11|| Care

109 42 19
                                    

11|| Care

Rencana perceraian Ayah dan Ibu akhir-akir ini cukup menguras tenaga dan emosi. Belum lagi beberapa tugas yang cukup banyak yang belum sempat aku kerjakan. Selama libur, 2 hari ini aku hanya berdiam diri di dalam kamar. Tidak melakukan banyak hal. Hanya menangis, tidur, melamun, mencoret-coret kertas tanpa motif, dan akan terus terulang.

Aku akan keluar kamar hanya untuk makan. Itu pun, jika perut sudah terasa sakit, keluar keringat dingin, atau pada saat tubuh mulai bergetar. Padahal aku tahu, penyakit maag ku cukup parah. Tidak boleh jika telat makan. Rencana perceraian Ayah dan Ibu, benar-benar membuatku hampir gila. Dan menangis hampir seharian, ternyata cukup melelahkan.

Aku mencoba menyalakan handphon dan membuka aplikasi whatsapp di dalamnya. Beberapa pesan mulai bermunculan. Dari mulai pagi, siang, dan baru saja ada pesan baru yang datang. Untuk mengajak pergi keluar, atau menanyakan beberapa hal. Namun tidak semua aku balas, dan hanya aku abaikan. Ada Putri yang mengajak jalan-jalan, Raka yang mengajak bersepeda. Dan.....

Alvio Sagara : How are you Nata? Good?

Mengingat aku yang saat ini sedang tidak baik-baik saja, air mataku seketika keluar saat melihat pesan yang dikirimkan oleh Vio. Aku kembali menangis saat itu juga. Biasanya, disaat sedih ada Ibu yang menenangkan ku. Meskipun terkadang, ia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi saat ini, aku bahkan tidak tahu dimana keberadaanya. Ibu hanya memberiku pesan, kalau ia baik-baik saja, dan menyuruhku untuk tidak mencari dan menghubunginya terlebih dulu. Alasannya hanya satu, ia ingin menenangkan diri.

Tak ingin terlalu berlarut dalam kesedihan, aku menghapus air mataku, dan berniat membalas pesan dari Vio. Namun, satu pesan baru dari nya muncul.

Alvio Sagara: Saya tahu kamu sedih. Saya juga pernah mengalami hal yang sama. Bahkan sepertinya lebih parah. Kamu pasti ingat, saya pernah mencoba mengakhiri hidup saya kala itu. Tapi kamu datang menolong saya, dan membuat hari-hari saya menjadi lebih baik. Kamu membuat saya kembali bersemangat menjalani hari. Saya tidak melarang kamu menangis. Tapi setelah itu, apakah boleh saya minta tolong, agar kamu berjanji untuk bisa kembali tersenyum lagi?

Alvio Sagara: Kamu tidak perlu membalas pesan ini. Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah tidur. Ini sudah malam. Besok pagi saya jemput kamu. Kita pergi bersama. Ini perintah, tidak ada penolakan. Good night Nata.

Aku tersenyum kecil, sambil menghapus air mataku saat melihat pesan yang Vio kirimkan. Aku begitu penurut. Sampai tidak ragu mengikuti perintah Vio. Aku mulai menyiapkan buku yang akan ku bawa besok, mengerjakan beberapa tugas yang sempat ku tunda, dan setelah siap, aku mulai tertidur.

.......

"Kamu sakit?" ujar Vio saat setelah aku masuk ke dalam mobilnya.

"Enggak" aku menggeleng sambil memasang seatbelt. Namun, tidak lama setelah itu, Vio memberhentikan mobilnya di tepi jalan.

"Kok berhenti?"

Vio tidak menjawab, ia melepaskan cekalan nya pada setir, kemudian mendekatkan tubuhnya ke arahku. Punggung tangan kanannya, ia letakan tepat di kening ku, dan punggung tangan sebelah kiri, ia letakan di keningnya. Aku lumayan terkejut saat itu.

Tangannya terasa begitu dingin

"Badan kamu panas Nata. Kita putar balik ya. Kamu tidak perlu pergi ke sekolah hari ini" ujar Vio yang saat ini sudah bersiap menyalakan mesin mobil. Namun, sebelum itu terjadi, aku lebih dulu menahan tangannya.

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang