12|| Kesiangan

79 41 15
                                    

12|| Kesiangan


"Reyna sayangnya aku ..., ku datang ...., kamu di dalem kan Reyn? Aku masuk ya?"

Aku sudah hafal betul, itu suara Putri. Suaranya yang begitu nyaring berhasil memecah keheningan, juga membangunkanku. Setelah Vio pergi, aku memang tertidur. Dan sekarang, aku merasa tubuhku sudah lumayan membaik. Saat kulihat jam, rupanya sudah pukul delapan malam.

Untuk apa Putri ke sini malam-malam begini?

Meski kami sudah berteman sejak lama, Putri selalu bilang dulu jika hendak datang ke rumah. Tidak pernah seperti ini sebelumnya. Namun, sebelum pemikiranku terlalu jauh, aku langsung menyuruhnya untuk masuk.

"Ya ampun Reyn, badan kamu panas banget. Pantesan aja si aneh itu nyuruh aku cepat-cepat ke sini," ujar Putri saat setelah tangannya ia letakan di keningku.

"Si aneh?" tanyaku penasaran dengan sosok yang Putri maksud.

"Iya, si aneh!" timpal Putri terkekeh

"Si Raka?" aku berusaha menebak

"Oh iya, lupa kalau tu anak juga aneh hehe. Tapi bukan. Bukan si Raka, tapi si Vio." jawabnya lagi

"Vio ngehubungin kamu?" 

"Eung"

"Bukannya waktu itu kamu bilang, Vio gak mau simpen nomor kamu?"

"Ya, emang enggak. Dia telfon pake handphone kamu Reyn."

Setelah mendengar perkataan Putri, sekarang aku tahu. Jadi itu tujuannya saat meminjam handphone tadi.

"Emang tadi Vio bilang apa?" tanyaku penasaran. Dan dengan cepat, Putri langsung turun dari kasur dan mulai berbicara dan bertingkah seolah Alvio.

"Jadi gini Reyn," Putri mulai duduk di hadapanku untuk bercerita.

"hallo, kamu bisa tolong segera datang ke rumah Nata? Nata sedang sakit. Tolong rawat dia. Saya akan segera pulang. Nata belum makan, saya sudah siapkan bubur, tinggal kamu hangatkan. Sudah ada obat juga. Sebenarnya saya sedikit ragu. Tapi saya harap, kamu bisa merawat Nata dengan baik abis gitu dia langsung matiin telfonnya dong. Dan kata-kata terakhir dia itu bener-bener nyebelin tahu gak sih Reyn."  ujar Putri panjang lebar. Dan dari wajahnya terpampang jelas adanya kekesalan.

"Makanya, sekarang kamu harus makan ya Reyn! Abis gitu minum obat. Kalau enggak, bisa diterkam aku sama si manusia dingin itu" lanjutnya lagi.

Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum atas perintah Putri.

Selang beberapa detik, Putri meninggalkan kamar. Kemudian kembali lagi dengan semangkuk bubur di tangannya. Mungkin bubur yang Vio maksud. Yang sudah ia siapkan katanya.

Putri langsung memberikan semangkuk bubur itu kepadaku. Sebetulnya, saat melihatnya saja aku sudah tidak nafsu. Apalagi jika harus memakannya.

"Reyn, ayo dong dimakan. Jangan diliatin aja," protes Putri saat mengetahui bubur yang ia beri belum ku sentuh sama sekali.

"Tapi Pu-"

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang