Disentil

1.4K 14 4
                                    

"Duh, malas banget sih! Kenapa harus bangun telat kayak gini coba, arhh!" Plorin merasa sangat kesal dengan hal ini, dia ingin sekarang mengacak-acak rambutnya, tapi dia sangat sadar kalau dia memilih mengacak-acak rambutnya, maka penampilan dirinya akan semakin berantakan.

"Masih ada satu menit untuk isi abs—

Tit

"I-ih! Kenapa malah ditap duluan?!" Plorin merasa sangat kesal karena saat dia baru saja akan menempelkan kartu absen-nya, tapi dari arah belakang ada seorang wanita yang dengan sengaja menempelkan kartu miliknya.

"Saya juga tidak ingin telat," jawab wanita itu yang kemudian dia lanngsung melangkahkan kaki begitu saja yang membuat Plorin semakin merasa kesal, apalagi saat dia mengalihkan pandangan memperhatikan waktu yang tertera, sudah jelas kalau dia terlambat.

Ditemani dengan sebuah rasa kesal yang begitu tinggi, Plorin menempelkan kartu miliknya yang kemudian dia melangkahkan kaki dengan langkah yang sangat penuh dengan kekesalan, dia terus melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia sampai di lift.

"Sudah penuh, sudah cukup orang, tunggu yang selanjutnya."

Mendengar kalimat yang keluar dari salah satu orang yang ada di dalam sana, membuat Plorin semakin merasa kesal, hanya saja di waktu sekarang dia tidak bisa protes, karena memang sudah terdapat banyak orang di sana sampai kemudian pintu lift hendak tertutup.

Belum sampai Plorin melangkahkan kaki untuk berpindah memilih menaiki tangga, dia melihat kalau pintu lift terbuka dan dia mengernyit kala melihat kerumanan orang di dalam sana menjadi terbelah dua.

Jauh lebih mengernyit lagi kala dia melihat kalau ternyata ada laki-laki yang melangkahkan kaki sampai pada akhirnya keluar dari lift yang membuat banyak orang tanda tanya.

"Bapak? Bagaimana? Ada yang ditunggu atau bagaimana?"

"Iya Pak, kenapa Bapak memilih untuk keluar? Ada apa?"

Laki-laki pemilik nama Reynald itu menggelengkan kepalanya. "Silakan," ucap Reynald dengan menggunakan nada bicara yang sangat datar dan ditemani oleh sebuah rasa kebingungan, mereka memilih untuk pergi lebih awal.

"Emh ... selamat pagi, Pak Reynald." Plorin menyapa dengan suara yang terdengar cukup gugup, dia merasa khawatir kalau Reynald sampai mengajukan pertanyaan akan alasan kenapa dia telat pagi ini, apalagi kalau Reynald sampai mengomeli dirinya, dia sangat tidak menginginkan hal tersebut.

"Pak, saya permisi duluan ya, ada hal yang haru saya kerjakan sekarang."

Saat itu juga Plorin hendak melangkahkan kaki untuk meninggalkan Reynald, hanya saja tangan Reynald menahan tangannya yang membuat perasaan Plorin menjadi tidak baik-baik saja, sampai kemudian dia menarik napasnya sebelum dia melirik ke arah di mana Reynald berada.

"Iya Pak, ada apa?" tanya Plorin yang mencoba untuk tetap terlihat biasa saja.

"Saya sudah dengan sengaja keluar dari sana, lalu kamu dengan begitu saja meninggalkan saya sendiri?" tanya Reynald dengan tatapan yang begitu dia fokuskan memperhatikan Plorin.

"Hah? Gimana Pak? Sengaja? Kenapa sampai sengaja keluar, memangnya ada apa?"

Sebelumnya memang Plorin tidak menyadari keberadaan Reynald, mungkin karena Reynald berada di bagian paling belakang atau tidak sedang menghadap, bahkan memang sampai sekarang dia tidak tahu apa alasan yang membuat Reynald keluar.

"Em, terus gimana Pak? Sekarang? Ada apa? Ada hal yang harus saya kerjakan sekarang?"

"Ikut saya," ajak Reynald dengan begitu enteng.

"Ikut? Ikut ke mana Pak?"

"Ikut saja," timpal Reynald yang tidak ingin memberi tahu ke mana tujuannya.

Hasrat Cinta Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang