"Om, Om sayang ya sama saya?" tanya Plorin sambil terus menatap Reynald dengan tatapan yang begitu dalam, dia bahkan sampai mengukirkan senyumannya.
"Biasa saja," timpal Reynald dengan menggunakan nada bicara yang datar.
"Masa sih Om biasa saja, kalau biasa saja, kenapa Om tadi sampai panik saat saya tidak sadarkan diri?"
Plorin merasa kalau Reynald memang sangat sayang pada dirinya, karena selama dia bersama Reynald dalam berbagai keadaan, dia tidak pernah melihat Reynald sekhawatir ini, sehingga tidak salah jika dia sampai mempunyai pikiran kalau Reynald menyayanginya.
"Saya hanya tidak ingin ada orang yang meninggal, padahal sebelumnya dia menemani saya."
Kedua bola mata Plorin membelalak saat itu juga. "Buset dah Om! Sadis bener jawabannya, kayak gak punya hati aja!" ketus Plorin dengan sebuah rasa kesal yang jelas.
Reynald tidak peduli dengan apa yang sudah Plorin ucapkan, hingga kemudian dia bangkit dan menghampiri orang yang baru saja datang.
"Bagaimana?"
"Untuk kejadian tadi memang ada orang yang terlibat dan perempuan itu adalah anak dari orang yang baru saja menawarkan kerja sama dengan Bapak pada 3 minggu yang lalu."
"Sudah saya tanda tangani?"
"Kalau tidak salah belum Pak, karena waktu itu ada kedatangan anak Bapak yang membawa cokelat dan berujung dengan Bapak yang mengumpulkan semua karyawan."
Reynald tidak lupa dengan kejadian itu, dia terdiam dalam beberapa saat dan kemudian menganggukkan kepalanya, dia hendak melangkahkan kaki, hanya saja seorang pria yang berjalan bersama dengan Istrinya masuk.
"Selamat malam Pak Reynald, permisi mengganggu."
Tidak ada jawaban yang Reynald berikan, dia masih memperhatikan 2 orang tersebut.
"Sebelumnya, saya minta maaf atas apa yang sudah Putri saya lakukan, semua itu berawal dari ketidaksengajaan." Pria itu berucap dengan begitu enteng, sampai kemudian Anak perempuannya masuk.
"Kamu minta maaf langsung sama padanya," ucap wanita yang merupakan Mamanya Sinta.
Sebenarnya Sinta tidak ingin meminta maaf pada Plorin, hanya saja dia merasa terpaksa sebab semua ini menyangkut sebuah reputasi keluarganya, hingga kemudian dia melangkahkan kaki dan mendekati Plorin.
"Em, maaf. Gue minta maaf sama yang tadi, gak sengaja."
Plorin memperhatikan tangan Sinta yang terulur, dia tahu kalau Sinta merasa terpaksa dan dia juga merasa belum mau bersalaman, bahkan dia sampai mengalihkan pandangannya memperhatikan Reynald yang melangkahkan kaki mendekat ke arahnya.
"Pak Brama?"
"Eh iya, Pak Reynald."
"Waktu itu kita sempat akan kerja sama?"
Anggukkan kepala Brama berikan, dia sangat ingat jelas akan semua itu, bahkan dia masih sangat mengharapkan dokumen yang berisikan tanda tangan Reynald sebagai awal kerja sama mereka.
"Iya Pak, bagaimana? Bisa besok dibicarakan? Kita sudah merasa kalau semuanya cocok, sehingga tidak ada yang perlu dinantikan lagi kan Pak? Kita bisa langsung membicarakan rencana kerja sama kita ke depannya?"
"Saya sudah mengetahui jawabannya."
"Bagus Pak kalau begitu, memang sesuatu yang baik tidak boleh dinantikan lagi, saya sangat senang bisa menjadi kerja sama bersama dengan perusahaan Bapak." Brama sampai mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Reynald, tapi Reynald malah memperhatikan tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/347365985-288-k6761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Cinta Sang Duda
Romans"Ah! Kenapa Om malah nyium leher saya?!" "Panggil saya Om lagi, saya cium bibir kamu!" Kedua bola mata cokelat milik perempuan itu dengan seketika membulat, dia menatap laki-laki yang ternyata saat dia perhatikan dengan santai, wajah laki-laki itu t...