Gas, ajak teman-teman, keluarga atau saudara buat baca kisah pasutri gaje ini.Happy reading and jangan lupa tandai typo
🍒🍒🍒
Tiga hari berlalu, namun Mama masih terlihat enggan berbicara dengan Vara. Saat di rumah sakit pun mama hanya duduk diam memerhatikan Liam dan Vara. Sesekali Vara mengajak Mama mengobrol namun hanya dijawab sekenanya.
Oma beserta rombongannya tiba, Liam sengaja memberitahu mereka setelah Vara diperbolehkan pulang. Ada Ayas yang rempong dengan dua anaknya.
"Neng, jangan capek-capek ya kerjanya. Bila perlu resign aja," ujar Papi. Dia terlihat khawatir melihat putri satu-satunya yang masih terlihat pucat. "Mau nafkahi siapa sih sampai kerja keras begitu."
Vara tersenyum, biasanya ketika dia sakit dia tidak pernah melihat wajah khawatir orang-orang didepannya itu. Oma pun hampir tidak pernah melihat Vara mengeluh sakit, pusing sedikit tidak masalah Vara tetap pergi bekerja. Tapi kali ini beda, ada yang memperhatikannya. Memarahinya karena khawatir. "Aku baik-baik saja, Pi. Lagian aku di serepet nggak sakit karena kecapean."
"Tetap aja, karena pengantin baru harus promil kan Mi," ujar Papi.
Mami mengangguk membenarkan. "Neng, jangan di biasakan ya main hp di jalan."
"Iya, Mi. Maklum chat dari suami pengen cepet-cepet di bales." Vara menyengir kuda.
"Oma setuju sama Papi kamu kalau kamu fokus aja dulu kan sudah ada yang nafkahin." Oma tersenyum menggoda Liam. "Biar ada yang Oma ajak karaokean."
"Iya, Oma, nanti Liam buatin yang lucu-lucu," balas Liam, penuh semangat.
"Eleh, kalau dua-duanya masih sibuk kerja ya gitu ..., pulang kerja capek terus langsung tidur nggak sempat."
"Iya deh si paling anak dua," ujar Vara. "By the way, ini namanya siapa?" tanya Vara, saat bayi kecil itu sudah berpindah ke tangannya.
"Givanni Mahika Permana — panggil Giva aja."
"Ini lebih mudah disebut yaa," sahut Oma.
Ayas hanya senyum tipis menanggapi ucapan Oma.
Kehadiran keluarganya membuat Vara sedikit tenang, walaupun masih ada yang mengganjal di hatinya. Bagaimana bisa dia tinggal bersama mertua yang awalnya sangat menyayangi Vara tiba-tiba berubah seperti orang yang paling tidak menyukai Vara hanya karena tidak percaya bahwa anak itu memang darah daging Liam.
"Mas, let's get a divorced," celetuk Vara, terdengar helaan napas berat. " Sekarang kamu sudah bisa kembali sama Arista karena aku sudah tidak mengandung anak kamu." Sakit sekali mengatakan nya namun ini harus dia lakukan. Apa yang harus di pertahankan lagi.
"What do you mean?"
"Bukannya kita menikah karena itu."
"Ra, seperti itu penilaian kamu terhadap sebuah pernikahan?"
"Yam, tujuan kita sudah selesai. Aku nggak ingin membalas Deo lagi karena rasanya percuma dia nggak akan kembali lagi." Karena aku sudah jatuh cinta sama kamu.
"Sama aku juga percuma jika kita harus bercerai karena sampai kapanpun aku dan Arista nggak bisa bersatu."
"Itu urusan kamu! Aku juga nggak bisa hidup bersama dengan orang-orang yang tidak suka padaku."
"Kita akan tinggal ditempat lain."
"Mama boleh kecewa tapi aku juga sakit hati saat Mama menganggap aku perempuan murahan yang kebetulan di jodohkan sama kamu saat sedang hamil." Walaupun Mama tidak mengatakannya secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
General FictionSelamat datang di dunia Vara Original story by : pinkcery Cover by : Pinterest