3|| ALVIO SAGARA

308 68 18
                                    

Hi Reader, apa kabar?
Happy reading💮

.
.
.
.

Pagi yang cerah di akhir bulan oktober, setelah mengalami musim penghujan yang cukup panjang. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamarku melewati celah jendela, membuatku semakin semangat masuk sekolah. Jika tak salah ingat, terhitung sudah hampir 3 bulan lebih aku masuk sekolah, setelah beberapa bulan yang lalu menjadi murid kelas XII SMA. Dan pada hari ini pula tepat 3 bulan aku tak melihat-nya. Terakhir aku bertemu dengannya, yaitu pada saat kami tak sengaja bertemu di kantin. Itupun hanya sebentar. Ya, pria yang sempat ku ceritakan. Ia yang membuat perasaanku tak karuan, dan bisa-bisanya membuatku penasaran.

Bahkan sampai detik ini, aku masih penasaran akan kabarnya. Apakah dia sehat, atau mungkin sebaliknya. Dia adalah pria pertama yang berhasil membuat seorang Reynata yang terkenal cuek bisa bertanya-tanya dalam batinnya.

Dan bisa-bisanya, aku bahkan sempat berpikir untuk bisa bertemu kembali dengan peria itu. Bukan untuk macam-macam, tapi hanya sekadar memastikan, apakah dia benar murid dari sekolah ini atau bukan. Meski sebetulnya, sudah jelas dari seragam yang ia kenakan. Namun, aku tetap saja penasaran. Karena semenjak 3 bulan yang lalu, aku tak pernah lagi melihatnya. Aku bahkan mencoba beberapa makanan lain di kantin, yang belum pernah kucoba sebelumnya, hanya demi bisa melihatnya kembali. Dan tentunya sikapku itu sering dipertanyakan oleh Putri. Seperti yang terjadi siang tadi di sekolah

"Normal juga kamu" celetuk Putri dengan nada tengilnya

"eyyy, apa sih. Terus kamu kira selama ini aku gak normal gitu? Udah-udah, kerjain ni tugas" timpal ku sambil memberikan buku paket biologi tepat dihadapannya.

O iya, aku hampir lupa tidak memberi tahu kalian. Aku di sekolah ini mengambil jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA). Kenapa IPA? Karena aku ingin sekali menjadi seorang Dokter. Menjadi Dokter adalah impian terbesarku sedari kecil. Dan beruntungnya, kedua orangtuaku tidak pernah melarang akan hal itu. Mereka membebaskan aku untuk memilih.

.......

Sudah beberapa hari ini, aku memutuskan untuk tak lagi mencari pria itu. Kini aku sudah tak lagi berharap bisa bertemu dengannya. Lagi pula, selama ini aku hanya ingin memastikan. Kalau memang ia benar sekolah di sini, suatu saat nanti pasti kita akan bertemu kembali bukan?

Dan hari ini adalah hari kedua setelah aku memutuskan untuk tak lagi mencarinya. Aku menjalankan hari-hariku di sekolah seperti biasanya. Aku belajar, mengerjakan tugas, pergi ke kantin untuk makan, dan ya, siang ini aku disuruh oleh guru Fisikaku untuk mengantarkan tugas yang tadi kami kerjakan ke ruangannya.

Aku sudah meminta Putri untuk menemani, namun dia menolak. Karena pasalnya, kepala anak itu sedikit pusing. Jadi, aku terpaksa pergi sendiri. Meski sebetulnya, malas sekali jika harus pergi sendiri ke ruang Guru. Entahlah, rasanya seperti sedang melakukan kesalahan, kemudian dipanggil untuk disidang. Pokonya, aku selalu merasa sedikit takut dan malu kalau harus ke ruang guru. Padahal, ini bukan kali pertama aku melakukannya.

Apakah kalian juga pernah mengalaminya? Coba ceritakan bagaimana perasaan kalian, saat masuk ruang guru sendirian.

Terlepas dari pertanyaan di atas, Untuk pergi ke ruang guru, aku harus melewati beberapa tempat. Diantaranya yaitu, lorong kelas 12 IPA, lapangan basket, ruang tata usaha, ruang BK (bimbingan dan konseling) baru setelah itu tepat di sampingnya adalah ruang guru.

Setelah selesai menyimpan buku tugas, aku berjalan meninggalkan ruang guru dan hendak pergi ke kelas kembali. Namun tiba-tiba langkahku terhenti, bersamaan dengan terdengarnya suara sedikit gaduh yang berasal dari ruang BK. Meski sedikit samar, aku masih bisa mendengar dengan cukup, apa yang mereka katakan di dalam. Memang yang ku lakukan ini sangatlah tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur, dan aku pun penasaran.

"Apa kamu tidak bisa sedikit saja jangan menyusahkan saya! kapan kamu mau berubah? lama-lama saya muak dengan kamu. Mau jadi apa kamu nantinya?" Ucap seorang laki-laki paruh baya dengan nada marah dan sepertinya kecewa.

Aku mulai memberanikan diri untuk duduk di kursi depan ruang BK. Dan kebetulannya, kursi ini terletak persis di bawah jendela. Jadi aku bisa melihat ke dalam walau hanya sedikit. Aku melihat ada seorang lelaki paruh baya, lengkap dengan celana, dan jas hitam yang ia kenakan layaknya seorang pengusaha. Di dalam ruangan juga aku melihat Bu Laura (guru BK ku), dan juga seorang anak lelaki yang sedang duduk bersamanya. Namun, aku tak tahu siapa pria itu. karena posisinya membelakangiku.

"Sudah Pak, jangan di marahi. Saya mengundang Bapak kali ini hanya ingin menyampaikan bahwasannya anak Bapak, selama 3 bulan terakhir ini belajarnya kurang efektif. Padahal Putra Bapak ini pintar." ujar Bu Laura melerai.

Namun, nampaknya lelaki paruh baya itu kepalang marah. Ia tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh Bu Laura. Dan malah lanjut memarahi anaknya.

"Sekali lagi saya tanya kamu, kamu ingin lanjut sekolah di sini, atau kamu akan pindah seperti biasanya?" lanjut lelaki paruh bayah itu dengan nada yang cukup tinggi

Pria itu tak langsung menjawab, ia hanya menunduk, sampai akhirnya ia mulai menatap lelaki itu

"Maafkan saya Pah. Saya tahu saya telah membuat papah kecewa, saya akan berusaha berubah pah. Sekali lagi saya minta maaf. Saya permisi," ujar lelaki itu dengan sedikit lirih. dan kemudian terbangun dari duduknya, lalu beranjak pergi keluar dari ruangan Bu Laura.

"ALVIO SAGARA!!! " bentak lelaki paruh baya yang ternyata adalah ayahnya dengan nada yang sangat marah. Namun, anaknya itu tak menjawab dan terus melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan.

Aku sangat terkejut saat pria itu keluar dari ruang BK. Pria itu ternyata adalah pria yang aku cari selama 3 bulan terakhir ini. Pria yang sudah kulupakan untuk tak lagi mencarinya. Namun hari ini, bukan hanya melihatnya kembali, namun juga hari ini aku tahu namanya. ALVIO SAGARA.

Saat ia keluar, tak sengaja sepasang mata miliknya dan milikku kembali bertemu. Wajahnya yang datar tanpa ekspresi sedikit pun masih sama seperti terakhir kali kami bertemu. Namun kali ini aku merasa ada yang berbeda. Ada yang bertambah di wajahnya, kali ini sepertinya ia sedang bersedih.

Seperti biasanya, ia tak mengatakan apa pun. Ia berjalan melewati aku yang kini berdiri tepat di hadapannya. Aku tak berharap dia akan menyapa, karena sepertinya itu memang tak mungkin.

Aku senang karena bisa kembali melihatnya dalam keadaan sehat. Dan rasa penasaranku kini sudah terjawab. Ia memang sekolah di sini. Namun di samping itu, aku juga masih penasaran. Sebenarnya kemana ia selama ini? Ada masalah apa sampai-sampai ia bisa dipanggil Bu Laura ke ruangannya. Dan kenapa papa nya sepertinya sangat marah pada dirinya. Pertanyaan-pertanyaan itu kini muncul dalam pikiranku.

Namun aku mencoba mengubur rasa penasaranku. Karena kalau dipikir-pikir juga untuk apa? Aku tak mengenalnya dengan baik, dan juga dia bukanlah siapa-siapa bagiku.

Tanpa berpikir lama, aku langsung bergegas pergi dari sini. Aku langsung berjalan dengan cepat menuju kelas. Jangan tanya kemana VIO pergi. Karena jujur saja, aku juga tak tahu kemana perginya pria itu.
Dia menghilang sangat cepat.

......

Gimana teman-teman untuk part kali ini?

Penasaran gak kemana perginya Vio selama ini?

Terimakasih banyak ya yang sudah membaca. Jangan lupa follow, vote, komen, dan ditunggu juga kritik dan saran nya. By by guys see you di part selanjutnya🤗

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang