24 || Bunga Terakhir
Apa kabar Alvio Sagara?
Aku harap, kamu dalam keadaan baik.Vio, kamu tahu, aku dinyatakan lulus dalan tes itu. Aku berhasil diterima di universitas yang aku mau. Aku sangat senang. Tapi sayang, kamu tidak ada saat itu. Jadi, kita tidak bisa merayakannya bersama. Tapi nggak papa.
Bagaimana dengan persiapan kuliah kamu di sana? Lancar kan? Aku dengar, universitas yang kamu tuju itu sangat besar. Aku jadi iri. Jika ada waktu, kamu harus membuat video, dan memperlihatkannya ke aku. Oke?
Kapan kamu balik lagi ke indonesia? Aku rindu. Jarang kan aku bilang kayak gitu? Soalnya aku malu kalau harus bilang secara langsung ke kamu. Akhir-akhir ini kamu pasti sangat sibuk ya, sampai-sampai beberapa pesan yang ku kirim sampai sekarang belum kamu balas, mungkin belum kamu baca juga.
Vio
Sekitar dua minggu yang lalu, ibu dan ayah kembali bertengkar. Ibu sampai membawa koper besar untuk pergi dari rumah. Kamu tahu, aku bahkan sempat mengalami kecelakaan besar saat berusaha mengejar ibu. Tapi anehnya, aku justru merasa bersyukur. Karena atas kejadian itu, ayah dan ibu jadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan aku. Ayah bahkan rela membatalkan beberapa meeting penting, begitu juga dengan ibu. Ibu juga berjanji untuk kembali lagi ke rumah. Perasaanku sangat senang dan lega saat itu.Namun, beberapa hari ini, kondisiku semakin menurun. Setiap hari dadaku rasanya semakin nyeri dan sesak. Ibu dan ayah tidak pernah memberitahu tentang keadaanku yang sebenarnya. Sampai pada suatu saat, tanpa sengaja aku mendengar percakapan mereka dengan dokter. Ternyata ada masalah yang sangat serius dengan jantung dan rusukku setelah kecelakaan itu. Maka darinya, dokter menyarankan agar segera melakukan tindakan operasi. Dan hari itu adalah besok.
Vio, aku sangat takut untuk hari esok. Karena kemungkinan berhasilnya hanya lima puluh persen. Dan setengahnya lagi berarti kegagalan. Memikirkan tentang segala kemungkinan buruk yang terjadi, membuat aku pusing. Bahkan malam ini aku tidak bisa tidur. Maka dari itu, aku menulis catatan ini.
Aku ingin mengucapkan
Terimakasih....
Terimakasih atas segala yang telah kamu lakukan selama ini.
Terimakasih telah membuat masa remajaku menjadi lebih berwarna dan tidak membosankan.
Terimakasih sudah mau menjadi pendengar yang baik. Meskipun aku tahu, kamu pasti bosan.
Vio
Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu. Tentang kesehatan kamu yang semakin hari semakin terlihat jelas, bahwa kamu sedang dalam keadaan tidak baik.Aku gak tahu kamu sakit apa, Raka bilang kamu sakit parah. Tapi, aku berusaha buat gak percaya. Raka juga bilang, waktu kamu gak akan lama lagi. Itu gak benar kan?
Tapi, kalaupun memang benar, apa boleh aku minta agar kamu tetap bertahan dan tidak menyerah? Setidaknya tolong lakukan ini demi diri kamu sendiri. Sebagai ucapan terimakasih karena kamu telah berhasil bertahan sejauh ini.
Vio, kamu tahu persis bahwa aku sangat membenci ayah yang berselingkuh. Tapi sebenarnya, aku tidak pernah berhasil untuk benar-benar membencinya. Dan sekarang, aku sudah sepenuhnya memaafkan ayah. Aku harap kamu juga begitu. Aku harap kamu bisa memaafkan papah kamu. Aku juga berharap, agar kamu bisa memaafkan diri kamu sendiri.
Vio
Itu semua bukan salah kamu
Itu semua hanya sebuah kecelakaan.
Mami kamu pasti sedih melihat kamu seperti ini. Mami kamu juga pasti berharap agar kamu bisa berdamai dengan diri kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SEGERA TERBIT}
Fiksi Remaja"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "