🅢︎🅔︎🅜︎🅑︎🅘︎🅛︎🅐︎🅝︎

21 7 1
                                    

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝


"Jika aku bisa, ku akan kembali~
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih~
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau~"

Suara serak yang khas itu terasa sopan memasuki gendang telinga. Alunan nada dari petikan gitar yang cowok itu mainkan pun semakin membawa suasana.

"Membawa kamu lewat mesin waktu~"

Ketika nyanyiannya selesai, tangannya beralih mengambil handphone lalu menuju aplikasi instagram, menggulir postingan dari satu-satunya akun yang ia ikuti di akun keduanya. Postingan dari akun Naka memenuhi beranda. Karena Naka enggan memposting tentang hidupnya di akun utamanya, ia memposting di akun kedua cewek itu.

Dulu Naka meminta satu permintaan di hari ulang tahunnya. Ia meminta Alaska membuat akun kedua, atau orang-orang menyebutnya sebagai second account. Hanya semata-mata agar cewek itu bisa mengekspresikan diri seperti teman-teman seusianya lakukan. Dan tentu saja hanya Alaska yang tahu.

Ia menatap postingan terbaru yang menampilkan Naka tersenyum ke arah kamera dengan kucing peliharaan yang ia pangku. Sedikitnya itu membuat Alaska merenung.

Naka ... pasti punya alasan kan jika ia memposting di akun dimana hanya Alaska saja yang tahu.

"Kapan lo bisa hidup sebebas ini, Naka? Apa lo gak mau juga menunjukkan kepada dunia kalau lo hidup lebih baik dari perkiraan mereka?"

Sungguh, Alaska sangat rindu dengan Naka yang saat dulu tidak peduli dengan komentar orang lain. Naka-nya yang dulu posting foto bisa beberapa kali dalam seminggu, Naka-nya yang tidak perlu overthinking soal cara pandang orang lain terhadapnya, Naka-nya yang selalu percaya diri bagaimana pun dirinya. Begitu percaya dirinya Naka.

Lalu sampai pada saatnya orang-orang tidak bertanggung jawab mulai melayangkan komentar kebencian baik melalui dunia maya, maupun secara langsung. Bullying verbal dan fisik sudah terlalu sering ia dapat. Hingga pada saat mental dan psikisnya goyah, Naka sampai harus konsultasi rutin dengan psikiater.

Perlahan namun pasti, kepercayaan diri Naka kian menurun. Bullying menjadi salah satu alasannya. Dan sumpah, Alaska tidak akan memaafkan orang-orang yang sudah membuat Naka berubah drastis, jauh dari pribadinya yang dulu.

Alaska tahu jika manusia pasti mengalami fase perubahan dalam hidup. Ada yang grafiknya naik keatas, ada juga yang menurun. Tapi dalam kasus Naka berbeda. Alaska didukung keluarganya pernah membawa kasus bullying Naka hingga ke pengadilan.

Bukan tanpa alasan ia sampai repot-repot memperkarakan orang-orang itu agar jera. Berulang kali ia memberi peringatan, tak ada satu pun yang digubris, memberi ancaman pun mereka tak jera. Sampai akhirnya ia tak tahan lagi.

Tapi apa yang Naka lakukan? Cewek itu menyetujui permintaan berdamai dengan para pelaku saat mereka mengeluarkan tangisan darah sambil sujud di kaki Naka. Cewek itu mana tega, akhirnya ia sepakat untuk berdamai dengan syarat agar para pelaku meninggalkan tempat yang ia pijak dan pergi sejauh mungkin.

Jari Alaska mulai berselancar liar diatas benda pipih itu, menimbulkan sedikit bunyi ketukan didalamnya. Rutinitas Alaska jika cewek itu update sesuatu di akun sosial media adalah memberi like dan komentar di setiap postingannya, tak terlewat satu pun.

nakanya_aku Nakaaaaaaaaa. Kok baru post sih! Gue udah nungguin lo update

nakanya_aku Makin cantik aja lo

Oh ya, jangan kaget membaca username Alaska. Karena Naka sendiri yang meminta.

Ting!

itsnakaworld_ Hai juga Laska! Padahal baru gak post 3 hari loh. Lagian juga tiap hari ketemu. Tapi makasih udah mau nunggu🤍

Alaska tersenyum hingga bulan sabit di matanya terbentuk, hatinya menghangat.

"Gue harap lo bisa menunjukkan bagaimana dunia lo itu selain pada gue, Naka. Sebagaimana username yang lo pakai, it's Naka world."

●●●


Jam dinding itu terus berjalan. Berdentang hingga menimbulkan bunyi. Di kamarnya, Naka melamun. Akhir-akhir ini ia sering sekali banyak pikiran.

Hingga saat sedang klimaksnya Naka berpikir, pintu kamarnya dibuka kasar seseorang. Ya, tidak perlu dijelaskan siapa dalangnya.

"Ada perlu apa, Vas?" Naka bertanya. Sebisa mungkin menyembunyikan raut muramnya. Ia tak boleh menunjukkannya pada siapapun.

Alih-alih menjawab sang kakak, Javas malah masuk ke kamar dan menutup pintu. Kakinya ia bawa mendekat pada Naka. Javas duduk di lantai, sedang Naka sendiri di atas ranjangnya.

"Ih, kok lo lesu gitu?" tanya Naka heran. Javas itu biasanya petakilan.

"Kak Naka," panggilnya.

"Hm?"

"Boleh curhat?"

Ah ... Naka paham.

"Boleh dong!" sahut Naka semangat. Ia menepuk ranjang agar sang adik duduk disampingnya.

Meski Naka sendiri sedang kalut oleh pikirannya, ia tetap tidak boleh lupa tugasnya sebagai seorang kakak. Tak apa, sekarang Javas yang lebih penting. Lagi pula jarang sekali Javas akan begini. Biasanya ada hal berat yang akan diceritakan.



╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang