27

2.3K 271 17
                                    

Hoaamm....

Leo bangun dari tidurnya. Mata setengah terbukanya menyapu pandang sekeliling, tunggu... Sepertinya ada yang aneh. Leo spontan melotot saat sadar dirinya tidak berada di kamarnya. Ini bukan kamarnya, bukan juga kamar Nisa dan bukan juga milik om Parto. Lalu dimana dia sekarang?

"Anjil, gue dimana ini? Ndak mungkin di culik kan? Olang gue juga bulik?" Bibirnya mencibik kesal ketika otak kecilnya berasumsi jika dia telah di culik. Namun sesaat kemudian, mata bulatnya melotot pt.2.

"Kemalin kan gue ke lumah bang Kalan." Gumamnya sambil menepuk jidat. Astaga, kenapa dia bisa pikun pikun tidak jelas begini? Apakah faktor usia?

"Sekalang kemana nih semua olang? Kenapa ndak ada yang bangunin pangelan ganteng ini?" Gerutunya sambil menggaruk pipi gembilnya yang terasa gatal. Dengan muka bantal dan juga piyama doraemon, bocah itu berusaha turun dari ranjang yang tingginya nauzubillah itu.

"Ugh, tinggi sekali, njil..."

Tap

"Akhilnya..." Leganya setelah berhasil turun. Bocah itu  melangkah keluar dari kamar tanpa menggunakan alas kaki sama sekali. Langkah pendek juga pipi yang menggembung membuat para penjaga yang berada di tempat itu menggigit bibir gemas. Apalagi saat tangan kecil itu menoel noel pipi gembilnya.

'Makin belat aja pelasaan..' Batin Leo yang baru sadar jika pipinya semakin hari semakin terasa berat. Harusnya tubuhnya yang meninggi bukan? Apa mungkin semua gizi makanan yang ia makan di serap semua oleh pipi?

Bocah itu begitu serius berfikir sambil terus berjalan. Piyama kebesarannya membuat Leo seakan tenggelam di dalamnya.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Para penjaga yang sejak tadi memerhatikan tingkahnya mengernyit bingung. Salah satu dari mereka memberanikan diri mendekat.

"Ada apa tuan muda?"

"Anjil!!! Kaget gue cokk!!!"

Para penjaga yang mendengar menjatuhkan rahang. Darimana bocah kecil ini tau kata kata itu? Leo menormalkan ekspresi kagetnya yang seperti kambing kejepit.

"Bikin kaget aja om!!" Pekik Leo kesal.

"A-anu tuan muda...maaf."

"Eiits... Ndak boleh. Om ndak boleh membungkuk depan gue. Om lebih tua, Itu ndak sopan!" Tegasnya dengan tatapan dibuat tajam. Namun bukannya takut, penjaga itu semakin membungkuk sebab tidak ingin tawanya pecah. Bocah di hadapannya mencoba marah, namun wajah merah menggemaskannya tidak mendukung untuk itu.

"Tuan muda mau kemana?"

"Mau makan! Tapi dali tadi dapulnya ndak ketemu!!" Sahutnya ngegas. Kesal Leo tuh!! Dari tadi berjalan tapi tempat yang ingin ia tuju belum ketemu sama sekali.

"Tuan muda lapar? Baiklah, mari saya antar." Senyum lebar Leo terbit. Dia dengan semangat menarik tangan penjaga itu  agar cepat sampai di tujuan. Ugh, nanti dia juga akan mogok bicara pada Parto, Nisa atau siapapun itu karena telah membuatnya kelaparan begini. Enak saja mereka!!!

"Pelan tuan muda..." Leo menyengir lalu memelankan langkahnya. Dia juga meminta maaf karena telah membuat penjaga itu kewalahan. Dengan manisnya Leo tersenyum lalu menggandeng tangan si om penjaga.

"Heheh... Maap om, faktol lapal gue jadi gini." Cengir Leo yang dibalas anggukan kaku dari si om. Penjaga itu lanjut berjalan diikuti Leo yang otomatis ikut karena tangannya yang gelendotan di lengan kekar om penjaga.

"Semua olang mana om?" Tanya Leo dengan ekspresi seriusnya yang jika dilihat lebih mirip seperti orang linglung. Lihat saja bekas iler di pipinya. Ugh!

"Tidak tau tuan muda, dari tadi saya berjaga di depan pintu kamar anda." Sahut si om yang dibalas dengusan kesal oleh Leo. "Ini nih, kalau kelebihan duit. Sebenalnya ada belapa banyak sih om, pekelja babu kayak om ini?" Ujarnya dengan bibir mencibik. "Ndak guna tau ndak?! Habisin duit aja!" Ugh, so om penjaga kena mental teman teman. Hatinya yang lembut serasa di tusuk sesuatu

"Ekhm, maaf tuan muda."

Dalam hati Leo terus menyebutkan seluruh umpatan yang dia tau, sebab apa? Sebab letak dapur rumah ini sangat jauh!!!! Leo bisa mati kelaparan kalau seperti ini.

Lihat saja, dia tidak akan berbicara pada om Parto dan Nisa serta semua orang yang tidak membangunkannya. Hump, Leo akan mogok bicara pokoknya! Dia semakin kesal ketika si om penjaga pamit pergi begitu saja tanpa mengantarkannya dulu sampai dapur! Astaga, Leo semakin ingin terbang dengan boneka jangkrik kesayangannya.

Ekhm!

Leo sontak berbalik ketika deheman berat itu mengalun masuk ke gendang telinganya. Dilihatnya seorang laki-laki paruh baya, dia kenal dengannya. Semalam dia melihat bapak ini menyambut kedatangan mereka. Wajahnya juga mirip dengan salah satu ATM berjalannya, Kalan. Jadi dapat dipastikan kalau ini adalah bapaknya Kalan juga pemilik rumah besar ini. Ugh, Leo bisa protes padanya kan?!

"Apa yang kau lihat?" Arga menautkan alis ketika melihat pandangan bocah itu terlihat sangat serius kepadanya. Apa ada yang salah? Atau sesuatu menyangkut di giginya?

"Ndak ada tuh!" Sewot Leo dengan bibir mencibik ke bawah. Heh! Percaya diri sekali bapak ini?

"Apa yang kau lakukan di sini?" Arga kembali bertanya. Leo mendelik sinis, kemudian menjawab,

"Cali dapul!"

"Cari dapur?" Beo Arga. "Untuk apa kau mencari dapur?" Lanjutnya. Leo menghela napas lelah. Like father like son. Dulu anaknya yang tidak tau fungsi duit, sekarang ayahnya yang masih bertanya untuk apa ke dapur.

"Mau berenang!"

"Berenang? Perasaan om tidak membangun kolam renang di dapur."

Arrgh!!! Tolong, Leo ingin mencekik seseorang sekarang.

"Leo mau cali makan om!!!!" Pekik Leo histeris. Bahkan matanya sudah berkaca kaca, tolonglah... Dia sudah sangat lapar!!!! Arga terhenyak kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Leo.

"Oke oke, ayo om antarkan. Kau lapar hm?" Leo mengangguk pelan sambil meletakkan kepalanya di bahu lebar Arga. "Om mu tidak membangunkanmu sarapan?" Leo kembali mengnangguk. Itu membuka luka lama Leo yang masih tak mengerti dengan jalan pikir om Parto.

"Ugh, astaga jahat sekali." Ujar Arga prihatin, namun tidak dengan sudut bibirnya yang terangkat membentuk smirk yang menyeramkan. Ah, sepertinya Arga punya ide yang brilian.

"Baiklah, om akan memberikan Leo makan. Nanti kita akan menghukum om itu."

Arga melangkah menuju dapur dengan Leo digendongannya. Anak itu benar-benar sudah lemas, perut buncitnya keroncongan tak tertolong. Cacing cacing peliharaan di perutnya sudah demo minta di beri asupan.

Lain Arga dan Leo, lain pula dengan David yang tengah kalang kabut sebab tak menemukan Leo di dalam kamar. Pria itu masuk dengan nampan di tangannya, berniat membangunkan Leo dan memberinya sarapan. Namun alangkah terkejutnya David kala tak menemukan Leo di dalam sana.

Dia keluar dan langsung saja meninju salah satu penjaga di depan kamar itu. Dia baru menanyakan kemana Leo setelah puas menumbuk wajah si penjaga hingga babak belur. Ugh, semoga korban dari keganasan tangannya tidak mendoakan David agar cepat mati.

Dia menuju dapur, dan langkahnya terhenti di ambang pintu ketika melihat pemandangan di dalam sana. Tepatnya pada dua laki-laki beda usia yang tengah bercanda ria sambil saling suap suapan di meja makan.

Tangannya terkepal. Beraninya Arga sialan itu menyuapi Leo nya dengan tangan telanjang tanpa menggunakan sendok.

David cemburu!!!!

Ekhm!!!









*****

Halo semua....

Setelah sekian lamanya leo nggk nongol, akhirnya malam ini bisa up lagi.

Maafin author yang menghilang di telan paus tanpa kabar. Banyak banget yang terjadi di dunia author akhir akhir ini. Melelahkan.

Pokoknya author maap maap.

Papayyyy

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang