Titik Temu ~ 19

18 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading ❣️
Tandai typo

🍒🍒🍒

B

iasanya ketika bangun tidur Vara langsung mandi lalu mengecek jadwal pekerjaan. Namun, kali ini berbeda dia bangun lebih awal langsung buru-buru menuju dapur, mencepol rambutnya asal. Vara memutar video tutorial memasak, menontonnya sebentar lalu mulai memasak. Mulai dari mengiris cabai, bawang putih dan bawang merah.

Oma mengucek matanya seolah-olah memang penglihatan nya salah karena sepagi ini Vara sudah berkutat di dapur lengkap dengan menggunakan apron yang melapisi bajunya.

"Semalam mimpi apa nih pagi-pagi sudah di dapur aja," celetuk Oma, seraya menggeleng kan kepala melihat dapur yang sudah seperti kapal pecah. Disisi lain Oma juga senang melihat Vara mau memasak selain telur mata sapi.

Vara mengangkat wajahnya, menoleh menatap Oma sebentar lalu kembali fokus memotong kentang. "Mau masakin Liam."

Oma menutup mulutnya dengan telapak tangan, takjub mendengar alasan Vara memasak pagi ini. "Wah, sepertinya Oma harus berterima kasih sama Liam."

"Ih, Oma biasa aja kali. Vara jadi nervous ni."

"Semangat ya," ujar Oma. "Mau masak apa?"

"Ini sup daging slice sama omelette. Oma nanti cicip ya!!"

"Nanti biar Liam aja yang menilai." Oma duduk di hadapan Vara menatap cucunya yang sebentar lagi akan menyandang gelar sebagai istri. "Oma pikir kamu hanya menjadikan Liam pelarian disaat kamu patah hati, tapi melihat usaha kamu seperti ini Oma yakin kalau kamu tidak berniat kesitu."

Vara mendecih, tentu dia tidak pernah berpikir seperti itu. Hanya saja Liam harus bertanggung jawab atas perbuatannya. "Lagian habisin tenaga kalau ada yang serius kenapa harus menghindar?"

"Bagus, dengan belajar masak bisa menghemat pengeluaran walaupun hanya memesan makanan uang kalian kalian tidak akan habis."

Vara terkekeh singkat. "Liam sih kayaknya nggak masalah, cuma aku mau jadi istri yang baik dan ini aku yang minta sendiri kok."

"Kenapa nggak dari dulu aja sih ketemu?"

Vara mengendikkan bahunya. "Iya emang baru sekarang waktu yang tepat."

Vara menghela napas lega setelah masakan yang dia buat sepenuh hati sudah terhidang di meja. Dia gugup seperti sedang mengikuti kontes memasak. Vara berlari kecil ke arah pintu saat mendengar suara mobil memasukkan halaman, keringat dingin semakin terasa di telapak tangannya.

Sedetik kemudian, pandangan Vara terkunci, dia terpesona melihat sosok Liam dengan jas hitam yang membalut tubuhnya dengan kacang yang menutup matanya.

"Pagi calon istri," sapa Liam. "Sudah jangan tatap aku kayak gitu, aku tahu kok kalau aku ganteng."

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang