Happy reading ❤️❤️
_____
Sembari menunggu Vara datang, Janissa dan Devina lebih memilih menunggu di restoran dekat kantor sambil makan siang. Lebih tepatnya, Janissa sengaja menyuruh Vara datang di jam berbeda.
"Ada apa sih, nggak biasanya tahu datang sendirian," tanya Devina.
Janissa membuang napas kasar, tapi akhir-akhir ini memang dia tidak melibatkan Vara seperti biasa. Ada banyak sekali perubahan dalam diri gadis itu. "Lo curiga nggak sih sama Vara?"
Devina mengeryit. "Emang dia kenapa?" tanyanya heran.
"Kayak bukan Vara yang gue kenal. Dia lebih ke banyak bicara terus ..., kayak ada sesuatu yang dia sembunyikan."
"Ah, masa sih?" Devina mengibaskan tangannya. "Apa kira-kira, menurut lo sesuatu apa ?"
"Hamil?"
"Eh, nggak mungkin lah. Apa yang bikin lo berasumsi kayak gitu?"
"Kan kemarin gue ajak dia icip makanan buat acara nikahannya nanti. Lo tahu dia langsung mual saat mau makan capcay itu padahal lo tahu kan dia kalau soal sayuran nomor wahid." Janissa terlihat menggebu-gebu. "Terus gue di ajak beli perabot rumah tangga, tiba-tiba dia kayak kecapekan lemes gitu."
"Dia kan emang nggak biasa keliling mal, kalau plototin hp berjam-jam pun dia betah sampai dapat tu barang."
Janissa menggeleng. "Waktu itu dia juga pernah mual , tapi katanya mag-nya kambuh jadi gue hanya manggut-manggut saja soalnya kan awal diet dia diserang mag."
"Emang sih akhir-akhir ini dia aneh banget, kerja aja sampai setengah hari terus libur berhari-hari."
"Terus dia makannya banyak waktu kita makan di deket kampus itu."
"Biarin aja nggak sih, daripada dia kurus kayak nggak terurus padahal banyak duit."
"By the way, gue nggak enak ngomongin dia dibelakang, merasa bersalah nggak sih?" Janissa meminta persetujuan.
Devina mengangguk. "Kita kesannya nggak tahu diri banget, udah dibaikin malah kayak gini. Semoga prasangka buruk kita ini tidak benar."
Janissa memberi kode lewat matanya kalau mereka harus terlihat sedang mengobrol sesuatu yang lucu, sesekali Janissa pura-pura tertawa agar bara tidak curiga.
"Hai, lagi cerita apa sih? Seru kayaknya."
"Cuma lagi menertawakan hidup yang belum turun jodohnya," balas Devina.
Vara terkekang singkat. "Sabar, mungkin tahun depan."
"Ra, nggak pesan makan?"
Vara berpikir sejenak, kalau dia makan sudah pasti akan memuntahkannya karena dia belum pulih lalu kedua sahabatnya akan curiga. Jadi Vara hanya memesan minuman dan kentang goreng. Makanan ringan yang selalu diterima dengan baik, tapi dia merasa lapar jadi sepertinya dia akan memesan nasi goreng. Sebelum kesini Vara juga sudah meminum obat pereda mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Temu
General FictionSelamat datang di dunia Vara Original story by : pinkcery Cover by : Pinterest