🅣︎🅘︎🅖︎🅐︎ 🅑︎🅔︎🅛︎🅐︎🅢︎

14 7 0
                                    

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝



Hari yang Alaska tunggu akhirnya tiba. Sepulang sekolah, ia langsung pergi ke gedung sebrang, gedung khusus ekskul. Tungkainya ia bawa melangkah di koridor lantai satu sembari membaca papan yang tertera di dekat pintu bagian atas, mencari ruangan dengan tulisan futsal.

Omong-omong Naka sudah pulang duluan dengan ojol yang Alaska pesankan.

Langkahnya terhenti pada ruangan yang ia maksud. "Don't be nervous, Alaska. Lo bisa!" monolognya.

Tok tok

Diketuknya pintu kayu itu sebanyak dua kali. Pintu terbuka dan menampilkan Rey, si kapten.

"Eh, masuk, masuk."

Cowok itu masuk dan menemukan sekitar 15 orang disana duduk di kursi masing-masing. Ia mengambil duduk di kursi tersisa.

"Nah, sekarang udah lengkap. Kita mulai kegiatan hari ini."

●●●


"Makasih, Mas."

Naka memasuki rumah usai membayar ongkos ojolnya. Hendak meneguk segelas susu di dapur, pergerakannya terhenti saat ada orang yang berteriak memanggil nama adiknya.

"JAVAS! ADA TEMEN TUH!"

"IYA, KAK."

Tak lama suara grasak grusuk Javas terdengar. Cowok itu menggendong tas dan menenteng sepatunya yang baru ia beli.

"Ets, pergi kemana, Vas?"

"Kakak gak liat gue pake baju apa?"

Cowok itu mengenakan pakaian taekwondonya, lengkap dengan sabuk hitam yang terpatri cantik dipinggang. Artinya ia ada jadwal berlatih taekwondo.

Naka mengangguk-anggukan kepalanya. "Tau. Maka dari itu ...." cewek itu menjeda kalimatnya lalu mengeluarkan selembar uang berwarna biru.

"Nih, nitip mie ayam yang biasanya ya."

"Gue pulangnya sore banget, Kak."

"Gapapa. Beli juga sekalian buat lo kalau mau. Kembaliannya ambil aja, buat jajan."

"Siap, Bos!" kata Javas sambil berdiri tegak dan memberi hormat pada kakaknya.

Usai cowok itu pergi, Naka berjalan kembali ke arah dapur. Perutnya lapar dan ia harus memeriksa ada makanan apa dari tudung saji diatas meja.

Dan ... ia tak menemukan ada makanan apa-apa dari balik tudung saji itu. Ia memeriksa bahan di kulkas yang sekiranya bisa dimasak menjadi menu mudah. Berbekal resep yang pernah Alaska beri tahu, Naka mulai mengolah bahan-bahan itu.

Ia menghidangkan sepiring sosis asam manis di meja makan. Aroma masakan itu semerbak hingga ke segala penjuru.

Cewek itu menyantap makanannya dengan kepala yang tak bisa diam, menandakan betapa enak masakannya kini.

"Gila sih, enak banget. Kalau gini terus gue bisa buka resto sendiri."

Ucapnya percaya diri sambil mengibaskan rambut. Padahal masakannya saja mengandalkan resep yang pernah Alaska beri tahu. Tapi tak apa, setidaknya ada sedikit kemajuan.

Setelah menghabiskan hidangan tadi hingga tak bersisa, Naka duduk di depan tv yang menyala tapi tak ia tonton karena matanya mulai memberat. Beginilah kalau sudah makan enak, bukannya merasa energinya bertambah, yang ada malah jadi mengantuk.

"Kak?"

"Kak."

Ia membuka matanya saat samar-samar mendengar panggilan itu. Matanya mengerjap pelan dengan pandangan yang belum jelas.

"Kakak kok tidur disini? Kenapa gak di kamar aja?"

Cewek itu mengubah posisinya yang sudah tak karuan menjadi duduk dengan benar. Leher dan punggungnya terasa sakit sekali. Sepertinya ia mengalami salah posisi tidur.

"Gue dimana?" tanyanya linglung.

"Lah? Lo gak sakit lagi, kan?" Javas memegang kening Naka tergesa. Ia pun menghela napas lega saat tak merasakan lonjakan suhu panas itu.

Javas baru saja tiba di rumah pukul setengah enam sore. Lalu menemukan seonggok manusia tidur di sofa ruang keluarga dengan tv yang masih menyala.

"Ayo, Kak, makan dulu. Keburu dingin mie ayamnya."

Mereka berjalan ke arah dapur dan dengan cekatan Javas menuangkan mie pesanan sang kakak kedalam dua mangkuk.

"Tadi kenapa tidur di sofa? Tv juga masih nyala."

Sesendok kuah mie ayam yang kaya akan rasa itu masuk ke mulut Javas. Tak salah lagi keluarga mereka langganan mie ini. Karena mie ayam Pak Yoyo memang tiada tandingnya.

"Ketiduran. Tadi habis makan terus nonton tv. Tapi karena ngantuk parah, akhirnya tv yang nonton gue, bukan gue yang nonton tv."

"Astaga! Beres makan tidur, eh pas bangun lanjut makan lagi," cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hehe," hanya itu yang keluar dari mulut Tanaka Shilla.

"Mama pulang!!" pintu utama itu dibuka lebar karena mama membawa banyak totebag belanjaan.

"Loh, buat mama mana?" tanya wanita itu.

Saat baru tiba, sang mama melihat anak-anaknya ada di ruang makan dengan mangkuk yang isinya sudah tandas.

"Hehe, habis, Ma," kata Javas.

"Mama kok pulang cepat? Katanya pulang agak malam, Ma?" tanya Naka sambil mencuci mangkuk kotornya.

"Nitip," ucap Javas sambil menyerahkan alat makannya lalu melesat pergi dari sana.

"Urusan mama selesai lebih cepat. Jadi bisa pulang lebih awal."

"Oh, oke, Ma."



╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang