24

2.6K 318 17
                                    

Typo tandai✌






"OM!!"

"OM PALTO!!?"

"KAKAK!!!"

"Ish! Mana sih semua olang?!"

Pagi pagi sekali, bocah gembul itu sudah berteriak memanggil sana-sini penghuni rumah, tapi tak ada satupun panggilannya yang dijawab. Tega sekali mereka pergi tanpa dirinya! Hiks... Leo kan sedih.

"OM!! KAKAK!!"

Tetap tak ada jawaban. Tolonglah... Leo ingin menangis sekarang. Bagaimana tidak? Biasanya Parto atau Nisa yang akan membangunkannya tiap pagi lalu menyiapkan Segelas susu coklat untuknya. Tapi pagi ini, jangankan susu coklat, batang hidung dua orang itu saja tak kelihatan. Leo kan jadi berfikir yang iya iya.

"Hiks..."

Nah. Jatuh juga air mata yang dia tahan sejak tadi. Anak itu duduk lesehan di lantai lalu berguling-guling disana sambil menangis keras berharap tangisannya didengar oleh Parto ataupun Nisa.

"Hiks... Om hikss..."

"Susu hiks, susu Leoo.... Hiks... Mau susu!!!"

"ASTAGA LEO!"

Anak itu berontak saat orang yang tadi meneriakinya kini beralih menggendongnya. Kaki bocah itu menendang tak karuan hingga berkali-kali mengenai badan Farhan yang menggendongnya. Bahkan burung pemuda itu juga ikut di tendang sana sini oleh Leo.

"Arrgh!!! Dek jangan di tendang!! Burung abang belum masuk ke dalam sangkar yang tepat!!" Pekik Farhan sebab tendangan Leo semakin kuat. Sepertinya anak ini bisa menjadi pengganti Ronaldo nanti

"Aduh, nih bocah tantrum pagi pagi..." Gerutu Farhan kewalahan menahan pergerakan brutal Leo. Anak itu menjerit sambil masih berontak bak cacing kepanasan, membuat Farhan makin kalang kabut. Bisa mati dia kalau pawang Leo tau bocah kesayangannya menjerit begini.

"Om Palto hiks... Mana OM PALTO!!"

"Leo... Hei, tenang oke..." Farhan membujuk sambil mengusap lembut punggung anak itu. Leo yang memang sudah lelah menangis memilih meletakkan kepalanya di bahu lebar Farhan. Anak itu sudah tak sehisteris tadi, tapi napasnya masih putus putus sebab sesenggukan.

"Hiks.. Meleka ugh, hiks tinggalin Leo... Ndak huks... Dibuat susu lagi hiks... Ugh." Lirihnya pelan. Dalam hati Farhan hanya mencibir kepada bocah digendongannya. Lihatlah betapa menggemaskannya anak ini. Mengadu lirih seolah dialah yang paling tersakiti, bersikap manis bak anak kecil polos yang tak tau apa apa, padahal tingkah biasanya bak iblis yang baru dilepas dari neraka.

"Iya iya, biar abang yang buat susunya. Leo mau kan?" Setelah mendapat anggukan, Farhan segera bergegas menuju dapur untuk membuat susu.

"Nih susunya."

Mata bulat yang masih berair itu langsung berbinar cerah tatkala segelas susu coklat terhidang di depan mata. Seolah Leo yang menangis dan meraung tadi tak pernah ada. Anak itu menenggak buru buru susu coklatnya, namun berakhir menangis lagi karena susu itu panas.

Lidahnya terbakar!!!!

"Hiks... Hueee!!!! Ab-bang hiks jahat!!!"

"Makanya pelan pelan... Rakus banget jadi orang..." Cibir Farhan sambil meniup niup gelas susu itu. Setelah dirasa cukup dingin, akhirnya dia memberi susu itu dan langsung ditenggak habis oleh Leo.

Anak itu tersenyum begitu manis sambil mengucapkan terimakasih pada Farhan yang hanya dibalas anggukan dan usapan lembut dikepalanya oleh pemuda itu. Dia menatap lamat bocah di depannya. Tak terasa sudah sembilan tahun dan bayi yang saat itu masih merah kini telah tumbuh sebesar ini.

"Bang, om sama kak Nisa mana? Om Khailul sama om Danu juga ndak ada tuh."

Farhan menggaruk tengkuknya sebab bingung menjawab pertanyaan Leo.

"Itu... Anu, itu..."

Farhan berdecak melihat tatapan polos itu menyorot berbinar kearahnya. Mau tak mau dia harus jujur kan?

"Mereka sedang mengurus perpindahan kita."

"WHAT??!!"


*****

"Aku menemukannya."

Varan mengernyit kan dahinya pertanda kalau dia tak mengerti maksud dari ucapan Raja. Kedua pria dewasa itu terdiam. Varan dengan pikiran tentang ucapan Raja, dan Raja yang kembali membayangkan wajah tersenyum malaikat kecilnya.

"Maksudnya?"

"Aku menemukannya. Aku menemukan putraku." Tekan Raja dengan wajah serius. Raut wajah Varan yang tadinya santai langsung berubah pucat saat itu juga. Tangan gemetarnya meraih bahu sang adik lalu merematnya. Tatapan tajam itu menyorot nyalang dengan mata yang memerah menahan tangis.

"Jangan bercanda Raja."

"Aku tidak bercanda kak! Aku bertemu dengannya!! Dia nyata, dia, hiks... Putraku hidup hiks...malaikat ku kak, hiks..."

Varan melepas rematannya. Kalau sudah begini, tak mungkin itu hanya halusinasi kan? Bertahun-tahun mereka berusaha mencari, tapi tidak ada hasil atau atau petunjuk apapun yang dapat mengantar mereka agar cepat menemukan bayi kecil itu.

Dan hari ini, adiknya pulang kerumah membawa kabar bahwa dia telah bertemu dengan putranya.

"Dimana? Kenapa kau tidak membawa dia pulang HAH?!!" Marah Varan dengan rahang yang mengeras. Apa adiknya bodoh? Kenapa tidak langsung membawa bayi itu pulang? Apa penyakit mental itu telah mengikis otak jenius Raja hingga menjadi seidiot ini?

"Raja berhenti menangis!!!" Bentak Varan yang mengundang anggota keluarga lain hingga mereka yang tadinya beristirahat segera bergegas ke kamar itu sebab takut telah terjadi hal yang buruk.

Saat sampai, mereka dibuat bingung melihat Raja yang menangis, dan Varan yang menatap tajam pada sang adik dengan wajah merah menahan amarah.

"Om, kenapa memarahi ayah?!" Sentak Kei yang tak terima ayahnya dibentak. Remaja itu dengan sigap memeluk sang ayah yang sesenggukan. Dia kaget, seumur umur dia belum pernah melihat sang ayah menangis. Namun di sisi lain, dia juga merasa wajar karena kondisi kejiwaan ayahnya belum benar-benar stabil.

"Kei!!! Jangan bela dia!! Ayah bodohmu itu membiarkan adik kalian sendirian di luar sana!!!"

Hening.

Tes

Tes

Tes

Bulir bening itu perlahan jatuh di kedua pipi Kei. Remaja itu menatap dalam manik kelam milik sang ayah. Dia harap itu benar. Dia harap tak akan ada lagi kebohongan tentang adik kecilnya. Semoga saja, adik yang dia rindukan itu benar-benar kembali.

Dan saat mendapat anggukan dari sang ayah, tangisan Kei langsung pecah. Dia memeluk erat tubuh tegap ayahnya. Kalau Kai tau, dia pasti akan sangat bahagia!! Tangisan hari itu menyeruak. Akhirnya ada sedikit harapan lagi untuk mereka.

Varan mengalihkan pandangannya dari dua manusia yang berpelukan melepas haru itu. Dia menatap tegas pada anggota keluarganya minus Kai.

"Tau apa yang harus dilakukan?"

Anggukan mantap dia dapat sebagai jawaban.









****

BRAK

BRUGH

PRANG

"Beraninya sialan itu!!!"??

Dia mengamuk menghancurkan barang barang yang berada di ruangan itu. Setelah puas menghancurkan semuanya, dia mengatur napasnya lalu berjalan dengan aura kental yang berwibawa seolah tak pernah terjadi apa apa.

"Kau pikir kau bisa mendapat kembali apa yang sudah menjadi milik ku?" Seringaian menyeramkan itu akan membuat siapa saja begidik melihatnya.

*
*
*
*

Double up!!! Yeay!!

Seperti biasa, teman². Tekan bintangnya, dan syukur juga deh kalau kalian sempatin buat komen^-^

See u, papai....

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang