Titik Temu 21

14 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tandai typo

&

Happy reading ❤️

🍒🍒🍒

Sudah beberapa hari ini, Vara merasa aneh pada tubuhnya. Rasanya  tidak bisa di jelaskan namun sangat menggangu nya. Dia makan semakin lahap sampai sensitif terhadap aroma masakan atau dari parfum tertentu. Dari kemarin dia habiskan untuk tidur seharian berpikir bahwa setelah itu akan kembali normal.

Vara berjalan tertatih menuju meja riasnya, mencari sesuatu yang waktu itu Liam berikan. Diam sebentar lalu menatap kalender itu ragu. "Telat lima hari," gumamnya.

Vara melakukan nya sesuai petunjuk, memasukkan benda pipih panjang tersebut kedalam urine yang sudah ditampung di dalam gelas kecil. Vara gemetar dan jantungnya berdetak kencang, dia takut, tentu air matanya sudah membanjiri wajah cantiknya.

Dan ..., dua garis merah.

Vara menutup mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Oma, akibatnya dadanya sesak karena tidak leluasa mengeluarkan suara tangisannya. "Mami, Papi, Oma maafin Vara. Ini di luar kendaliku."

"Ra, sarapan dulu!" teriak Oma.

Vara segera menaruh benda tersebut ke sudut ruangan, dia akan membereskannya nanti. Oma tidak boleh tahu tentang ini.

"Mata kamu sembab, kenapa?"

"Tidurnya nggak nynyak," jawab Vara sekenanya.

"Kamu pucat, beneran sakit?"

Vara meraba-raba wajah nya. "Aku baik-baik aja. Nanti aku mau liburan ya."

"Kemana?"

"Lombok mungkin."

Setelah sarapan Vara kembali ke kamarnya membereskan baju, memasukkan nya ke dalam koper. Sebelum keluar, Vara berkali-kali menghela napas agar sesuatu yang tercekat di dadanya hilang.

Vara menggeret kopernya, menemukan Oma di ruang tamu sedang membaca koran. "Oma, Vara pamit ya ...."

Oma menatap Vara, sedikit cemas. "Kamu yakin pergi dalam keadaan seperti ini?" tanya Oma.

Vara mengangguk. "Karena sibuk bekerja aku lupa memberikan tubuh ini istirahat."

"Hati-hati. Jangan lama-lama ya!"

Vara diantar Pak Agus ke bandara, semoga rasa sesaknya hilang saat tiba di pulau gili. Ponsel yang di genggam nya berbunyi menyadarkan Vara dari lamunannya. Nama Liam tertera disana, namun Vara langsung menolak panggilan tersebut dan menonaktifkan ponselnya.

Vara tiba di Utara pulau Lombok, tepatnya di Gili Trawangan. Dia akan menghilang untuk sementara waktu, dia hanya butuh waktu sendiri untuk menerima semua ini. Dia tidak baik-baik saja setelah dua garis merah menyambut paginya. Mual, pusing menyerang Vara secara bersamaan walaupun begitu Vara tetap nekat untuk pergi.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang