di buat kelimpungan dengan tingkah Leo yang tidak mengizinkan mereka masuk ke dalam kamarnya. Anak itu masih kesal ngomong ngomong, enak saja dia ditinggal sendiri, dengan manusia macam Farhan lagi. Karena itulah dia menyerukan kekesalannya dengan mengunci diri dalam kamar.

Bujukan demi bujukan dari Parto dan Nisa tidak direspon sama sekali. Dua manusia itu masih tetap berdiri di depan pintu sambil terus meminta si bocah membuka pintunya.

"Leo, keluar dek!" Seru Nisa.

"Maafin kakak sama babeh! Kita gak maksud ninggalin adek sendiri, kan juga ada bang Farhan tadi." Lanjutnya namun masih belum ada jawaban dari dalam.

"Beh, gimana?"

Nisa menelan ludah kasar saat melihat raut wajah sang ayah yang sudah menggelap. Bahkan Nisa melihat dengan jelas rahang ayahnya yang mengeras.

"Leo, keluar!"

Hening. Masih tak ada jawaban dari dalam. Parto menghela napas kasar lalu mendekat kearah pintu.

"Keluar sekarang, atau boneka jangkrik kamu om bakar."

Klek,

Berhasil. Kepala kecil itu menyembul dari balik pintu. Nisa dan Parto menghela napas lega melihat bahwa bocah itu baik baik saja.

"Ndak usah ngancem! Leo ndak suka!" Sinisnya mendelik sinis pada dua orang itu. Enak saja boneka kesayangannya mau di bakar. Langkahi dulu mayat Leo!

"Ngapain pake ngunci kamar segala?!" Marah Parto yang melotot seram pada anak itu. Tapi dengan beraninya Leo membalas Parto dengan tatapan tak kalah sengit.

"Leo malah sama om! Om jahat ninggalin Leo sendili! Mana ndak di buatin susu lagi!" Cetusnya kesal setengah mati. Bibirnya merengut tak suka, tanda bahwa bocah itu benar-benar kesal.

Saat Parto hendak memegang bahunya, tangan lelaki itu langsung ditepis oleh Leo. Mendapat perlakuan itu, entah kenapa Parto jadi emosi. Dia tidak suka ditolak, apalagi ditolak oleh bocah dengan title 'kesayangannya' itu.

"Leo. Jangan buat om marah." Geramnya dengan tatapan tajam. Anak itu menunduk takut, tapi sesaat kemudian dia kembali mendongak dan membalas tatapan Parto.

"Leo ndak takut tuh!" Jawabnya dengan berani meski tangannya gemetar. Parto mendengus kasar lalu menarik tangan anak itu.

"Shh... Sakit om!" Ringis Leo kesakitan. Dia berontak minta dilepaskan namun cekalan tangannya semakin kuat. Nisa menatap khawatir sang adik yang sudah menangis akibat tangan kecilnya yang di remat kuat.

"Beh, adek luka beh!" Pekik Nisa namun tak diindahkan Parto. Mereka ke luar dari rumah dan langsung menuju mobil yang terparkir di halaman. Parto mendorong Leo masuk, lalu melepas cekalannya.

Dia mencium pergelangan tangan Leo yang memerah lalu mengelusnya lembut.

"Jangan buat om marah lagi, hm? Om minta maaf." Bisiknya di telinga si bocah namun tak digubris karena anak itu sibuk menenangkan tangisannya. Setelahnya Parto masuk dan duduk si kursi kemudi. Nisa yang audah duduk di samping Leo segera memeluk anak itu.

"Sakit ya..." Cemas Nisa yang dibalas anggukan lemah oleh Leo. Dia meniup niup lembut bekas merah itu berharap rasa perihnya akan berkurang.

"Om ja-hat hiks..." Lirih Leo. Air matanya kembali mengalir sebab rasa perih di tangannya semakin menjadi. Mobil itu segera beranjak keluar dari komplek.

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang