🅣︎🅤︎🅙︎🅤︎🅗︎

23 7 3
                                    

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝


Javas keluar dari kamar kakaknya dengan semangkuk bubur yang masih tersisa setengah. Sepulang sekolah ia mendapat kabar kalau kakaknya jatuh sakit. Karena mama sedang tak ada di rumah, alhasil Javas lah yang mengurus Naka.

Tin tin

Mobil Alaska sudah terparkir sempurna di pekarangan rumah. Si empu masuk ke dalam setelah mendapat izin. Kakinya ia bawa ke lantai dua dimana kamar Naka berada.

"Naka, gue bawa apa nih."

Cowok itu mengangkat kresek berisi air kelapa. Naka sebagai pecinta kelapa garis keras, terutama airnya itu tersenyum sumringah. Pas sekali, ia sedang butuh yang segar-segar.

"Vas, tolong ambilin gelas tiga."

Baru datang dari lantai bawah, Javas sudah harus turun lagi mengambilkan gelas. Gapapa, ia sabar orangnya. Alaska membagi air itu kedalam tiga gelas. Untuknya, Naka, dan Javas.

"Gue dikasih nih, Kak?" tanya Javas.

"Iya lah!"

"Widih, makasih, Kak. Gue turun dulu ya. Kalau ada apa-apa tinggal panggil aja."

"Sip."

Javas berlalu dengan perasaan girang. Ia dan Naka meminumnya dengan tenang. Cewek itu kembali beristirahat. Alaska membawakan air kelapa bukan sekadar karena Naka menyukainya, oh, tentu saja bukan. Tapi berdasarkan artikel yang pernah cowok itu baca, air kelapa bagus untuk menurunkan demam.

Sementara itu, Alaska duduk di kursi dekat ranjang dengan jari bergerak lincah diatas handphone mahalnya. Ia sedang mabar dengan teman-temannya. Di depan sana, ada Naka yang tertidur pulas dengan posisi abstrak. Naka ini walau sedang sakit sekalipun tidurnya tidak bisa rapi. Ada-ada saja. Sudah terhitung satu jam Naka tertidur.

Usai lelah bermain game, Alaska hanya duduk diam saja. Ia bangkit menuju balkon kamar, menikmati semilir angin sore menyentuh kulitnya. Sekelebat memori lewat dan terkenang begitu saja.

Dulu ia sering bermain di balkon ini bersama Naka. Tak jarang juga ia tidur disini dengan dialasi karpet yang ia curi—bawa dari kamar cewek itu.

Alaska menghela napas. Ternyata mereka sudah tumbuh sejauh ini. Ia kembali masuk dan menemukan Naka sudah bangun dari tidurnya. Ia berjalan sempoyongan hingga hampir jatuh. Beruntung tubuhnya berhasil ditahan Alaska.

"Lo mau kemana, Naka?"

"Kamar mandi."

Cowok itu dengan sigap membantu. Untungnya kamar mandi ada di dalam ruangan sehingga tak perlu pergi terlalu jauh. Ia menunggu di depan pintu kamar mandi. Naka keluar dari sana dan langsung dituntun menuju ranjang.

"Gimana? Udah mendingan?" pertanyaan cowok itu dibalas anggukan.

Alaska melihat arlojinya dan jarum jam itu menunjukkan pukul lima.

"Naka, udah sore nih. Gue pamit pulang dulu, ya? Besok gak usah sekolah dulu. Kalau perlu sesuatu telepon gue aja. Gue pulang ya, ntar gue suruh Javas buat ke sini."

"Iya, Laska, makasih banyak. Hati-hati."

"Cepet sembuh," ia beranjak lalu mengelus kepala Naka terlebih dahulu sebelum benar-benar pergi.

●●●


Naka terduduk di kursi depan pintu utama. Ia sudah memakai seragam lengkap dengan sepatunya, hendak ke sekolah. Saat tangannya menyentuh knop pintu, ia dicekal adiknya yang sama-sama sudah siap berangkat sekolah.

"Mau kemana sih, Kak? Pagi-pagi udah rapi begini."

"Masih nanya? Sekolah lah!" sebal rasanya diberi pertanyaan basa-basi yang sudah terlalu basi.

"Kan masih sakit. Jangan sekolah dulu ih!"

"Udah mendingan kok," kata Naka sambil mendorong Javas yang semakin menghalangi jalannya.

Mama datang tak lama kemudian lalu berucap, "Kamu gak usah sekolah dulu, Naka."

Ia tak menggubris perkataan itu dan tetap berusaha menerobos keluar. Naasnya kini mama jadi ikut-ikutan menghalangi jalannya.

Naka menatap bergantian mama dan adiknya. "Ma, Vas, ayo dong, Alaska bentar lagi sampe," keluhnya.

Mama dan Javas saling pandang.

"Kak Alaska? Dia gak akan kesini, Kak."

Jawaban barusan membuat mata cewek itu membola. "Apa? Kenapa gitu?"

"Iya, Sayang. Karena kamu belum sembuh total, Mama minta Alaska jangan dulu ke sini. Hari ini kamu absen dan istirahat dulu aja. Sehari aja gak sekolah."

"Betul kata Mama, Kak. Gak masuk sehari gak akan ngaruh juga."

Naka geleng-geleng kepala. Apa sekarang mereka bertiga bersekongkol dan menjalankan misi agar Naka tak berangkat sekolah?

"Kakak gak ingat ya kemarin pas pulang udah mau pingsan gitu. Mana sempoyongan kek lagi mabok."

"Hush! Lambemu itu loh!"

Mulut cowok itu kalau sudah bicara ucapannya pedas sekali.

"Eh aduh. Keceplosan, Ma," katanya sambil berpura-pura kaget.

Naka diam mematung dengan pikiran tak fokus. Sejujurnya ia juga masih agak lemas, hanya saja ia tahan. Sayang sekali jika melewatkan sekolah walau sehari.

"Nurut aja ya. Mama baru bisa izinin kamu sekolah besok. Itu pun kalau udah sembuh total."

Ucapan itu membuat Naka tak berkutik.

Ting!

Alaska
|Naka, gue gak akan jemput ke rumah ya. Gak usah maksain ke sekolah. Dengerin apa kata Mama sama Javas ya

"Huft," ia membuang napas lalu pergi begitu saja ke lantai dua dengan menghentak-hentak kakinya.

Javas dan Mama yang melihat itu saling bertos karena rencana mereka berhasil.


╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang