6

6.2K 524 2
                                    


Hola!!

Balik lagi nih, guys!! 😊

Jangan lupa tinggalin jejak, ya..

Happy reading

.

.

.





"WTF! OM PALTO LEO NYASAL!!!"

Hening.

Anak itu panik dan celingukan kesana kemari. Sial! Mengapa pakai acara tersesat segala?

"Aaaaa.... Gala gala penggemal mengelikan itu nih!" Rengeknya dengan bibir maju beberapa senti. Kaki kecilnya dia hentak hentak kan di tanah sebab merasa kesal dengan nasib sialnya.

"Gini amat sih, nasib olang ganteng kayak gua." Gerutunya mencak mencak tidak jelas. Lelah dengan acara gerutuan tak bermanfaat, akhirnya Leo memilih untuk keluar dari gang itu. Dia sangat tidak nyaman di sana, selain tempatnya yang kotor keadaan disana juga agak gelap. Bulu kuduknya berdiri ngomong ngomong.

Saat telah keluar dari gang gelap itu, Leo langsung dihadapkan pada jalan raya dengan kendaraan yang berlalu lalang. Suasana di tempat itu sangat ramai, trotoar sangat ramai dengan orang-orang yang lewat kesana kemari–membuat Leo bak anak tersesat di tengah keramaian. Eh?

Bukan kah dia memang tersesat?

Faktanya Leo tak tau dan tak pernah mengenal tempat ini. Kaki kecilnya tak menyadari jika sudah lari terlalu jauh dari tempat dia fansign mendadak tadi. Dan di sinilah dia berakhir. Di tempat yang tidak dia kenal dan orang-orang yang terlihat sangat menyeramkan. Yang lewat di trotoar kebanyakan adalah orang-orang dewasa dengan wajah yang tidak ramah sama sekali.

Mereka hanya fokus pada benda pipih yang mereka pegang bahkan tak jarang ada yang menyenggol tubuh kecil Leo dan tak menggubris anak itu. Jadilah dia terlihat terombang-ambing di lautan manusia itu. Rasanya Leo ingin sekali menangis sekarang!

Kaki kecilnya terus melangkah tak tau arah, berharap keberuntungan menghampirinya dengan mengarahkannya kembali ke tempat semula tadi. Tapi sepertinya harapan Leo tak akan terkabulkan. Sudah se jam dia berjalan tapi jalan pulang masih belum dilaluinya sama sekali. Yang ada sekarang perutnya yang keroncongan sebab tak diberi makan.

Gara gara acara tersesat jahannam ini, cacing cacing dalam perutnya sudah berdemo ria karena dia melewatkan makan siang.

"Ugh, sabal ya cacing cacing. Bapakmu ini ndak bawa duit, bental lagi kita pulang dan makan sepuasnya di walung om Palto." Ujarnya sambil mengelus elus perutnya yang sedikit sakit. Dia pikir itu ulah cacing cacing yang ada dalam perutnya yang sudah kelaparan. Tidak apa apa, Leo memaklumi nya.

Beberapa saat kemudian, sakit pada perutnya semakin menjadi. Namun anak jenius itu masih berfikiran jika itu wajar karena cacing dalam perutnya. Salahkan Farhan yang telah mengajari hal menyesatkan pada anak ganteng macam Leo.

"Ugh, cacing yang sabal ya. Ndak mungkin bapakmu nyopet di sini. Bapak ndak kenal tempat ini, kalau di tangkap polisi gimana?" Gumamnya sambil sesekali menggigit bibir sebab rasa sakit yang menyerang. Semakin dia melangkah semakin sepi pula tempat dia berada.

Wajah anak itu terlihat memucat, bahkan sesekali dia hampir jatuh sebab kehilangan keseimbangan. Merasa kakinya tidak sanggup melangkah lagi, anak itu memilih duduk di pinggir jalan dan menyandarkan tubuh di bawah pohon rindang yang kebetulan tumbuh di situ.

"Shhh... Sakit. Leo lapal, om Palto..." Gumamnya lirih. Tangan kecilnya meremat kencang perutnya yang seakan di remas dalamnya. Kepalanya mendadak pening, semua yang dia lihat bagai berputar putar. Pengelihatannya semakin memburam, dan sebelum semua gelap, dia melihat seseorang berjalan menghampirinya, lalu dia merasa tubuhnya melayang bersamaan dengan semua yang berubah menjadi gelap.

LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang