21

3.1K 383 20
                                    

Typo bertebaran~




Enjoy reading dude🌸🌸🌸🌸🌸



"APA?!"

Nisa tersentak kaget hingga nyaris menjatuhkan laptop yang ia pangku. Pasalnya orang di sebelahnya berteriak kaget saat baru saja menekan ikon hijau pada ponselnya.

"Kenapa lo?" Tanya Nisa semakin bingung ketika melihat raut wajah Vaza yang begitu panik bercampur tegang. Apalagi saat perempuan itu tergesa-gesa memasukkan barangnya ke dalam tas.

"Nis, sorry ini urgent banget, gue harus pulang." Tuturnya cemas. Nisa hanya mengangguk dengan ekspresi cengonya. Biasanya temannya ini akan terlihat tenang di situasi apapun. Tapi masalah apa yang membuat Vaza jadi sangat cemas begitu?

Sibuk berfikir, Vaza sudah tak ada di hadapannya.

"Mana tuh anak? Cepet banget dah ilangnya." Cengonya sembari celingukan, tapi nihil. Atensi Vaza tak lagi dilihatnya. Apakah perempuan itu punya kemampuan teleportasi? Nisa menggelengkan kepalanya saat pikiran ajaibnya mendominasi.

"Gak papa lah, lain kali kan bisa selesai tegasnya. Sekarang waktunya kita pulang dek!"

Hening.

Nisa meliarkan pandangannya ke penjuru taman, tapi bocah gembul itu tak ia lihat wujudnya.

"Adek? Leo, hei! Kakak panggil lho!"

Gawat, air mukanya mendadak pucat saat menyadari kalau di tempat itu hanya dirinya. Kemana? Dimana Leo? Tidak, semoga tidak terjadi hal yang tak ia inginkan.

"Leo!! Adek dimana?! LEO!"

★★★

"Om lapel banget ya?" Celetuk Leo saat melihat om itu makan dengan lahap. Bahkan rotinya sudah habis tiga bungkus. Pria itu hanya tersenyum kecil sambil terus menerima suapan roti dari tangan bocah di hadapannya.

Entahlah, makanan yang ia makan terasa sangat lezat walau hanya roti saja. Jadi dia ketagihan dan ingin lagi dan lagi.

"Nama om siapa? Leo ndak tau tuh."

Bibir itu mengerucut sebal karena lagi dan lagi perkataan maupun pertanyaannya tak dijawab sama sekali. Leo kesal tau! Dari tadi dia bicara tapi tak ada satupun ucapannya yang di balas.

Sementara yang diajak bicara menghela napas kecil. Pria itu bukannya tak mau menjawab, tapi dia terlalu lemah untuk mengeluarkan suara. Dapat asupan makanan dari bocah itu cukup membuat tenaganya sedikit kembali.

"Raja. Nama om Raja." Sahutnya pelan. Mulut Leo membulat dengan mata melotot lucu, bahkan tangannya juga otomatis bergerak menutup mulutnya yang terbuka sebab tak menyangka jika pertanyaannya di respon.

"Akhilnya, om jawab Leo. Kilain om ndak bisa bicala tadi." Ujar bocah itu masih dengan tampang terkejutnya. Pria-ah, Raja maksudnya, dia terkekeh melihat tingkah bocah menggemaskan ini.

Setelah empat bungkus roti dan sebotol air mineral itu tandas, Leo memilih duduk di depan Raja yang menatapnya dengan tatapan dalam. Melihat tatapan itu, Leo pikir si om masih lapar. Dan yang tersisa hanyalah beberapa bungkus coklat, dan dia tidak akan memberikan itu lagi.

Jadi, dia memasukkan coklat coklat itu ke kantong hoody softblue yang ia kenakan.

"Om ndak boleh makan coklat. Coklat ndak sehat." Ucapnya dengan wajah serius seolah sedang menakut-nakuti anak kecil. Raja kembali dibuat tertawa melihat itu. Bilang aja kalau gak mau di kasih.

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang