🅔︎🅜︎🅟︎🅐︎🅣︎ 🅑︎🅔︎🅛︎🅐︎🅢︎

12 7 0
                                    

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝



Suasana kantin pada jam istirahat pertama amat tak kondusif. Banyaknya siswa-siswi berdatangan silih berganti membuat kepadatan tak terelakkan.

Rachel duduk menyendiri di sebuah meja, sedangkan teman-temannya antre memesan makanan.

"Rachel? Duduk sendiri aja? Nakanya mana?" seseorang datang menghampiri.

"Iya, nih. Dia lagi antre bakso tahu tuh!" balasnya.

"Eh, disini kosong gak?" tanya seorang kakak kelas kala melihat kursi kosong di meja Rachel yang ia duduki seorang diri.

"Udah ada orangnya, Kak."

"Oh, yaudah."

"Eh, lo sama siapa aja disini?" seseorang yang di awal bertanya kembali berbicara.

"Biasa. Naka, Keya, sama Mina."

"Oh. Mau gabung gue aja gak? Ada Alaska juga di sana."

Di sebrang sana terpampang sebuah meja panjang yang terdiri dari dua meja yang disatukan. Rachel berpikir sejenak sebelum akhirnya mengiyakan tawaran itu.

"Naka!" Rachel melambaikan tangannya kala melihat Naka yang kebingungan sendiri mencari keberadaannya.

"Halo, Naka," Dimas, orang yang paling humble itu menyapa.

"Hai, Dim. Gue ikut disini ya teman-teman?"

"Iya, Naka. Kalau mau, tiap istirahat kalian gabung aja kesini."

"Betul tuh! Makin rame, makin seru tahu!"

Kedua orang tadi adalah Mila dan Via. Semua orang disini diisi teman-teman Alaska yang satu kelas dengannya. Empat orang lainnya tentu saja dari kelas Naka.

"Eh, tau gak sih?" adalah kalimat sakral saat ada topik hangat yang akan dibicarakan.

"Hmm, mulai deh ghibahnya."

"Biarin aja, wle ...."

Cewek-cewek yang gemar mengghibahkan sesuatu itu berceloteh ria selama kurang lebih sepuluh menit.

"Kita lanjut nanti ya, girls."

"Btw, gue dengar Alaska daftar ekskul futsal. Bener gak sih?" celetuk Via.

Alaska hanya diam sambil mengunyah makanannya tenang. Tapi alisnya terangkat sebelah bak sedang berucap, "Gue lagi nih yang kena?"

"Yeu, malah diam aja lo," cibir Mila.

Mau tak mau Alaska menjeda makannya demi menjawab pertanyaan barusan.

"Iya."

Satu kata singkat dan jelas itu terucap.

"Woah, woah, anjir."

"Gimana, Ka? Udah ada pengumuman diterima atau enggaknya?" tanya Dimas.

Semua orang disana menatap penuh harap pada cowok itu.

"Belum. Pengumumannya bakal ada pas jam makan siang nanti. Doain gue biar bisa masuk ya."

Jauh dari lubuk hati terdalam, Alaska sangat mengharap ia bisa diterima.

●●●

Di kelasnya, Alaska berusaha menguatkan hatinya kala mendapat notif pesan suara dari Rey. Mau diterima atau pun tidak, dirinya pasrah saja kalau sudah bergini.

Ia memencet tombol play dan suara dari kapten futsal itu memenuhi gendang telinganya.

"Ka, ini gue, Rey. Tanpa basa-basi lagi gue bakal kasih tau kalau lo ... DITERIMA!"

Alaska di bangkunya terlonjak kaget, menimbulkan sedikit keributan dan helaan napas teman-temannya yang ikut terkejut.

"Apa, Ka? Apa? Kenapa?" tanya Ilham bertubi-tubi.

"Ham ...."

"Apa? Apa anjir!"

"Gue diterima!"

Hening menjadi jawaban berikutnya. Tapi itu tak berselang lama karena ....

"YEYYY!"

Mereka kompak menggendong Alaska bersama-sama. Raffy yang baru saja tiba dan tak tahu menahu pun ikut-ikutan menggendong Alaska.

"Woi! TURUNIN GUE!" teriaknya Alaska.

Mereka menurunkan Alaska. Takut tantrum, katanya.

"Gue cuma diterima jadi anggotanya aja njir. Bukan jadi anggota inti. Jadi gak usah selebay itu," ujar Alaska.

"Tapi gapapa, Ka. Kan gue temen yang supportif banget. Ya, gak? Ya, gak?"

Dasar Raffy. Senang sekali mencari validasi.

"Pokoknya kawal Alaska sampe masuk tim inti!"

"Apa sih," kata Alaska, sok risih. Padahal dalam hatinya ia senang melihat reaksi teman-temannya yang begitu antusias mendengar berita ini.

"Cailah. Pokoknya gue tunggu lo bawa pulang piala, Ka."

●●●

Di sepanjang koridor Alaska senyum-senyum sendiri. Ia bisa mulai latihan futsal minggu depan.

Tapi kebahagiaannya agak sirna kala teringat Naka. Bagaimana ya ini? Ia jadi tidak bisa terus pulang bersama cewek itu.

"Alaska!"

Ia berbalik badan ketika bahunya ditepuk.

"Dipanggil daritadi gak nyaut-nyaut," rajuk Naka.

"Sorry. Tadi ada apa?"

"Gapapa. Yuk pulang!" tangannya Naka gandeng hingga menuju parkiran.

"Gue dengar dari Mila kalau lo keterima di futsal ya? Congrats, bro. Sobat gue ini pinter banget."

Naka menepuk-nepuk surai Alaska yang lebih tinggi darinya hingga ia harus sedikit berjinjit.

"Thanks. Tapi ...."

"Hm? Ada masalah?"

"Gue gak bisa terus pulang bareng lo."

"HAHA!" Naka tertawa sarkas. "Lo kok jadi gak enakan gitu sih sama gue? Santai aja kali. Kalau soal itu gak usah terlalu dipikirin," Naka mengibaskan tangannya diudara kosong.

"Terus kalau gue latihan lo pulang sama siapa? Javas bakal susah jemput lo. Rawan ditilang polisi karena masih dibawah umur."

"Laska, gue kan bisa naik ojol. Jadi santai aja."

Oh, ayolah. Alaska terlalu mempermasalahkan sesuatu yang Naka sendiri tidak mempermasalahkannya.

"Ayo pulang! Udah mendung," ajak Naka pada Alaska yang diam tak berkutik.



╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang