Happy reading ❤️
⚠️⚠️(((Tandai typo)))🍒🍒🍒
Setiba dirumah, Vara langsung mematikan ponsel agar tidak ada yang menganggu istirahatnya setelah melakukan dinas ke luar kota selama tiga hari.
Namun, beberapa detik kemudian saat Vara baru saja memejamkan mata suara nyaring tersebut memaksanya untuk tidak melanjutkan tidurnya.
"Ara .... Gue tahu hari ini lo pulang jadi izinin gue masuk!"
Vara mendengkus kesal. Berjalan gontai membukakan wanita itu pintu, menggedor-gedor pintu layaknya rentenir. Vara menatapnya sinis tapi hanya di balas dengan senyuman innocent.
"Apa sih?"
"Izinin gue masuk dong!"
"Nggak. Lo ganggu gue lagi istirahat."
"Maaf bos," ujarnya seraya menyatukan kedua telapak tangannya. Setelah itu dia meledakkan tangisnya. "Ara, gue galau."
"Apa hubungannya sama gue?" Vara masih terlihat acuh.
"Gue kesini mau tenangin diri. Di kontrakan gue panas AC nya mati jadi gue kesini numpang ngadem. Gue juga udah ajak Janis kesini."
Astaga ....
Vara mendengkus kesal. "Lo ini ngelunjak ya, udah nggak ikut dinas malah ganggu gue mau istirahat."
Vara memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Ini artinya dia tidak ada kesempatan lagi untuk melanjutkan tidurnya. Tapi Vara tidak peduli, dia akan tetap melanjutkan tidurnya sampai Janissa datang dan akan membiarkan Devina meratapi sedihnya sendiri dulu.
"Iya udah lo nangis aja dulu sambil tunggu Janis, gue mau lanjut tidur. Capek banget, di jalan anak-anak ribut jadi nggak sempat istirahat."
"Gini ni kalau curhat sama orang introvert," cibir Devina.
"Iya kalau lo keberatan tinggal pulang aja. Nggak tahu diri banget sih." Lalu, Vara menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya membiarkan Devina berceloteh sendiri.
"Ara, ih ...." Devina merengek seraya menggoyangkan tubuh Vara. Beberapa detik kemudian tidak ada lagi gerakan tersebut namun ---
"Varaaa .... Im coming ...."
Tentu suara itu milik Janissa. Kenapa gadis itu tidak datang nanti saja. Apa dia tidak lelah dan memilih istirahat saja. Oke, Vara memang harus menunda istirahatnya.
Vara menyibakkan selimutnya lalu mendengkus kesal. Menatap malas dua wanita didepannya itu. "Nis, bikin makan dong!"
"Tunggu, yaa!"
Vara menatap Devina iba, entah apa yang terjadi sampai membuat Devina menangis sesenggukan.
"Dev, udah dong. Kan gue jadi nggak enak udah marah-marah sama lo," ujar Vara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
General FictionSelamat datang di dunia Vara Original story by : pinkcery Cover by : Pinterest