"E-ah!" teriak Plorin saat Reynald menarik tangannya begitu saja.
Dbuph!
"Ih Om!" Plorin memukul bagian dada Reynard dengan cukup kesal.
"Mau apa sih Om?!" ketus Plorin penuh dengan kekesalan.
"Kamu menggoda saya?" tanya Reynald dengan tatapan yang dia fokuskan memperhatikan Plorin.
Saat itu juga Plorin menggelengkan kepalanya. "Gak, saya gak menggoda Om."
"Lalu, alasan kamu menaikkan rok kamu?" Pandangan Reynald dia alihkan memperhatikan bagian rok Plorin yang memang lebih atas dari sebelumnya.
"Gak tuh, saya gak naikin rok-nya, cuma membenarkan posisinya saja." Plorin beralibi dengan begitu baik.
Tatapan Reynald masih terlihat tidak percaya, hingga kemudian Reynald melangkahkan kaki dan juga menarik pinggang Plorin yang membuat jarak keduanya menjadi terhapuskan.
"Ih Om, jangan deket-deket!"
Plorin berusaha untuk mendorong Reynald agar menjauh darinya, tapi karena tangan Reynald masih berada di pinggang ramping Plorin, membuat usaha Plorin tidak membuahkan hasil.
"Hm?"
Suara dehaman yang begitu serak membuat Plorin mematung, dia mencoba untuk menetralkan perasaannya, karena ternyata berada dalam jarak yang sedekat ini dengan Reynald membuat dirinya merasakan desiran yang cukup jelas dalam dirinya.
Desiran yang Plorin rasakan menjadi bertambah kala melihat benda kecil di area tenggorokkan Reynald sampai tanpa dia sadari kalau tangan Reynald secara perlahan turun memegangi area pinggulnya.
"Mau ngapain Om?" tanya Plorin dengan nada bicara yang setengah gemetar.
"Kamu yang sudah punya rencana, kenapa kamu malah bertanya?"
Mendengar kalimat itu membuat Plorin terdiam, dia memikirkan maksud dari kalimatnya, tapi tetap saja dia tidak tahu apa yang dimaksudkan.
Kedua bola mata Plorin membulat kala dia merasakan pergerakan tangan kekar milik Reynald di area pinggulnya, tapi tidak bisa disembunyikan kalau rasa nyaman Plorin rasakan.
Bagaimana tangan Reynald mengelus-elus pinggulnya membuat darahnya semakin berdesir, apalagi kala dia menaikkan pandangannya dan memperhatikan jakun milik Reynald.
Glek!
Saliva Plorin tertelan bersamaan dengan pergerakan jakun Reynald yang juga bersamaan dengan tangan Reynald yang sedikit meremas area pinggulnya.
"Ih Om nafsuan!" ketus Plorin yang masih tersadar dari suasana yang semakin lama pasti akan semakin memasukkan.
Sebelah tangan Reynald naik, hingga kemudian jari telunjuknya menyentuh bibir Plorin penuh dengan kelembutan.
"Bibirnya terlihat indah," puji Reynald dengan tatapan yang terlihat terus memperhatikan bibir Plorin yang terlihat merah merona yang juga terlihat plumpy.
"Jangan bilang kalau Om mau mencobanya!" ketus Plorin dengan sebuah rasa curiga yang jelas.
"Kalau begitu saya tidak akan mengatakannya." Nada bicara Reynald terdengar begitu lembut, hanya saja senyuman di bibirnya membuat Plorin tidak bisa berpikir baik.
"Ya sudah, kalau begitu lepaskan, saya mau keluar ... saya akan mulai bekerja!" ucap Plorin yang kemudian langsung mendorong Reynald menjauh, hingga membuat dirinya juga bisa melangkahkan kaki ke arah pintu dan hendak keluar.
Melihat kalau pintu malah ditahan oleh tangan kekar dengan urat yang terbentuk milik Reynald, membuat Plorin mengernyit penuh dengan tanda tanya.
"Apa lagi sih Om?!" Plorin sudah merasa kesal dengan semua yang Reynald lakukan, apalagi kala melihat raut wajah Reynald yang sedari tadi sangat datar seperti tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Cinta Sang Duda
Romance"Ah! Kenapa Om malah nyium leher saya?!" "Panggil saya Om lagi, saya cium bibir kamu!" Kedua bola mata cokelat milik perempuan itu dengan seketika membulat, dia menatap laki-laki yang ternyata saat dia perhatikan dengan santai, wajah laki-laki itu t...