Titik Temu ~ 22

24 1 0
                                    

Happy reading ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading ❤️

🍒🍒🍒

  Vara masih merasa lemas, tapi badannya sudah pegal-pegal karena tidur sepanjang hari. Tadi malam — setiba di rumah, Vara langsung tertidur tanpa membersihkan diri terlalu lelah karena perjalanan yang jauh alhasil ada puluhan notifikasi dari Liam.

"Neng, sudah bangun kah?!"

Vara tersenyum tipis mendengar suara Liam yang sudah tidak ada rasa canggung lagi seperti sebelumnya, sudah menganggap seperti rumah sendiri. Sebelum keluar, Vara memeriksa riasan di wajahnya jangan sampai terlihat menor karena pagi ini Vara sengaja make up tipis-tipis saja.

"Pagi ...," sapa Vara, Liam sudah duduk manis di meja makan bersama Oma. " Ohya mas, sebelum fitting baju aku mau ketemu klien dulu."

"Boleh aja. Kok kamu nggak bilang kalau Janis kerja di vendor gitu kan bisa pakai jasa dia," celetuk Liam.

"Aku nggak kepikiran. Aku cuma ikutin apa kata kamu , manut-manut sama calon imam."

"Bisa aja." Liam meraih roti yang Vara sodorkan yang sudah di olesi selai kacang, tidak lupa mengucapkan terima kasih.

"Kayaknya Janis kayak kamu deh Ra, pekerja keras," timpal Oma.

"Kemarin itu karena dia pengen nonton konser gitu, terus orang tuanya nggak setuju terus uang jajannya di stop makanya kerja part time."

Oma mengangguk lalu menyesap tehnya. "Terus gimana persiapan pernikahan kalian?"

"Aku sudah siapkan Oma, nggak mewah sih karena neng nya pengen privat wedding gitu, yang di undang orang terdekat aja," terang Liam.

"Lagian ngapain sih acara besar-besaran, menguras tenaga," sanggah Vara. Vara menginginkan ini juga karena ingin menyelamatkan diri omongan-omongan orang-orang. Vara tidak mau di cap sebagai perebut karena Liam yang menawarkan diri dan juga Tante Dena ingin Vara menjadi pendamping Liam.

Setelah sarapan mereka berdua pamit, namun Vara kembali mual mengeluarkan makanan yang baru beberapa menit masuk kedalam lambungnya. Dadanya terasa dingin, rasa itu datang lagi. Benar-benar tidak bisa dijelaskan.

"Ra, masih sakit?"

"Aku cuma masuk angin aja, Oma. Kemarin Liam udah bawa aku ke rumah sakit kok."

"Iya udah kalau gitu hati-hati ya!"

"Baik Oma, kami jalan dulu."

Vara lebih memilih turun sebelum mobil Liam memasuki gerbang kantor. Vara berharap semoga Anshel melihatnya lalu tidak menggangu nya lagi.

Vara mendengkus tidak ada Anshel disana. "Mas, aku turun dulu ya. Sampai ketemu nanti siang." Sebelum turun Vara mencium pipi Liam buru-buru karena kalau tidak begitu Liam bisa melakukan hal yang tidak terduga.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang