.
.
.Happy reading
🍒🍒🍒
Pagi sekali Emil dan Safira sudah membuat kehebohan di rumah Vara. Sedangkan Dian masih ada acara sehingga dia tidak ikut bersama mereka.
Emil dan Safira hanya bisa geleng-geleng melihat Vara yang di beberapa titik tubuhnya ada mahakarya Liam disana.
"Emang kalau udah nikah gini ya Buk, nggak malu bekas cupang dimana-mana."
Vara tersenyum kikuk, lalu berjalan kearah kulkas berniat untuk dijadikan cermin. "Biasa ini mah."
"Don't judge book by the cover, gitu nggak sih?" tanya Safira.
Emil mengangguk. "Terus kenapa?"
"Diam seperti gadis polos bergerak menjadi binal." Safira tertawa renyah setelah mengatakan itu.
Vara hanya geleng-geleng melihat kelakuan temannya itu. "Kirain nggak punya muka buat datang kesini, mana pagi banget," sindir Vara pada dua wanita itu. Menata makanan yang sudah dia masak sejak subuh tadi.
"Lo sih sok mendadak, selagi ada long weekend ya pulang lah," ujar Emil, membela diri. "Capek banget kerja, pergi sunrise pulang sunset."
"Safira walaupun mau natal tapi dia datang."
"Dih, itu juga karena gue males pulang aja. Menurut info yang gue dapat Mama mau jodohin gue itu alasannya gue males pulang."
"Fir, beneran mau log in?" tanya Emil memastikan. "Tapi kalian serasi banget udah cocok jadi pengantin," ujar Emil lagi seraya melihat foto Safira dan Bima di atas pelaminan saat menggantikan Vara dan Liam.
"Tergantung. Gue bingung sih soalnya Bima gitu-gitu aja. Bayangin selama setahun ini nggak ada kemajuan."
Vara dan Emil saling melempar pandang.
Kemudian Vara mengelus punggung Safira. "Mungkin Bima juga mikirin banyak hal. Gimana tanggapan keluarga kalian apalagi kan beda agama."
"Gue diem aja kali ya, soalnya gue nggak berpengalaman," ujar Emil.
"Iya udah sih nggak apa-apa, kalau Bima jodoh gue apapun caranya pasti bakalan bersatu yang terpenting sekarang kita sarapan dulu, laper nih!" Safira mengusap-usap perutnya seolah-olah dia tidak pernah makan satu Minggu.
"Serius ini lo yang masak?" tanya Emil.
"Iya. Nggak enak?"
"Enak kayaknya kurang garam dikit."
Vara tersenyum kecil, padahal dia sudah menambahkan garam dari biasanya tapi tetap saja masih kurang ———sedikit. "Baru belajar takut keasinan."
"Suami lo mana?" tanya Safira, sejak kehadiran mereka disana Liam belum saja menampakkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
General FictionSelamat datang di dunia Vara Original story by : pinkcery Cover by : Pinterest