Gugurkan?

1K 13 6
                                    


Tangan Plorin benar-benar gemetar, keringat sudah sangat bercucuran membasahi wajahnya, bahkan pendingin Ruangannya mendadak kehilangan fungsi, dia mengibas-ngibas rambut sambil menelan saliva yang terasa terus-terusan banyak sampai dia kebingungan sendiri bagaimana mengontrolnya.

"Tenang, harus tenang, jangan sampai panik. Oke, berpikir dengan serius." Beberapa kali Plorin menghembuskan napasnya, karena memang dia kebingungan, tapi dia sadar kalau kebingungan hanya akan membuat suasana semakin memburuk.

"Ambil handphone. Oke, ambil handphone."

Sambil menenangkan diri dengan rasa panas di bagian mata, karena dia ingin menangis dengan semua ketakutan yang sudah menjadi kenyataan, Plorin menghubungi seseorang yang sangat penting dalam dirinya.

"Kenapa lama sih nerima teleponnya? Sedang apa emangnya?" Rasa tanda tanya dalam diri Plorin itu ada, dia berpikir dengan sangat serius sambil terus menghubungi orang tersebut, karena dia merasa kalau hal ini tidak bisa dia tunda lebih lama ladi.

Plorin tidak tahu apakah dia bisa menahan semuanya dengan lebih lama lagi, karena yang jelas dia benar-benar kebingungan, bahkan dia tidak tahu apakah dia bisa melewati malam ini sendirian kalau dia tidak memberi tahu hal yang membuat pikiran dan perasaannya berantakan.

"Duh! Jangan bilang kalau alasan gak diterima, karena dia lagi sama perempuan lain!" Pikiran buruk terus bermunculan dan menjadi berputar dalam kepala Plorin yang membuat dia semakin panik dan rasa curiganya semakin memuncak.

"Awas aja kalau bener alasan panggilan gue gak diterima karena dia lagi sama perempuan lain! Siap-siap aja Om! Pokoknya bakalan dihajar!"

Tidak lama dari itu panggilan Plorin diterima oleh Reynald. "Hallo Om!" ucap Plorin dengan nada yang langsung meninggi, karena kekesalannya sudah memuncak, bahkan kekesalan Plorin sekarang menutupi rasa sedih dan kecewa yang semula dia rasakan.

Di lain sisi, Reynald merasa kaget sendiri akan nada bicara Plorin. "Ya, ada apa? Kenapa marah-marah?" tanya Reynald dengan menggunakan nada bicara yang terdengar sangat santai.

"Kenapa terima teleponnya lama banget?!" tanya Plorin yang lebih ingin mengetahui alasan kenapa Reynald lama menerima panggilan darinya.

"Tadi saya sedang bersama dengan rekan bisnis, handphone-nya sedang mode hening. Saya tidak sadar kalau kamu menghubungi saya," jelas Reyanld apa adanya.

Mendengar nada bicara Reynald yang sesantai itu membuat Plorin merasa percaya sampai dia tidak melanjutkan kekesalannya, tapi saat dia berusaha untuk santai dan biasa saja ... perasaan yang sebelumnya kembali dia rasakan.

"Ada apa?" tanya Reynald.

"Om ..." panggil Plorin dengan nada bicara yang terdengar begitu lirih dan hal ini benar-benar membuat Reynald tanda tanya, karena tidak biasanya Plorin berucap dengan nada yang selirih ini.

"Iya, saya di sini. Ada apa? Kenapa?"

"Emh ... Om, sekarang juga ke Rumah ya," pinta Plorin.

"Memangnya ada apa? Kenapa mendadak?"

Dengan sangat dalam Plorin menarik napasnya dan hembusan napas kasar Plorin terdengar jelas oleh Reynald yang membuat Reynald semakin yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi di baliknya sampai Plorin menjadi seperti ini.

"Datang saja ya Om, sekarang."

"Oke, saya akan datang, tapi ... apakah kamu baik-baik saja?"

Pertanyaan yang keluar dengan nada bicara yang penuh dengan kelembutan itu terasa menyayat hati Plorin yang bahkan membuat air matanya dengan seketika menetes membasahi pipinya.

Hasrat Cinta Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang