10|| It is true?
______________________
______________________________________________You are indifferent, but so romantic.
And I like that
.
.
.
.Dinginnya malam, kini kian bertambah dengan mulai turunnya hujan. Tidak terlalu deras, namun sanggup membasahi tubuh meskipun kita berada sebentar di bawahnya. Dan disinilah aku sekarang, di atas tempat tidur sambil menggenggam secangkir teh hangat. Tidak terlalu manis. Karena memang aku tidak begitu suka.
Hujan yang kini turun semakin deras, membuat aku khawatir akan keadaan Vio. Terlebih lagi jika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Tubuhnya yang bergetar hebat, dan aku bisa melihat ada luka yang amat mendalam dari sorot matanya. Meskipun akhirnya ia kembali tenang. Dan sayangnya, Ia enggan untuk bercerita.
Aku beranjak dari kasur, kemudian turun dan menyimpan cangkir berisi teh itu di atas meja belajar, lalu mengambil telephon yang ada di sampingnya, dan kemudian kembali ke kasur untuk duduk di pinggirannya.
Aku mulai membuka satu aplikasi yang ada di HP milikku. Sempat terpikir olehku untuk menghubungi Vio, dan menanyakan keadaannya. Namun nyaliku terlalu ciut jika harus menghubunginya terlebih dulu. Alhasil ku urungkan niatku itu. Aku kembali meninggalkan tempat tidur, dan mulai menyiapkan buku-buku yang akan ku bawa besok.
Waktu terus berjalan cepat, sampai tak terasa, liburan sekolah telah berakhir. Dimana pastinya aku akan disibukan dengan berbagai rangkaian menuju ujian. Belajar yang lebih ekstra untuk mendapatkan nilai yang bagus, belum lagi harus mempersiapkan ujian praktik yang pasti akan sedikit mengganggu fokus belajar dan waktu istirahat. Namun kembali lagi, itu semua adalah kewajibanku sebagai pelajar.
.........
"Reyn, nanti pokoknya kalau ada suruh bikin kelompok, kamu sama aku ya! Titik gak ada koma. Oke Reyn? Gak ada penolakan. Deal ya." ujar Putri sedikit berbisik.
Aku hanya bergumam dan mengangguk tanda setuju, kemudian kembali memerhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan.
"Aku denger, di kantin ada makanan baru. Terus kata anak-anak yang udah beli di istirahat pertama bilang, makanannya lumayan enak. Nanti jam istirahat kita coba beli ya Reyn" Putri kembali berbicara dengan suara pelan, sambil sedikit memiringkan kepalanya.
Lagi-lagi aku tidak terlalu menanggapi apa yang putri bicarakan. Aku hanya mengangguk lalu tersenyum ke arah Putri sambil meletakan satu jari telunjuk di bibir, mengisyaratkan agar Putri berhenti bicara. Bukan apa-apa, aku hanya takut Putri kena omel Bu Maya.
Bu Maya adalah guru Fisika yang terkenal cukup killer di sekolah. Terbukti dengan adanya beberapa murid yang dikeluarkan pada saat jam pelajarannya.
Pernah juga saat itu, di kelas XII IPA 3 ada beberapa murid yang dikeluarkan oleh bu Maya, karena tidak memperhatikan dan malah asik dengan telephone genggamnya. Selain dikeluarkan, mereka juga tidak diperkenankan mengikuti pembelajaran di minggu berikutnya. Padahal di minggu berikutnya itu akan membahas materi yang akan keluar pada saat UTS.
Cerita itu aku dapatkan dari Vio yang memang merupakan anak kelas IPA 3. Maka dari itu, Vio selalu mewanti-wanti agar aku selalu fokus pada saat kelas Bu Maya, seperti hal nya dengan aku yang menyuruh Putri untuk berhenti berbicara pada saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SEGERA TERBIT}
Fiksi Remaja"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "