5

7.1K 553 9
                                    


YUHUUUU!!!

GUYS, ANG BALIK LAGI NIH👍

Janlup voment ya, kalau berkenan jangan lupa follow akunnya juga.....

Happy reading guys:)

.

.

.




"Heh bocil!! Lu ngapain?!" Parto di buat histeris saat bangun pagi dan mendapati Leo yang sedang selonjoran di depan pintu kulkas yang terbuka. Anak itu hanya menyengir dengan bibir yang bergetar karena kedinginan.

Tanpa babibu Parto langsung mengangkat anak itu lalu membawanya ke kamar.

"Jangan cari penyakit cil. Lu ada ada aja dah." Kata Parto sembari memasangkan selimut tebal pada Leo. Anak itu hanya diam dan menatap Parto dengan mata bulatnya.

"Ngapain buka buka kulkas, terus tiduran di situ segala?" Tanya Parto geram lalu mencubit pelan pipi Leo. Anak itu mendelik lalu memukul tangan kurang ajar Parto.

"Nanti pipi Leo tambah melal! Jangan di cubit!" Begitu katanya.

"Lagian lu ngapain tadi? Buat orang jantungan aja lu kerjaannya." Kata Parto yang kembali di balas cengiran oleh Leo. Tangan Parto mendadak gatal saat melihat gigi kelinci Leo yang mencuat keluar. Dia mengangkat tangannya lalu jari jarinya diarahkan ke mulut Leo.

Dia berniat mencabut gigi kelinci itu!!

Plak!

Sebelum itu terjadi, Leo sudah lebih dulu memukul lengannya kuat. Niat Parto itupun lenyap seketika, saat anak itu menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Kulang ajal!! Om bukan doktel gigi ya!" Teriak Leo histeris.

"Hehehe... Gigi lu gemes bat cil. Pengen gua cabut rasanya."  Kata Parto tersenyum lebar.

"Cabut aja itu giginya bang Falhan!" Sahutnya ngegas.

"Gigi dia mah najis! Kagak mau, maunya Gigi lu, cil."

"Nggak, ya!!"

"Boleh, Gigi lu kan bisa tumbuh lagi, yang ntu kasih gua aja ye..."

"Om Palto gila ya? Enak aja minta gigi Leo."

"Lu ya–"

"Babeh! Leo... Kenapa sih ribut pagi pagi?" Seorang perempuan cantik tiba tiba berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang. Dia menatap Parto dan Leo dengan tatapan garangnya, dan membuat dua lelaki beda usia itu menjadi ciut seketika.

"Heheheh... Kak cantik." Leo

"Eh, anak babeh, udah bangun?" Parto

"Belom! Nisa masih molor!" Yap, betul sekali. Perempuan itu adalah Nisa, anak satu satunya Parto, Sekaligus pemegang tahta tertinggi setelah Leo di komplek Mascopet.

"Babeh sama adek ngapain ribut ribut? Mau Nisa jadiin seblak?"

"Jangan atuh, kakak cantik mah~nanti Leo di makan gimana?" Tanya Leo menatap melas pada Nisa. Perempuan itu menggigit bibir melihat serangan keimutan Leo yang membuat jantungnya dag dig dug. Dia ingin menguyel pipi itu, tapi takut anaknya menangis.

"Nggak dong... Adek mah gak bakal kakak buat seblak, babeh itu yang pengen banget di ulek." Sahutnya tersenyum devil kearah Parto.

"Hehehhe, babeh ke depan ya. Ada tamu." Leo tertawa keras melihat Parto yang lari terbirit-birit menghindari amukan Nisa. Sementara Nisa hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah bapaknya itu.

"Adek udah makan? Udah minum susu?" Tanya Nisa yang di balas gelengan oleh Leo. Perempuan itu mendekat ke arah Leo lalu dengan tiba-tiba menggendong anak itu hibgga Leo yang tak siap pun di buat menjerit histeris. Takut jatuh dia tuh, karena cara Nisa menggendong dirinya sangatlah antimenstrim, jantung Leo bisa lepas mendadak bisa bisa.

"Ish! Kak, Leo udah besal ya! Jangan di gendong gendong lagi!" Pekiknya tak terima. Nisa hanya tertawa dan langsung membawa Leo ke dapur untuk di beri makan.

Setelah makan, Leo dan Nisa kini duduk selonjoran di ruang tamu sambil menonton acara kartun favorit Leo. Anak itu sangat antusias dengan mata yang berbinar menyaksikan acaranya.

"Kakak kenapa gak kuliah?" Tanya Leo dengan mata yang masih fokus ke televisi.

"Libur dek, kakak lagi libur hari ini." Sahut Nisa.

"Oh iya kak. Kenapa sih Leo bebelapa minggu ini gak diijinin kelual selain sekolah? Padahal kan Leo kangen tuh buat malak olang." Ujar Leo sambil mempoutkan bibirnya. Siapa yang tak kesal jika tiba-tiba di larang keluar dari komplek? Padahal sebelumnya juga tidak tuh.

Sejak kejadian di mana dia di antar oleh remaja SMA yang memberinya uang itu, mendadak warga sekomplek melarangnya keluar sendirian. Dia hanya boleh keluar untuk sekolah saja, itupun harus di jaga oleh salah satu warga komplek layaknya bodyguard. Siapa yang tidak kesal coba jika kebebasannya di renggut?

"Sabar aja dek, nanti juga nyopet lagi." Sahut Nisa santai.

"Tapi kan kak, kalau Leo gak kelual kelual, populasi olang ganteng di bumi belkulang satu. Kan gak asik tuh." Sahut si bocah sambil mengangkat dagu. Berasa ingin di sanjung dia tuh, dan Nisa hanya bisa tertawa menyaksikan kenarsisan anak itu.

"Kakak bilang kan sabar. Nanti juga keluar lagi kok." Ucap Nisa sambil mengelus surai Leo yang hitam kecoklatan itu.

"Iya deh, Leo kan pintal, ganteng plus suka menabung, jadi halus sabal sabal." Jawab Leo lagi. Nisa hanya mengiyakan saja sembari terus mengelus surai Leo yang terasa begitu lembut saat menyentuh tangannya.



***

Beberapa minggu kemudian, Leo sudah diizinkan beraktivitas kembali seperti biasanya. Dia sudah mulai turun ke jalanan dan memantau daerah kekuasaannya, dengan beberapa penggemar yang langsung meminta untuk ber- swafoto dengannya.

Karena Leo itu salah satu spesies manusia tampan, secara sukarela dia meladeni para penggemarnya, baik sesama copet, atau dari kalangan warga sekitar yang sangat mengenali buntalan anak berwajah bayi itu. Ayolah, beberapa minggu tak bertemu dengan Leo membuat mereka rindu dan jiwa raga mereka terasa hampa:)

Jadilah Leo yang niatnya ingin menghasilkan uang, malah meladeni para penggemarnya yang terus berdatangan bak ingin bertemu orang terkenal, tunggu–Leo kan memang terkenal. Sebab itulah dia dengan senang hati berfoto dengan para pengagumnya itu.

Dia kan orang ganteng, baik budi dan suka menolong.

"Hah! Capeknya..." Di sinilah anak itu berakhir. Di sebuah gang yang tak berpenghuni sama sekali. Duduk selonjoran di atas tumpukan koran dengan napas yang memburu. Dia baru saja berlari dari kejaran para penggemarnya. Awalnya dia memang berniat meladeni mereka, tapi semakin lama yang datang semakin mengerikan pula.

Ada waria, lalu ada juga kakek kakek dan tak lupa ibu ibu dandanan menor yang memaksa menyentuh pipi bohay nya.

"Kok penggemal gua jadi ngeli semua ya?" Gumamnya masih dengan napas yang terengah-engah. Bocah itu memijat kaki kecilnya yang pegal karena di paksa berlari jauh.

"Tau gini gak akan tuh gua kelual komplek." Lanjutnya. Sial sekali dirinya hari ini, niat cari uang untuk jajan, malah dapat waria yang memaksa mencubit pipinya.

"Halus diet pipi ini mah." Ucapnya dengan tangan yang menyentuh pipi gembilnya. Baru sadar dia tuh kalau pipinya benar-benar melar kalau di cubit. Pantas saja warga komplek sering kali mencubit pipinya.

Setelah dirasa kakinya sudah tidak terlalu pegal, dia berdiri dari duduknya dan melihat sekeliling. Sejenak dia terdiam dan beberapa detik kemudian.....



"WTF! OM PALTO, LEO NYASAL!!!!"












Gimana?

Segini dulu oke✌

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang