╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
Minggu pagi ini hujan deras, membawa tetes demi tetes air hujan. Aroma petrichor yang menguar tercium jelas. Jam menunjukkan pukul 8 pagi dan Naka masih terjebak di alam mimpi.
"Hoamm..."
Ia menarik selimut sampai ke leher, hendak melanjutkan hibernasinya. Namun niat itu terurung saat pintu kamarnya digedor keras. Naka menyibakkan selimutnya dan berjalan gontai menuju pintu.
"Good morning, Naka. Ayo sarapan dulu!" Alaska datang dengan kaos putih dan celana training hitam kebanggaannya. Niatnya ia ingin mengajak Naka jogging, namun hujan mengguyur bumi setelah cowok itu tiba.
"Seriously? Kita gak ada janji apa-apa, Laska," balas Naka yang masih terkantuk-kantuk. Untuk apa pula sepagi ini cowok itu sudah ada di rumahnya.
"Ets ... mana bisa begitu?" cowok itu mendorong pelan Naka masuk ke kamar. "Siap-siap. Kalau udah reda kita jalan keluar, gue traktir es krim."
Rasa kantuk Naka perlahan hilang digantikan rasa excited. Naka segera bersiap-siap.
"Astaga, Kak. Pelan-pelan turun tangganya," dari kamar sebelah, Javas muncul dengan muka bantalnya. Baru bangun tidur juga.
Cewek itu tak mengindahkan ucapan itu. Kakinya melesat secepat kilat turun dari tangga menuju ruang makan.
●●●
Seperti janji Alaska pagi tadi kalau ia akan mentraktir Naka es krim. Di sini mereka sekarang, di sebuah minimarket dekat rumah. Alaska mengambil tiga es krim yang masing-masing memiliki rasa vanilla, coklat, dan matcha.
Cowok itu membukakan bungkus es krim matcha dan memberikannya pada Naka. Ia sendiri membuka rasa vanilla, sedang yang rasa coklat ia simpan untuk Javas di rumah.
Duduk di kursi yang tersedia, mereka menikmati es krim tanpa sepatah kata. Hawa panas dari cuaca dan hawa dingin es krim yang berkebalikan adalah sebuah perpaduan pas.
"Habis ini mau kemana?" tanya Alaska.
"Pulang, lah!" balas Naka.
Omong-omong mereka kemari hanya jalan kaki. Lagi pula jaraknya tak begitu jauh dari rumah.
"Nanti sore temenin gue ke resto Mami ya. Udah lama gak ke sana," pinta Alaska.
"Iya."
Selepas kegiatan itu usai, mereka lantas pulang ke rumah masing-masing dengan Alaska yang tentu saja mengantar Naka dulu.
●●●
Naka keluar dari rumah dan menemukan Alaska sudah berada di teras, mengobrol dengan Javas. Hari mulai sore dan sudah waktunya pergi ke resto yang Alaska maksud."Kalian mau kemana?"
"Restoran Mami," jawab Alaska.
"Jahat lo, Kak. Lagi asyik ngobrol begini malah mau ditinggal," keluh Javas pada Naka yang sudah menyuruh Alaska cepat-cepat berangkat.
"Ngobrolnya bisa nanti-nanti aja, Vas. Kan Alaska kesini emang mau jemput gue, bukan ngobrol sama lo," timpal Naka yang sialnya mampu menutup mulut Javas saat akan beradu argumen lagi.
"Iya deh. Kalau gitu gue nitip sate yang biasanya, Kak."
Cewek itu hanya mengangguk cepat dan langsung pergi bersama Alaska.
Naka dan Alaska sampai di resto pukul empat sore. Mereka masuk ke salah satu ruangan khusus tamu yang memang sengaja disediakan. Disana sudah ada seorang wanita yang menatap jalanan kota dari balik kaca diruangan itu sambil membelakangi pintu.
"Mami!" sapa Alaska riang.
Wanita itu pun menghadap ke arah pintu seraya tersenyum. "Anak mami tumben-tumbenan mau main kesini, hm? Udah lama kamu gak berkunjung loh, Ka," ucapnya seraya menepuk-nepuk kepala sang anak.
Naka yang berada dibelakang dua insan itu pun mendekat. "Halo, Mami," sapanya.
Tak usah kaget begitu. Keluarga mereka memang sudah sangat dekat sampai-sampai Naka bisa memanggil mami Alaska dengan sebutan begitu, alih-alih tante.
"Naka, Sayang, akhirnya kamu kesini lagi ya," wanita itu mengelus kepala Naka, hampir sama seperti yang dia lakukan pada Alaska.
"Iya, Mi. Aku akhir-akhir ini lagi jarang keluar rumah selain sekolah," jawab Naka.
Mereka menuju dapur yang tersedia di ruangan itu. Alaska mengajak Naka bukan untuk sekadar datang, melainkan akan menjamu cewek itu dengan mami yang berperan sebagai juru masaknya.
Naka masih saja terkagum-kagum melihat lihainya mami memakai pisau seperti sekarang. Samar-samar Naka mengingat bagaimana amatirnya dia dalam memasak. Ia memperhatikan semuanya hingga selesai.
"Ini masakan-masakan Mami yang akan masuk kedalam menu dan segera launching, Naka. Kamu cicipi ya. Komentarin secara objektif aja sebagaimana seorang pelanggan. Mami sangat menghargai pendapat kamu," wanita itu menghidangkan beberapa menu baru itu diatas meja.
"Woah, berarti aku orang pertama yang cobain resep baru Mami?"
Alaska datang lalu menyela. "Bukan lo, tapi gue yang lebih dulu."
Naka menimpalinya dengan tatapan sinis.
"Kalau dari segi visual, komposisi, dan rasa ini udah cukup, Mi, gak kurang dan gak berlebihan," komentar Naka begitu mencicipi hidangan-hidangan itu.
Meski amatir memasak, Naka tak buta akan rasa. Ia bisa langsung memuji hidangan yang menurutnya enak tanpa sungkan memberi saran disetiap komentar yang ia layangkan.
"Wah ... gak salah Mami minta Alaska mengajak kamu kesini, Sayang. Kamu orangnya detail. Makasih ya komentarnya."
"Sama-sama, Mami."
Mereka menikmati waktu di sore itu dengan tenang hingga tak terasa eksistensi matahari di ufuk barat perlahan menghilang digantikan langit malam penuh bintang.
╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Teen FictionTanaka Shilla, cewek biasa yang hidupnya terlampau biasa-biasa saja namun menyimpan berbagai kisah. Saking monotonnya, hidup cewek yang biasa disapa "Naka" itu tak jauh-jauh dari sekolah dan rumah. Alaska Graciano, si cowok dengan sifat cuek da...