9|| Holiday
Liburanku sedikit terasa membosankan
Tapi denganmu, rasanya menyenangkan.
Aku tidak tahu kenapa
Tapi itu adalah sebuah kenyataan.~Reynata Hera~
.
.
.Sudah 2 bulan berlalu, semenjak kejadian perselingkuhan Ayah yang akhirnya diketahui oleh Ibu. Dan dalam waktu dua bulan itu juga banyak kejadian yang terjadi.
Aku sudah memberitahukan tentang Vio pada putri. Bahkan suatu waktu, kami pernah pergi menonton bersama. Kadang juga jika di sekolah, kami pergi makan bersama. Namun cukup sulit untuk membuat Vio bisa berbicara dengan Putri. Kadang Putri juga kesal, karena sering tidak ditanggapi oleh Vio.
Sikap Vio kadang memang terlalu dingin, ia bahkan sering tidak berbicara jika tidak ditanya. Tidak jarang juga terkadang ia hanya mengangguk, atau bahkan menggelengkan kepala jika tidak setuju. Tapi, itu semua tidak berlaku jika ia sedang bersama denganku. Pertanyaannya hanya satu.
Kenapa ia bahkan bisa tersenyum manis jika denganku?
Aku sudah mulai sering bercerita pada Vio. Karena memang itu yang ia pinta. Ia mau agar aku menceritakan apapun itu padanya. Ia hanya tidak ingin aku memendamnya sendiri. Aku masih ingat dengan apa yang Vio katakan kala itu.
"Saya tahu kamu adalah perempuan yang kuat. Kamu bahkan sanggup memendam apa yang kamu rasakan selama ini. Kamu juga hebat, bisa terlihat baik-baik saja, bahkan masih bisa tertawa, dengan semua masalah yang ada. Jujur saya salut pada kamu Nata. Tapi satu hal juga yang perlu kamu ingat, memendam semuanya sendirian juga tidak baik. Maka dari itu, saya akan sangat senang jika kamu mau menceritakannya kepada saya. saya siap mendengarkan"
Kurang lebih seperti itulah yang dikatakan Vio. Memang cukup panjang, namun aku masih ingat setiap katanya. Kami menjadi semakin dekat sejak saat itu.
Bahkan aku sering pulang dan pergi ke sekolah bersama. Tak jarang juga hal itu mengundang ledekan dari Putri, yang berharap aku dan Vio berpacaran. Namun tentu selalu aku abaikan.
Sampai sekarang Putri masih belum mengetahui tentang semua permasalahan yang terjadi pada ku. Kadang aku berpikir, apakah aku terlalu jahat karena memilih bercerita pada Vio yang padahal baru beberapa bulan ini aku kenal, dibandingkan dengan Putri, yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabatku.
...........
Satu minggu berlalu saat ditetapkannya libur semester ganjil. Namun aku tidak pergi kemana-mana. Aku hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu dengan menonton, membaca novel, atau mencari tahu tentang beberapa universitas yang sekiranya cocok denganku.
Masuk jurusan IPA di sekolah, bukanlah tanpa alasan. Sedari kecil aku ingin sekali menjadi seorang Dokter. Bisa berkontribusi dalam kesehatan seseorang, rasanya menyenangkan.
Sebenarnya sudah ada beberapa daftar kampus yang ingin aku tuju, hanya tinggal meminta persetujuan dari kedua orang tuaku. Karena mau bagaimanapun, tetap saja, keputusan akhir ada di tangan mereka. Karena perlu aku ingat, yang membiayai kuliahku adalah mereka.
Kedua orangtuaku tidak pernah mau kalau aku melanjutkan pendidikan di luar negri. Mereka tidak memberitahukan apa alasannya. Tapi yang pasti, itu bukanlah soal biaya. Namun aku tidak pernah protes, ataupun keberatan dengan hal itu. Tidak pernah pula terlintas dalam pikiranku untuk kuliah di luar negri.
.........
Waktu libur sekolah beberapa hari lagi akan selesai. Dan sebelum waktu itu tiba, Vio mengajakku untuk pergi bersama. Vio tidak memberitahuku akan pergi kemana, namun aku tetap menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SEGERA TERBIT}
Teen Fiction"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "