21 || Disappear

67 18 6
                                    

21|| Disappear
.
.
.

Semenjak kejadian 1 minggu yang lalu, aku sudah tidak lagi bertemu dengan Vio. Aku kesal ketika mengingat kejadian saat itu, tapi, aku juga rindu. Entahlah, meski kesal, aku sepertinya tidak akan pernah benci dengannya. Dan rasa kesal ini juga pasti hanya sementara. Buktinya saja, sekarang aku menyesal karena pernah membentaknya. Aku juga menyesal, karena selalu mengabaikan pesan juga panggilan telephone dari Vio sebelumnya.

Jika tahu apa yang kulakukan saat itu akan membuat kami jauh, aku berharap hari itu tidak pernah ada.

Vio benar-benar seperti hilang ditelan bumi. Tidak ada satupun yang tahu keberadaannya. Bahkan aku, yang dia bilang orang yang paling dekat dengannya pun tidak tahu keberadaannya.

Aku sudah beberapa kali menelpon, bahkan mengirimkan beberapa pesan padanya. Namun hasilnya nihil. Vio tidak menjawab, ataupun membalas pesanku. Bahkan mungkin, nomornya pun sudah tak aktif. Padahal baru kemarin ia menghubungi.

Semarah dan se kecewa itukah ia padaku?

Vio sudah membuatku uring-uringan, memikirkannya siang dan malam. Dan sialnya, aku bahkan bisa tak nafsu makan karena memikirkannya.

DRET...

DREET...

Satu panggilan masuk, aku segera mengambil ponselku di atas nakas, berharap panggilan telpon itu dari Alvio. Namun, setelah ku lihat, ternyata bukan. Nama Raka terpampang jelas di layar ponsel.

"Lo di mana? Ada yang mau gue omongin"

"Rumah," jawabku, dan Raka langsung mematikan telpon begitu saja. Sedikit tak sopan memang. Tapi sudahlah, aku tak terlalu peduli.

Tiga puluh menit berlalu, satu panggilan dari Raka kembali masuk. Ia mengatakan kalau sudah tiba di depan rumah. Aku segera turun menghampirinya, dan mempersilahkannya masuk.

Tapi tidak, dia tidak mau. Raka memilih untuk tetap di luar.

"Lo suka sama si Vio?" tanya Raka tanpa basa-basi lagi. Dan jawabannya memang iya. Tapi, tak mungkin itu yang akan keluar dari mulutku.

"Kenapa tiba-tiba tanya kayak gitu," tanyaku pada Raka

"Jawab aja, lo suka gak?"

Aku terdiam, tak berani menatap Raka ataupun menjawab pertanyaannya.

"Berarti, ya." ujar Raka seraya mengangguk-anggukan kepala nya.

"Kalau gitu ikut gue sekarang Reyn," Raka menarik tanganku, sedikit kasar. Menyuruhku untuk ikut dengannya. Percayalah, Raka tidak pernah se-memaksa ini sebelumnya.

"Raka tunggu! Mau kemana sih?" Aku berusaha melepaskan cekalan Raka

"Bandara"

"Ngapain?"

"Vio ada di sana Reyn. Dia mau ke china. Lo gak tahu?"

Aku terdiam. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Raka barusan. Bagaimana bisa Raka bilang, kalau Vio akan pergi ke China hari ini, sementara aku saja tidak tahu akan hal itu.

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang