19. Senja, Terakhir?

65 27 8
                                    

19|| Senja, Terakhir?

Hari ini, aku menepati janjiku pada Vio. Janji yang ku buat sekitar 1 bulan yang lalu. Janji untuk melihat senja di pantai, bersama Vio. Dan semenjak hari itu, aku dan Vio sudah sangat jarang untuk menghabiskan waktu bersama. Sekalipun memang bertemu di sekolah, kami akan saling menyapa, dan jika tidak bertemu, aku ataupun Vio tidak saling mencari. Karena hal ini sudah kami bicarakan sebelumnya.

Tidak pernah terbayang sebelumya bagiku, menghabiskan waktu bersama Vio. Sebelum pergi ke pantai, aku dan dirinya berkeliling dulu. Mulai dari ke taman untuk melukis, makan ice cream, dan masih banyak hal yang kita lakukan sebelum pergi ke pantai.

Vio juga mengajakku ke toko bunga. Tempat terakhir yang kami kunjungi sebelum melihat senja. Vio menyuruhku memilih beberapa bunga, dan aku sangat senang akan hal itu.

 Vio menyuruhku memilih beberapa bunga, dan aku sangat senang akan hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tidak suka Mawar?" tanya Vio. Mungkin sadar saat aku hanya melewati bunga-bunga itu, dan bahkan tak meliriknya.

"Enggak." jawabku sambil melihat bunga lavender, juga krisan yang sangat indah.

Vio menghampiriku, kemudian berjongkok di sampingku "Kenapa? Kan cantik" tanya nya.

"Iya, cantik. Tapi banyak durinya, aku gak suka." Aku melirik ke arah Vio. "Kalau kamu? Kamu suka bunga apa?"

Vio menggeleng, "Saya gak suka bunga," ujarnya sambil tersenyum

"Loh, terus kenapa ajak aku ke sini?"

"Karena saya tahu kamu suka bunga"

"Tapi kan kamu enggak"

"Ya gak papa, kan kamu senang"

"Iya, makasih. Tapi kamu juga harus bisa buat diri kamu happy juga. Jangan selalu menyenangkan orang lain. Gak baik." Aku bangkit dari jongkok, berjalan menghampiri beberapa bunga yang lain, kemudian diikuti oleh langkah Vio.

"Iya, saya tahu. Dan yang buat saya happy, itu kamu," ujar Vio dengan suara pelan.

Aku langsung memberhentikan langkahku, kemudian berbalik menghadap Vio "Jangan terlalu berharap sama sesama manusia. Apalagi sama aku"

"Kenapa?"

"Manusia itu tempatnya salah. Kalau kamu terlalu percaya sama manusia, nantinya kamu bakal kecewa." kataku, kemudian kembali berjalan. Menyusuri baris demi baris bunga yang tertata rapi.

Vio hanya mengikuti tanpa bicara. Kalau aku berhenti melangkah, dia juga berhenti. Kalau aku berjongkok untuk melihat bunga, dia juga akan seperti itu.

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang