20|| Sebuah Pertengkaran
.
.
.Hari ini adalah hari kelulusan, setelah sekitar 2 minggu yang lalu kami resmi dinyatakan lulus. Aku datang bersama Ibu yang sudah memberiku beberapa hadiah, juga satu buket bunga lavender. Hal itu bukan hanya sebagai ucapan selamat. Namun juga sebagai hadiah karena aku kembali berhasil memperoleh juara umum. Meskipun tahun ini menurun menjadi peringkat tiga. Sedangkan Ayah, Ia tidak datang, dan hanya memberiku ucapan selamat lewat chat, dan memberiku hadiah yang Ia titipkan pada Asistennya.
Bila mengingat seberapa gentingnya hubungan Ayah dan Ibu saat ini, hal itu wajar jika Ayah tidak datang. Dan aku memakluminya. Aku tidak marah.
Jika aku datang bersama Ibu, maka Putri datang bersama Ayah, Ibu, juga saudara kandung satu-satunya. Namanya Kak Danu. Kakak kelasku di tahun sebelumnya.
"Selamat ya Reyn," Kak Danu memberiku satu kotak berwarna biru yang sudah diikat rapi oleh tali pita berwarna abu.
"Terimakasih Kak," Aku menerima hadiah yang diberi Kak Danu
"Kamu apa kabar? Kok udah jarang main ke rumah," tanya Kak Danu. Padahal, aku cukup sering pergi ke rumahnya. Hanya saja, saat pergi ke sana, Kak Danu yang tidak ada.
"Baik Kak. Kakak sendiri apa kabar?"
"Aku juga baik"
"Asik, ada yang kasi hadiah ni, ke mantan. Pake aku kamu lagi. Biasanya juga lo, gue." ujar Putri menyindir Kakaknya.
"Berisik lo. Ganggu aja," Kak Danu menyingkirkan Putri yang ada di sampingku. Kemudian bergerak cepat mengganti posisi.
"Iya sih yang lagi temu kangen sama mantan. Jadi lupa deh, sama adek sendiri." ujar Putri cemberut.
"Kak Danu gak lupa kok sama kamu Put," Aku berusaha menghibur Putri, meski hal itu tidak membantu sama sekali.
Bukannya ikut membantu menghibur Putri, Kak Danu malah menertawakan adiknya itu. Alhasil, Putri pergi begitu saja entah kemana. Baru saja akan menyusul, Kak Danu lebih dulu menghalang.
"Biar aku aja yang kejar. Dia emang gitu, manja kalau ada Kakaknya. Kadang aneh aku sama kalian, bisa awet temenan dari kecil." ujar Kak Danu sebelum pergi.
Aku dan Kak Danu sebelumnya bukanlah sepasang kekasih hingga akhirnya menjadi mantan. Hubungan kami hanya sebatas adik dan Kakak kelas, yang sudah saling menganggap sebagai adik dan Kakak kandung sendiri.
Aku dan Kak Danu cukup dekat, bukan hanya karena Kakak dari Putri. Namun, karena kedua orang tua kami saling mengenal. Jadi, waktu kecil aku sering main ke rumahnya.
Jika sedang bertengkar dengan Putri, Kak Danu sering bilang ingin mengangkat ku sebagai adik, dan membuang Putri. Terdengar cukup kejam memang. Namun, mau bagaimanapun Kak Danu sangat menyayangi Putri.
Kenapa Putri bilang kami adalah mantan, itu sebenarnya karena saat Kak Danu masi menjabat sebagai ketua Osis, Putri sering menjodoh-jodohkan kami. Hingga akhirnya muncul gosip kalau kami berpacaran. Dan anehnya, Kak Danu tidak pernah membantah akan hal itu. Ia bahkan dengan sengaja memanggilku 'Sayang' di depan semua orang. Sampai-sampai Putri pun geli mendengarnya. (Aku pun sebetulnya)
Tujuan Putri melakukan itu senarnya hanya dua. Yang pertama, agar perempuan-perempuan yang ia anggap 'gatal' tidak dekat-dekat dengan Kakaknya. Yang kedua, agar hanya aku yang menjadi pacar Kakaknya. Memang bukan Putri jika tidak berpikiran aneh-aneh seperti itu.
.....
Setelah acara selesai, aku tidak menemukan keberadaan Vio di manapun. Aku sudah berusaha mencoba menghubunginya, namun pesan atau panggilanku diabaikan. Padahal kita sudah berjanji untuk melakukan sesi foto bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SEGERA TERBIT}
Teen Fiction"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "