18|| Tentang Hujan
"Berhenti Pak"
Jujur, aku sangat terkejut dengan apa yang Vio katakan. Masalahnya, ini masi belum samapi di rumah! Tidak masalah jika siang, meski cukup jauh, aku masih bisa berjalan. Tapi, masalahnya ini sudah malam!!
"Nata...?" panggil Vio
Aku masih terdiam
"Ayo, turun"
Sumpah? Ini serius, dia suruh aku turun di tengah jalan?
"Nata?" panggil Vio lagi
Aku masih diam. Menatap tak percaya padanya. Begitu juga dengan Vio. Dia terdiam, menatap heran ke arahku. Dan tak lama setelah itu, Vio mulai terkekeh pelan.
"Jangan bilang, kamu berpikir kalau saya mau menurunkan kamu di tengah jalan?"
Aku mengangguk "I- iya" ujarku. Dan berhasil mengundang tawa kecil dari Vio
"Ya tidak mungkin lah Nata"
"Saya mengajak kamu turun di sini, karena saya rasa tempat ini cocok untuk bercerita. Katanya kamu mau dengar tentang hujan." lanjutnya
"Ya kamu, gak bilang dulu kalau mau cerita di taman ini." gerutuku
Vio mengelus lembut puncak kepalaku, "Iya, maaf ya ..., yasudah, ayo turun." Ajaknya kemudian. Namun, sebelum turun, Vio tidak lupa memberiku jaket yang biasa ia kenakan.
"Pakai dulu. Diluar dingin." ujarnya sembari memberiku jaket tebal milik nya.
Aku menerima jaket yang Vio berikan, dan langsung mengenakannya. Dan bukan hanya aku, Vio juga mengenakkan jaket. Katanya, mumpung masih ada waktu, dia ingin terus berada di dekatku. Kalau dia sakit, nanti gak ada yang temenin aku buat lihat senja. Soalnya Putri gak suka. Satu lagi, kalau dia sakit, nanti katanya gak ada yang jagain aku.
Jika kalian berpikir kalau kata-kata yang Vio berikan selalu manis, maka kalian benar. Namun, perlakuannya padaku selama ini pun tak kalah manisnya. Namun, sebelum semua itu terjadi, aku juga pernah berada di fase harus sabar, dan mengelus dada setiap kali berhadapan dengannya.
Itu adalah fase dimana aku baru mengenalnya. Vio yang dulu sering mengeluarkan kata-kata tak mengenakkan, Vio yang dingin, cuek, dan sangat irit saat bicara. Jujur saja, aku sering dibuat kesal olehnya. Tapi untungnya, saat ini Vio sudah berubah.
.....
Benar kata Vio, saat keluar dari mobil, angin malam langsung menyapa. Meski sudah mengenakan jaket, namun dinginnya tetap terasa.
Aku berjalan mengekor di belakang Vio yang sedang mencari tempat yang cocok untuk bercerita. Aku yang ceroboh, dan kadang tidak memerhatikan ke depan ini sesekali menabrak punggung Vio yang menghentikan langkahnya.
Jujur saja, kalau aku jadi Vio, aku pasti sudah mengumpat karena terlalu sering menabrak. Dan hebatnya, dia tak marah dan malah tersenyum, sambil sesekali memeriksa keningku.
"Gak apa-apa?" tanya nya
"Sakit, sedikit" ujarku malu
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SEGERA TERBIT}
Teen Fiction"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "