╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
"Eh, eh, guys! Udah tau kelas IPS sebelah ada murid baru?""Oh. Cowok ya? Tadi gue gak sengaja papasan di gerbang," timpal salah satunya.
"Oh ya?"
"Iya. Orangnya tinggi juga. Udah gitu wangi banget," katanya lagi sambil mengingat aroma parfum cowok itu.
Rachel ikut bergabung. "Emang iya? Kelas berapa?"
"Gue gak tau pastinya sih, tapi kayaknya IPS 3 deh. Soalnya tadi gue lewat sana banyak orang njir. Kayaknya pada penasaran sama murid barunya."
Rachel manggut-manggut saja. Lantas ia beranjak saat penasarannya terjawab dan menghampiri Naka.
"Naka."
"Apa?"
"Antar ke kantin."
"Mager," jawab cewek itu.
"Ets, risol mayo Bu Yul pagi-pagi gini masih hangat loh...."
"Gas!"
Rachel terkekeh dan menyusul Naka yang sudah lebih dulu bangkit.
●●●
Hari rabu adalah jadwal Alaska ekskul. Otomatis Naka akan pulang sendiri. Naka duduk di pos satpam dekat gerbang sekolah. Sekolah mulai sepi dan ia masih berada disitu tanpa ada niat pulang sama sekali. Dirinya terlalu malas berjalan ke halte bus yang berada dekat dari sekolah, pun tidak ada niatan naik ojol. Sebetulnya ia tak tahu mau pulang dengan apa. Salah sendiri sih menolak Alaska pesankan ojol.
Sebuah motor berhenti di depan cewek itu. Ia yang tak merasa mengenal orang itu hanya cuek memainkan handphone, men-scroll ruang obrolannya dengan Alaska, berusaha terlihat sibuk walau nyatanya ia sedang tidak bertukar pesan dengan cowok itu.
"Hai, Naka."
Naka mendongak, terkejut ada yang memanggil namanya, apalagi ini cowok dan ia tak mengenalnya. Ia menunjuk dirinya sendiri bingung.
"Iya. Yang namanya Naka cuma lo aja," balas cowok asing itu sambil tersenyum.
"Sekolah udah mulai sepi dan kayaknya sebentar lagi hujan turun. Mau gak gue antar pulang?"
Naka menimang tawaran itu. Langit mulai mendung, ia tak mungkin berdiam lebih lama lagi disini, kan? Tapi seseorang yang muncul dihadapannya tak ia kenal sama sekali.
"Oh iya, gue Zidan. Murid pindahan yang lagi rame-ramenya jadi perbincangan."
Dalam hati Naka mendecih sinis, "Jadi ini murid baru itu? Gak banget."
Ting!
Alaska
|Lo udah di rumah belum? Udah mendung soalnyaBahkan Alaska dan semesta sekalipun seperti mendorong Naka untuk menerima ajakan itu. Belum mengatakan apa-apa, sebuah helm sudah disodorkan.
"Ayo, keburu hujan."
Langit semakin mendung, membuat Naka tak punya pilihan lain selain menerimanya.
"I-iya...." Naka menerima helm itu agak ragu. Ya, semoga saja ia tak diculik.
●●●
Chiva dan Keya memasuki kelas sambil berlari heboh. Atensi Naka yang sedang menyapu jatuh pada Chiva dan Keya-teman-teman dekatnya."NAKAAAAAA!"
Bak sambaran gledek, teriakan kedua temannya itu sungguh menggema, memecah kesunyian yang ada. Karena Naka adalah orang pertama yang datang untuk piket. Beruntung kelas sedang sepi.
"Naka, lo kenal Zidan dari mana?"
"Udah kenal Zidan gak bilang-bilang ya lo."
Diberi pertanyaan beruntun di pagi hari membuat pening kepalanya.
"Zidan yang mana ya?"
Chiva dan Keya saling pandang, "YANG KEMARIN DI GERBANG BARENG LO, NAKA! DIA ORANGNYA!"
Jantung Naka seakan ingin lari dari tempatnya begitu mendengar suara melengking itu.
Oh, jadi yang mereka bahas itu adalah Zidan yang kemarin ia temui di gerbang.
"Jujur, ada hubungan apa lo sama dia?" cecar Keya sembari merebut sapu yang Naka pegang.
"Mau jawaban jujur atau dusta?" cewek itu sempat-sempatnya berbuat jahil.
"NAKA!"
●●●
Kini jam istirahat pertama telah tiba. Kantin mulai terasa sesak oleh orang-orang yang hendak mengisi perutnya.Di tempat yang sama, di sudut berbeda, Zidan dan teman-temannya tengah menyantap makanan masing-masing. Mata Zidan sejak tadi tak henti-hentinya menatap Naka di ujung sana, menjadikan cewek itu atensi satu-satunya, ia sendiri bahkan tak terlalu menanggapi obrolan teman-temannya.
Yoran-teman sebangku Zidan itu menepuk bahunya. Kebetulan mereka tengah bersebelahan.
"Jangan liatin Naka sebegitu intensnya, Dan. Udah ada mata yg bisa natap dia lebih dalam dari itu."
Zidan mengangkat sebelah alisnya merasa tertantang, "Siapa?" tanyanya.
"The one and only guy, Alaska."
●●●
Secangkir teh hangat sudah tersaji manis di atas meja. Alaska duduk di bangku taman belakang rumah, ditemani komik dan juga seonggok manusia-maksudnya Naka."Laska, teh gue udah habis," Naka mengangkat cangkirnya yang sudah bersih tanpa sisa air sedikit pun.
"Ambil lagi aja, Naka," masih fokus membaca komik, Alaska menyuruh Naka mengisi ulang cangkirnya. Cowok itu tahu kalau Naka sebenarnya tengah memberi kode untuk diambilkan teh oleh Alaska.
"Yaudah," Naka bangkit berdiri. Namun belum ada tiga langkah kakinya berpijak, Alaska kembali bersuara.
"Tunggu, Naka."
"Apa?"
"Sekalian isiin punya gue," kata cowok itu sambil mengangkat cangkirnya yang diambil dengan tak ikhlas oleh Naka.
"Eh, tunggu dulu."
"Apa lagi?!" balas Naka mulai kesal. Kesabarannya yang hanya seperti rambut dibagi tujuh pun mengeluarkan kekesalannya.
"Kemarin pulang sama siapa?"
Satu pertanyaan cowok itu layangkan. Kini Alaska sudah menatap Naka sepenuhnya, mengabaikan komik yang ia baca dan menyimpan benda itu ke meja.
"Teman."
Naka menjawab seadanya dan pergi untuk mengisi ulang cangkirnya. Saat cewek itu kembali, Alaska kembali mengajukan satu pertanyaan.
"Siapa namanya?"
"Zidan. Gue gak tau dia kelas mana."
"Oh...." jawab Alaska singkat. Ia kembali melakukan aktivitasnya tadi. Mengambil dan membaca komiknya.
╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Teen FictionTanaka Shilla, cewek biasa yang hidupnya terlampau biasa-biasa saja namun menyimpan berbagai kisah. Saking monotonnya, hidup cewek yang biasa disapa "Naka" itu tak jauh-jauh dari sekolah dan rumah. Alaska Graciano, si cowok dengan sifat cuek da...