╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
Happy Reading
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
Cewek itu menjejalkan kakinya di kelas yang masih sepi. Mengambil sapu, ia mulai merampungkan tugasnya sebagai siswa yang jadwal piketnya jatuh hari ini. Dimulai dari sudut kelas yang paling belakang hingga kedepan kelas. Satu persatu temannya pun mulai berdatangan.
"Aduh, Naka, lo rajin banget dateng sepagi ini buat piket," Friska namanya, ia adalah ketua kelas 11 IPS 1.
"Hehe, sesekali nyobain piket pagi. Biasanya kan gue piket waktu pulang sekolah," tukas Naka sambil menyeka keringatnya.
"Oalah, tapi jangan semuanya lo kerjain sendiri ya. Liat tuh keringat lo mulai menampakkan diri karena kecapean. Semangat deh kalau gitu!" ucap Friska berlalu keluar kelas.
Naka menyimpan alat kebersihan dan menyambar topinya yang sudah diletakkan diatas meja lalu pergi ke lapangan. Upacara bendera segera dimulai.
Alaska yang jaraknya hanya berpisah beberapa baris dari Naka melambaikan tangannya.
"Habis ini gue ke kelas ya," Alaska berbicara dengan gerakan mulut tanpa suara.
"Kenapa?"
"Liat nanti aja."
Komunikasi mereka terputus saat pemimpin upacara memberi instruksi agar kondusif.
Selepas upacara selesai, Alaska menghampiri Naka ke kelas. Ia membawakan kotak makan titipan maminya untuk cewek itu. Ia menyembunyikan bawaannya itu dibalik punggung.
"Naka! Tebak gue bawa apa?"
Alaska menggerakkan tubuhnya kesana kemari kala Naka hendak mengintip bawaan cowok itu.
"Yeu, gak boleh liat gitu dong. Tebak dulu!"
"Enghh, gue gak bisa nebak," keluh Naka.
Baiklah, Alaska menyerah. Dia memperlihatkan apa yang dibawanya.
"Mami buat ini."
Naka menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Aaa, bilangin ke Mami makasih ya!"
"Naka, tau gak Mami seantusias apa bikinin bekel buat lo?" Naka menggeleng. Senyum simpul cowok itu muncul. "Mami antusias banget sampe prepare dari jauh-jauh hari, loh!"
Naka mengangguk. "Oh ya, Laska, deketan deh," instruksi Naka pada cowok itu. "Makasih, Laska," bisiknya.
"Astaga. Gue kira apaan," tangan cowok itu tergerak, mengusak pelan rambut Naka gemas.
Sepertinya mereka tak sadar ada berapa pasang mata tengah memperhatikan dengan berbagai perasaan. Ada yang merasa gemas, iri, dan ada juga yang menginginkan berada diposisi cewek itu, baik dari kelas Naka maupun orang-orang yang lewat.
"Udah dulu deh. Nanti istirahat gak usah ke kantin, kita makan aja di taman belakang sekolah. See you, Naka," ucap Alaska sambil berlalu.
Begitu Naka membuka pintu, teman-teman sekelasnya langsung bersorak.
"ANJIR, KEPALA NAKA DIELUS ALASKA WOY!"
"MAMA, MAU ALASKA ...."
"Ya Tuhan, mau cowok yang seperti Alaska. Kalau stoknya cuma ada Alaska doang, gapapa deh dia buat Naka aja. Cocok soalnya."
"Kayaknya ini waktu yang pas buat gue meminta jodoh seperti Alaska."
Dan masih banyak lagi ucapan serupa dari teman-teman Naka. Sudah bisa ditebak juga yang berucap adalah cewek.
"Ciee, dapet apaan tuh, Naka?" itu Rachel yang bertanya. Dia adalah teman sebangku Naka.
"Lunch," balas Naka dengan riangnya sembari mengangkat kotak makan itu.
"Wow!" balas Rachel.
Kring
Begitu bel berbunyi, Naka sudah duduk dikursi koridor menunggu Alaska.
"Yuk!" ajak cowok itu begitu sampai.
Taman belakang sekolah tidak terlalu ramai. Hanya ada muda mudi yang menghabiskan waktu istirahatnya. Entah untuk makan, diam, bahkan mengerjakan tugas di alam terbuka begini.
Alaska dan Naka menggelar tikar kecil di rerumputan. Sudah seperti bertamasya saja. Mereka memakan bekal hingga tak terasa waktu cepat berlalu dan bel kembali berbunyi.
●●●
Hujan-hujan begini enaknya menyeruput kuah mie untuk menghangatkan tubuh. Hujan mengguyur bumi sesaat setelah Naka sampai di rumah. Tubuhnya sedikit basah karena menerjang hujan. Ia segera membersihkan diri lalu pergi ke dapur, hendak memasak mie.
"Javas kemana, Ma?" tanya Naka ketika menjumpai mamanya ada di dapur.
"Kerja kelompok," balasnya singkat.
Naka hanya manggut-manggut saja. Ia mengambil mie kuah lalu memasaknya dengan tambahan telur setengah matang dan sayuran.
Cklek
Pintu dibuka dan Javas masuk dengan sekujur tubuh basah kuyup hingga airnya bercecer ke lantai.
Naka yang melihat Javas tiba dengan keadaan begitu mengingatkannya pada diri sendiri. Bedanya ia tak sebasah cowok itu saat tiba.
"Ish-ish, lo gak bawa jas hujan?"
"Ketinggalan," jawab Javas sambil cemberut. Dia menunjuk jas hujan diatas meja.
Naka ingin tertawa tapi ia urungkan kala melihat sekusut apa muka adiknya sekarang.
"Nih, keringin badan lo. Habis itu makan mienya terus mandi," cewek itu menyodorkan handuk dan mangkuk mienya pada Javas. Tak apa, ia bisa buat lagi.
Mata cowok itu mengerjap cepat. Tatapannya menunjukkan ketidakpercayaan dengan apa yang terjadi sekarang. "Beneran, Kak?!"
"Iya ...."
Cewek itu memasak mie lagi lalu bergabung memakannya bersama Javas.
╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
To Be Continue
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Teen FictionTanaka Shilla, cewek biasa yang hidupnya terlampau biasa-biasa saja namun menyimpan berbagai kisah. Saking monotonnya, hidup cewek yang biasa disapa "Naka" itu tak jauh-jauh dari sekolah dan rumah. Alaska Graciano, si cowok dengan sifat cuek da...