╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
Minimarket pagi ini cukup sepi. Hanya ada satu atau dua orang yang berpapasan dengan Naka. Ia mendapat titipan membeli sereal untuk Javas. Karena letaknya yang tinggi, ia kesusahan sendiri. Dalam hati Naka menggerutu sebal kala sekotak sereal itu tak ia dapat juga meski sudah loncat-loncat kepayahan.
"Biar gue bantu."
Bak adegan romance di drama yang ia tonton, tangan seseorang terangkat mengambilkan sereal yang dimaksud.
"Yang ini?" tanya orang itu.
"I-iya ... yang itu."
"Nih."
"Makasih, ya."
Ia berlalu menuju kasir saat keranjang belanjanya sudah terisi produk yang ia butuhkan. Tanpa ia sangka si cowok tadi sudah ada di depannya, mengantre menunggu giliran.
"Sekalian sama yang di belakang saya, ya, Mba?"
Naka melebarkan matanya. Apa katanya? Sekalian dengan orang di belakangnya? Orang itu adalah Naka!
"Eh, gak usah gapapa," katanya sambil menahan keranjang belanjaannya ketika hendak diangkat cowok asing tersebut.
Berharap cowok itu tak memaksanya lagi. Namun usahanya sia-sia tatkala keranjangnya sudah direbut dari jangkauannya.
"Gapapa kok. Sekalian ya, Mba."
Setelah urusan belanjanya usai, Naka buru-buru pergi keluar. Tak lupa mengucapkan terima kasih terlebih dulu.
"Tunggu!"
Ia menoleh. "Iya? Oh! Gue belum bayar belanjaan tadi."
"Gak usah. Udah dibilang gapapa, kok. By the way, boleh minta nomor lo?
Apa ini? Kenapa jadi begini? Apa cowok itu bermaksud meminta nomornya sebagai imbalan atas belanjaan tadi?
"Engh? Kayaknya gak bisa deh."
"Kenapa?"
"Privacy. Oh, atau gini aja, gue bayar belanjaan yang tadi aja ya. Jadi gue gak berutang apa-apa lagi ke lo. Oke?"
"Gue ngelakuin hal tadi bukan bermaksud apa-apa sih. Itu pure karena gue mau."
"Ada apa ya ini?"
Alaska datang tepat waktu. Ia merangkul pundak Naka posesif. Seakan jika tak melakukan itu, Nakanya sudah hilang entah kemana.
Cowok tadi tersenyum kecut melihat Naka yang dirangkul Alaska begitu. Artinya ia tak ada kesempatan walau hanya pendekatan. Padahal saat di dalam minimarket tadi ia merasa harus berkenalan dengan orang yang ditemuinya secara kebetulan itu.
"Oh, yaudah deh, maaf ganggu waktu lo. Kalau gitu gue duluan."
Hingga saat motor cowok asing itu pergi, Naka menjatuhkan dirinya sedikit. Kakinya terasa tak kuat menopang tubuhnya karena terlalu terkejut.
"Sumpah, Laska!"
"Makanya, udah gue bilang kalau pergi tuh barengan aja. Untung gue datang disaat yang tepat."
Sebenarnya saat Naka berbelanja, Alaska menunggu di parkiran sambil memperhatikan cewek itu dari jauh. Ia juga melihat adegan saat si cowok asing tadi mengambilkan sesuatu untuk sahabatnya. Pemandangan itu seperti adegan drama yang pernah Naka perlihatkan.
"Sebagai ucapan terima kasih, gue traktir lo bakso langganan mama, deh!"
"Beneran?" pupil Alaska membesar.
"Iya. Ayo!" ditariklah lengan Alaska untuk pergi.
●●●
"VAS! PESANAN LO GUE TARUH DI MEJA YA!""OKE, KAK!"
Naka pergi menuju kamar setelah merapikan belanjaannya tadi. Ia menepuk perutnya sedikit karena kekenyangan.
Yang ia lakukan di kamar hanya bermalas-malasan selama seharian. Hari libur adalah hari untuk memanjakan diri. Biarlah Naka menikmati quality timenya. Ia kan sudah berinteraksi dengan orang selama lima hari dalam seminggu. Bagi orang introvert sepertinya, beraktivitas dengan banyak orang amat menguras energi. Ia perlu mencharge energinya selama waktu libur.
Ketika hari menjelang sore, Javas diundang ke kamar kakaknya untuk melakukan perawatan wajah bersama.
"Sini, Vas. Gue habis beli masker baru."
"Wah, perasaan gue gak enak, nih. Kakak mau jadiin gue percobaan ya?"
"Genius! Itu salah satu alasan gue ngundang lo kesini. Sini-sini, duduk sini."
Javas hanya bisa pasrah membiarkan wajahnya menjadi bahan eksperimen sang kakak.
"Lumayan, Vas. Lo bisa maskeran tanpa keluar effort."
"Iya ...."
Javas sudah selesai, gantian Naka yang diberi masker.
"Disini, Vas. Masih kurang rata."
"Bagian sini harus agak tebal biar ngangkat komedo."
"Sini, Vas. Maskerin sampe sini."
"Yang rata dong! Ntar tebal sebelah."
Adiknya dengan sabar menuruti mau kakaknya itu. Mengapply cairan kental itu dengan hati-hati agar tak mendapat serangan komentar lebih banyak.
"Done!" cowok itu bersorak riang hingga lupa dirinya masih menggunakan masker peel-off. Alhasil wajahnya tertarik dan maskernya retak.
"Hahaha," mereka tertawa kecil agar maskernya tak makin retak saat melihat kebodohan barusan.
Dua puluh menit menunggu, akhirnya saat ini tiba. Yaitu bagian pengelupasan, bagian paling satisfying.
"Argh, lega banget. Kulit gue kerasa makin mulus, Kak."
"Ya, kan!"
╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Teen FictionTanaka Shilla, cewek biasa yang hidupnya terlampau biasa-biasa saja namun menyimpan berbagai kisah. Saking monotonnya, hidup cewek yang biasa disapa "Naka" itu tak jauh-jauh dari sekolah dan rumah. Alaska Graciano, si cowok dengan sifat cuek da...