2|| Dia siapa?

337 68 18
                                    

Hari ini adalah hari ke-3 aku masuk sekolah. Dan pagi tadi, yang mengantarku adalah Ibu. Karena Pak Toha, yang biasa mengantarku tidak masuk kerja hari ini. Beliau sedang sakit. Makanya, sebelum pergi ke kantor, Ibu menyempatkan untuk mengantarku terlebih dahulu.

Siang ini, tepatnya pada saat jam istirahat, aku diajak Putri makan di kantin. Kami berdua berjalan menuju kantin yang letaknya tak terlalu jauh dari kelas. Hanya melewati satu lapangan basket, dan tepat di sampingnya adalah kantin.

Di perjalanan menuju kantin, Putri terus saja me ngoceh perihal makanan yang akan kami beli

"kamu mau beli apa Reyn?" tanya Putri memulai percakapan

"Masih belum tahu Put, mungkin liat nanti aja di kantin" jawabku sambil terus berjalan. Karena jujur saja, sebetulnya aku bingung hendak makan apa. Di kantin sebetulnya ada banyak pilihan. Namun, karena terlalu banyak, aku justru malah makin bingung.

"Halah, tiap ditanya juga pasti jawabannya kayak gitu, tapi ujung-ujung nya pasti beli bakso, mie ayam, kalau gak nasi goreng mbak Yayuk" ujar Putri dengan nada yang sedikit kecewa

"Hmm ... boleh juga tuh. Kayaknya emang enak sih makan nasi goreng Mbak Yayuk." ucapku sedikit menggoda

Mendengar jawabanku, tentu saja mengundang protes dari Putri.

"Tuh kan pasti itu lagi!" jawabnya dengan wajah yang sedikit kesal namum disusul dengan tawa kecilnya.

Setiba di kantin, aku langsung duduk di tempat nasi goreng milik Mbak Yayuk. Dan tanpa berpikir lama, aku dan Putri mulai memesan.

"Eh, dek Reyna sama dek Putri. Nasi goreng kayak biasa?" tanya mbak Yayuk dengan nada khas jawa-nya, seolah sudah paham apa yang akan kami pesan.

"Iya mbak. Yang satu telur setengah matang, yang satunya lagi matang ya Mbak," ujarku memperjelas.

Aku berada di team telur yang matang, sedangkan Putri di team telur setengah matang. Putri memang secinta itu pada telur setengah matang. Katanya, telur setengah matang itu lebih enak. Dan yang lebay nya lagi, dia bahkan berani bilang, kalau makan telur setengah matang, bagai berada di dalam Surga. Seperti yang pernah saja kataku.

Aku dan Putri ini tak jarang sekali mendapat julukan anak kembar. Karena kemana-mana pasti selalu berdua. Ikut ekstra kurikuler yang sama, tugas kelompok selalu bersama, bahkan, untuk izin ke toilet pun selalu berdua. Namun, meski begitu, ada yang tidak sama selain tentang nasib keluarga. Yaitu, Putri anti sekali dengan kata OSIS dan MPK. Karena ia termasuk kedalam salah-satu siswa yang sering melanggar peraturan. Sedangkan aku, aku bahkan merupakan Wakil ketua. Dan pernah juga saat itu, aku yang menyuruhnya membereskan perpustakaan sebagai hukuman, karena memakai kaos kaki warna-warni pada hari senin. Ah, lucu sekali memang ketika mengingat hal itu.

Kembali lagi pada topik tentang nasi goreng. Saat ini tempat mbak Yayuk cukup ramai, sampai-sampai kursi yang tersisa hanya kursi yang kutempati bersama Putri. Beruntunglah kami datang lebih awal. Karena kalau tidak, kami harus menunggu orang lain selesai makan utuk mendapat tempat duduk. Sedikit informasi, kursi di tempat Mbak Yayuk ini merupakan kursi yang bentuknya memanjang ke samping yang bisa diduduki oleh kurang lebih empat orang. Sebenarnya bisa saja untuk lima orang, tapi harus benar-benar berdempetan.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesananku dan Putri datang. Seketika itu juga kami mulai makan. Namum, tak lama kemudian ada seorang pria yang berdiri tepat di depanku. Ia tampak sedang mencari tempat duduk kosong, untuk memakan sepiring nasi goreng yang sedang ia bawa ditangan nya.

Pria itu memakai seragam sama seperti yang kami kenakan. Di lengan baju sebelah kiri nya terukir sebuah tanda yang bertuliskan 'XII' yang menandakan bahwasannya sekarang ini ia kelas 12 SMA. Aku mulai memerhatikan wajahnya. Dan kalau boleh jujur, ia sangat tampan.

Namun, setelah 2 tahun lebih aku bersekolah, rasanya baru kali ini aku melihatnya. Tapi entahlah, sebelum rasa penasaranku semakin dalam, aku mempersilakan pria itu untuk duduk di kursi yang ku tempati bersama Putri. Karena memang kini yang tersisa hanya tinggal kursi yang kami tempati.

"Permisi," ucapku sedikit hati-hati. Bersamaan dengan itu, Pria itu juga menoleh ke arahku.

"lagi cari tempat duduk ya?" lanjutku. Pria itu tak menjawab, ia hanya mengangguk kecil.

"Duduk di sini aja, gak papa kok. Masih cukup ni buat satu orang lagi," ucapku lagi sembari menggerakkan tubuhku ke samping arah Putri.

Pria itu lalu menghampiri kami dan duduk tepat di sampingku. Jujur saat itu aku merasa canggung. Pria itu tak mengatakan sepatah kata pun, ia hanya fokus pada makanannya.

Karena masih penasaran, aku mencoba untuk diam-diam melihat kembali wajahnya. Namun disaat sedang mengamati, bersamaan dengan itu, pria tadi tiba-tiba saja menoleh ke arahku.

DEG!!

Jantungku rasanya berhenti tiba-tiba. Antara malu karena telah mengamati wajahnya tanpa permisi, grogi, dan entahlah. Rasanya sulit untuk di deskripsikan. Karena kini, wajahku dan wajahnya saling berhadapan. Dan anehnya, tanpa permisi aku malah semakin dalam memperhatikan wajahnya. Matanya begitu indah, hidungnya mancung, dan alisnya sedikit tebal dengan tahi lalat kecil di ujung nya. Membuat aku seakan terkunci, dan hanya bisa melihat kearahnya. Bisa ku tebak, pria ini bukan seratus persen asli Indonesia.

"Acccieeeeee ... Ekhem!" Suara Putri mengejutkanku. Sontak aku langsung bangun, membayar nasi goreng, dan langsung berlari sembari menarik lengan Putri yang belum menyelesaikan makanannya.

Aku, benar-benar kabur dari tempat itu.

"Reyn, mau kemana sih ... aku kan belum selesai makannya " protes Putri yang sedari tadi ku ajak menjauh dari kantin. Aku tak menghiraukan pertanyaannya. Aku mengajak Putri untuk langsung masuk ke kelas. Padahal, makanan kami belum habis, dan saat itu jam istirahat masih ada waktu sekitar 30 menit lagi.

Aku duduk di kursiku sembari memikirkan kejadian tadi.

maluuuu, aduh maluuu!! bisa bisanya tadi aku kayak gitu, malu-maluin banget!!

Kata kata itu terus muncul dalam benakku.
Aku biasanya tak pernah seperti ini sebelumnya. Jangankan untuk menatap pria seperti tadi. Berpapasan dan di ajak senyum oleh pria pun kadang tak ku hiraukan. Namun mengapa dengan Pria tadi malah seperti itu. Aku jadi makin penasaran, sebenarnya Pria tadi siapa? Dan kenapa baru kali ini aku melihatnya? Karena jujur aku tak pernah se penasaran ini, apalagi pada orang yang baru aku temui.

.........

Gimana sama part yang kali ini?
Kalian ikut penasaran gak nih sama pria tadi?

Terimakasih bagi yang sudah membaca, komen, dan vote. love you🤗

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang